Kira dan Mahen melangkah pergi dari pesta itu. Glen sendiri termangu sebentar sebelum akhirnya memaku pandangan pada sosok gadis yang tengah merekam.
Glen berjalan cepat mengambil ponsel si gadis lalu menghapus segala foto dan video yang berkaitan dengan Kira. Lina awalnya protes tapi nyalinya ciut begitu matanya bertemu dengan Glen.
"Awas saja kalau ada gosip tentang Kira besok, lo harus tanggung jawab." Glen berlalu pergi begitu memberikan ponsel milik Lina.
"Sialan, gara-gara Glen nggak gosip yang bagus besok." Lina menggerutu kesal. Sejak awal ia bersusah payah membuat video Kira dan mudahnya Glen menghapus itu semua.
"Itu nggak penting Lina asal Kira udah dipermalukan depan umum. Sekarang kita ke rencana selanjutnya." Ita lalu memberikan uang 500 ribu lagi pada dua pemuda yang sudah mendorong Ita "tidak sengaja".
"Kalian cari tahu alamat Kira, bilang sama Kak Mahen kalau kalian menyesal dan mau minta maaf setelah itu tugas kalian selesai," perintah Ita.
"Sipp bos!" balas keduanya serempak.
Ita kemudian berjalan mendekati teman-temannya. "Lalu setelah itu kita jauhkan Kira dari teman-temannya terutama Glen. Kita harus menciptakan jarak antara mereka berdua termasuk jika itu membuat Kira terpesona dengan cowok lain."
Lili melihat ke arah Ita memandang. Segerombolan pemuda tampak bercanda ria dengan jaket yang sama. "Jangan bilang lo minta bantuan sama mereka."
"Lebih tepatnya sama Rio," kata Ita lalu dia beralih menatap Cia. "Nggak papa kan Cia mantan lo gue manfaatin?"
"Nggak papa, gue juga nggak peduli sama Rio lagi." Ita segera berjalan menghampiri mereka yang langsung diam begitu melihatnya.
"Gue mau bicara sama lo penting." Ita berucap sambil melihat ke arah Rio, pemuda dengan mata teduh.
"Di sini aja, gue males bicara di tempat lain," sahut Rio datar.
"Perempuan tadi yang jatuh ke kolam renang, gue mau lo deketin dia."
Rio tersenyum kecil. "Dan untungnya buat gue apa? Kalau lo punya masalah sama dia mending lo aja yang beresin."
"Justru karena gue nggak bisa leluasa ketemu dia makanya gue minta bantuan sama lo. Lagi pula tujuan kita itu sama, Glen."
Mendengar nama Glen Rio yang awalnya santai langsung fokus. "Dia punya hubungan apa dengan Glen?"
"Mereka sekelas dan keliatannya Glen suka sama Kira. Ini bisa jadi kesempatan buat lo untuk ngorek informasi dari perempuan itu. Jadi gimana tertarik nggak?" tanya Ita menawarkan.
"Ok gue mau tapi gue ambil kesempatan ini karena Glen, kalau nggak gue nggak bakal mau. Apa yang gue harus lakuin?" tanya Rio.
Ita tersenyum miring. "Mudah, cukup buat perempuan itu deket sama lo."
"Berarti gue harus jadi rivalnya Glen?" Rio menerka dan Ita membalas dengan anggukan.
"Oh, kedengarannya bagus. Rasanya sama seperti dulu. Gue ambil tugas ini tapi beri gue waktu."
"Silakan lo atur waktu yang lo butuhin asal hanya satu yang gue mau. Pastiin Kira dan Glen nggak punya waktu buat berduaan." Ita dan Rio saling menjabat tangan sebagai tanda kesepakatan di antara mereka berdua.
***
"Maaf ya Om, saya nggak bisa jagain Kira baik." Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah dan seperti Mahen perkirakan, dia langsung di interogasi Ayah Kira.
"Ini bukan salah kamu sepenuhnya, ini juga salah Om karena Om iyain Kira mau ke ulang tahun temennya harusnya Om antar dia dan nunggu sampe acara ulang tahunnya selesai tapi terima kasih karena sudah mau ngantar Kira pulang. Kamu pulang juga, bahaya kalau baju kamu basah terus nanti sakit lagi. Sampaikan salam sama mama dan papa."
