Kira tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk dan jika saja bisa kehilangan ingatan saat menjambak rambut ataupun membenturkan kepala, Kira akan melakukan hal tersebut demi melupakan setiap kata yang keluar dari mulut Glen.
Dia tidak habis pikir, apa yang Glen lihat darinya sampai pemuda itu memiliki rasa suka? Sejak sore sampai larut malam Kira jadi sering bercermin, mencoba melihat apa yang disukai Glen.
Penampilan masih sama, senyumnya tetap jelek. Ini pasti mimpi. Kalau Kira terus memikirkan Glen, bagaimana bisa dia berdiri di hadapan lelaki itu? Rasanya mau menghilang saja dari muka bumi tapi dia tak bisa bersikap abai terlebih mereka masih sekelompok sampai hari rabu depan.
Untung kalau mereka presentasi minggu depan kalau tidak.. entahlah Kira sepertinya harus mencari cara untuk tidak berkomunikasi intens dengan Glen.
Kira berusaha tidur namun setiap kali ia memejamkan mata wajah Glen selalu terbayang. Pada akhirnya Kira terjaga sampai pagi menjelang.
Dia tak pernah keluar dari kamar bahkan ketika ibunya mengetuk pintu. Kira tak sekalipun hendak beranjak dari kasur. Dia hanya meringkuk sembari membungkus tubuh dengan selimut.
Beruntung ini hari jumat. Hari jumat sendiri adalah "free day" hari yang digunakan sekolah untuk kegiatan ekstrakulikuler. Ada perasaan lega dalam diri Kira karena dia tidak akan melakukan senam ataupun dicari oleh beberapa ketua klub agar memaksanya masuk ke kegiatan ekstrakulikuler.
Perlu diketahui sejak Kira masuk sampai dirinya kelas dua sekarang, dia tak mau mengambil ekstrakulikuler hanya karena tak satupun dari kegiatan yang ada di sukai olehnya.
Suara deru mobil membuyarkan lamunan Kira. Ia masih berada di dalam selimut ketika pintu kamarnya diketuk. "Kirana, ini ibu ayo kita bicara."
Lekas Kira membuka dan mempersilakan ibunya masuk. "Kamu kenapa nggak mau masuk sekolah? Ada masalah?"
Kira menggeleng sebagai jawaban.
"Lalu?"
"Nggak mau aja, bu tolong ya hari ini saja aku nggak sekolah. Capek kalau ketemu sama Kakak kelas nantinya dipaksa lagi buat masuk ekstrakulikuler." Kira mengeluh. Ia tak sepenuhnya berbohong tapi tak juga berkata jujur.
"Yah itu kan memang urusan kamu sayang, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kegiatan ekstrakulikuler itu memang penting buat nilai," sahut Ibu Kira. Dia kemudian menghela napas. "Dari pada kamu cuma di kamar terus, lebih baik kamu mandi bantu Ibu beresin rumah terus ikutin Ibu ke pasar ya."
Kira mengangguk. "Makasih Bu, sudah mau pengertian, Kira janji bakal nyelesain masalah Kira."
❤❤❤
Hari jumat adalah hari yang gembira untuk Glen. Dia akan berolahraga sebentar dan menghabiskan waktu di kegiatan ekstrakulikulernya. Seperti hari jumat yang biasa, Glen sudah datang dan menyapa teman-teman di kelas.
"Kebiasaan banget si Glen. Kalau hari jumat pasti semangat datangnya," kat a salah seorang teman Glen. Pemuda itu sendiri tersenyum tipis sebagai tanggapan.
"Biasa hari jumat, hari bebas. Eh nanti mau main apa? Basket? Voli? Atau futsal?"
Glen tidak memerhatikan. Dia fokus pada bangku Kira yang masih kosong. Setahunya Kira itu selalu tak akan terlambat. Jam setengah 9 ketika Glen memeriksa di ponsel. Dia jadi tidak enak. Apa Kira tidak mau bertemu dengannya lagi setelah pertengkaran kecil mereka kemarin?
"Bro!" Suara salah seorang teman mengejutkannya. Glen segera tersadar dan memusatkan perhatian percakapan teman-temannya seraya melirik melalui ekor mata di bangku Kira.
Glen terus menunggu sampai akhirnya bel berbunyi dan Kira masih tidak juga datang. Ini sudah jelas, Kira mencoba menjauh.
Usai siswa siswi bersenam, Glen segera mengemasi barang. "Loh nggak mau main?" tanya Beni, salah satu temannya.
"Iya ada urusan toh hari ini hari jumat gerbang sekolah kebuka lebar." Glen bergegas tanpa mau mendengar ucapan Beni.
Tangannya tak lepas dari ponsel mengirim chat dari grup ekstrakulikulernya. "Maaf ya Nad, gue nggak ikut kegiatan lagi ada urusan mendadak."
"Ok, sesekali mah nggak papa good luck ya buat urusannya," balas Nadia, ketua klub.
"Hah? Kakak mau ke mana?" sahut Adinda adik kelas satu yang juga anggota klub.
"Hati-hati di jalan, nanti aku simpan sampel kue di kulkas dicobain ya." Seorang gadis bernama Nina ikut membalas pula.
Grup chat lantas ramai tapi Glen segera mematikan ponsel dan mengeluarkan motor dari tempat parkir. Tidak lama ia sudah berada di rumah Kira. Tampak pintu pagar di kunci tanda tuan rumah tidak ada di tempat.
Glen berusaha menelepon Kira dan dia sama sekali tidak mendapat balasan. Akhirnya Glen menunggu di depan pagar rumah Kira. Berharap Kira tidak apa-apa. Mungkin saja gadis itu memang sakit dan pergi ke puskesmas.
"Glen?" Kira bersuara. Dia datang dengan menenteng tas berisi sayuran bersama sang Ibu. Mereka baru saja selesai belanja bulanan.
Glen sontak menoleh. Dia lega sekali mendapati bahwa Kira tidaklah sakit. "Nak Glen kenapa kemari? Bukannya masih jam sekolah?" tanya Ibu Kira bingung.
"Saya khawatir sama Kira, takutnya dia sakit atau bagaimana jadi saya datang ke sini." Glen memberi penjelasan.
Ibu Kira lantas menoleh ke arah putrinya. Dia memberikan senyum aneh seraya mengangkat kedua alisnya beberapa kali. "Ibu tolong buka pintu pagarnya aku capek seharian nentengin tasnya berat banget," keluh Kira berusaha agar ibunya tak menggoda lagi.
Glen pun ikut masuk setelah Kira berjalan lebih dulu. Tak lupa dia membantu Ibu Kira dengan membawa tas pasar. "Maaf ya nak Glen, pasti udah nunggu lama. Nak Glen udah makan?"
"Belum bu," balas Glen singkat.
"Kalau begitu makan siang bersama kita saja, Ibu mau masak ayam kecap."
Glen hanya memberi senyuman, mengiyakan ajakan Ibu Kira. "Soal Kira bu, kenapa ya dia nggak mau masuk?"
Ibu Kira mendengus, "Ya begitulah katanya malas sekali kalau masuk hari jumat, selalu dipaksa masuk sama ketua klub ekstrakulikuler."
Glen tidak membalas melainkan menatap punggung Kira di depannya. Ada perasaan lega sebab Kira masuk bukan karena dirinya. "Ibu, boleh tidak aku bantu masak? Sekalian buat resep baru untuk kegiatan ekstrakulikuler."
"Kamu tahu masak? Wah jarang ya ada pria yang masih muda jago masak idaman menantu banget."
Sontak Kira menoleh sambil melotot ke arah Ibunya yang langsung tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SERIES : Teman Tapi Mesra
Teen FictionKirana menyimpan rasa suka kepada Bian tapi Biam malah menyukai Anggi, sahabat Kirana siswi "most wanted" di sekolah mereka. Dalam kekalutan hati, muncul Glen Argantara, pemuda menyebalkan yang suka membuat Kirana bingung . Banyak gosip beredar namu...