"Iya Om, saya pamit dulu." Mahen pun berpamitan pula pada Ibu serta Kira yang sudah berganti pakaian. Ia melewati lorong gang sempit menuju mobil di mana Glen menunggu dengan gusar.
"Loh kok lo ada di sini?" tanya Mahen begitu ia mendekati Glen.
"Kira, gimana?" Glen balik bertanya.
Dari pertanyaan serta mimik muka Mahen langsung tahu alasan Glen mengikuti mereka. "Baik, dia udah ganti baju dan mau istirahat. Oh ya, makasih soal jaket lo," ujar Mahen seraya memberikan jaket milik Glen.
"Lo punya hubungan apa sama adik gue?" tanya Mahen lagi.
"Adik?" ulang Glen mencoba memperjelas apa yang ia dengar.
"Iya Kira itu adik sepupu gue, bokapnya saudara sama nyokap." Mahen melihat jika Glen tampak lega. Pemuda itu jelas suka pada Kira.
"Lo belum jawab pertanyaan gue," tegur Mahen.
"Cuma teman, kami satu kelompok jadi-"
"Temen apa demen?" potong Mahen lagi. Ekspresi Glen yang diam langsung membuatnya tertawa.
"Udah jangan bohong lagi, gue tahu kok lo suka sama Kira. Semangat ya, Kira itu biar polos tapi dia itu misterius nggak ada yang bisa nebak pikiran dia. Gue cabut dulu." Mahen lalu masuk ke mobil dan menyalakan mesin.
Kaca jendela mendadak turun memperlihatkan kepala Mahen keluar. "Oh ya nama lo siapa? Tukaran WA dong siapa tahu kita bisa ngobrol lebih banyak."
Glen mendekat, memberi sederet nomor yang kemudian disimpan oleh Mahen di ponsel. "Tulis di nama kontaknya Glen 2-C."
Mahen menurut sementara Glen sudah berada di atas motor hendak pulang. Ia memastikan bahwa nomornya tidak salah dan pandangannya mematut ke arah nama kontak.
"Glen kelas 2-C? Glen Argantara?" Mahen melihat lurus pada Glen yang berlalu pergi. "Jadi dia yang di fitnah waktu itu," gumamnya.
Glen tampak berbeda dari yang dulu. Mahen masih ingat betapa frustasinya Glen membela diri sendiri di hadapan para guru dan kepala sekolah. Ia juga ingat pak Bima terus memojokkannya. Tapi yang lebih terputar di memori Mahen bukanlah mereka melainkan Ita.
Dia ada di belakang pak Bima, tatapannya dibuat seakan sedih tetapi Mahen bisa melihatnya secara jelas. Saat Ita menutup wajahnya ketika Glen meminta agar ia dibela oleh Ita, dia tersenyum. Gadis itu bahkan tak menyembunyikan senyuman itu dari Glen.
Mahen membuang napas kasar. Ia berharap semoga saja Ita tak berusaha mencelakai Kira hanya karena Glen. Kekanak-kanakan sekali jika Ita berbuat buruk sebab mantan temannya menyukai gadis lain.
Akan lebih baik pula Mahen berjaga-jaga. Jangan sampai Kira disakiti oleh Ita. Dia harus menanyakan semua kejelasan ini pada Lili. Satu-satunya orang yang bisa dipercaya untuk sekarang.
Sementara Glen, sebaiknya bertanya saja. Entah kenapa Mahen berpikir jika Glen bukanlah pemuda yang buruk. Dia sendiri ditipu oleh Ita bagaimana bisa dia penjahatnya?
Ia menggelengkan kepala, merasa bahwa terlalu banyak pikiran. Sekarang Mahen juga harus fokus pada Ujian yang bakal mendatang. Mesin mobil kembali dinyalakan oleh Mahen dan perlahan mobil tersebut pergi menyusuri jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SERIES : Teman Tapi Mesra
Novela JuvenilKirana menyimpan rasa suka kepada Bian tapi Biam malah menyukai Anggi, sahabat Kirana siswi "most wanted" di sekolah mereka. Dalam kekalutan hati, muncul Glen Argantara, pemuda menyebalkan yang suka membuat Kirana bingung . Banyak gosip beredar namu...