Jarak

5 3 0
                                    

Kira baru masuk hari kamis. Berkat insiden kolam renang, dia langsung demam tinggi besoknya hingga dia tak bisa datang. Syukurlah Glen meminta pada guru bahasa Indonesia mereka untuk presentasi minggu depan.

Baru masuk ke gerbang Kira menyadari beberapa pasang mata menatap sambil sesekali menahan tawa. Gosip pasti sudah merebak meski tiada foto atau pun video. Yah sudahlah toh nanti akan hilang juga dengan sendirinya.

Kira melenggang menuju ke kelas di mana beberapa temannya sedang mengobrol. "Eh Kira, masuk juga ya katanya lo demam?" tanya Beni mendadak.

Kira bingung sesaat. Untuk pertama kalinya Beni yang motabenenya mereka hanya saling mengenal mendadak perhatian. "Iya tapi udah mendingan sekarang."

"Oooh, okay kalau gitu jangan maksain buat mikir dulu. Gue udah minta sama temen-temen buat jangan gangguin lo." Beni kemudian pergi menuju tempat duduknya sementara Kira termangu.

Ia lalu duduk masih dengan ekspresi tak percaya. "Selamat pagi," sapa Glen baru saja datang. Pemuda itu langsung menghampiri Kira lalu duduk tepat di sampingnya.

"Pagi, eh Glen? Kok kamu duduk di sini?" tanya Kira bingung.

"Tentu saja, gue duduk di sini biar deket sama lo." Jawaban Glen terdengar teman-teman mereka. Sontak keduanya menjadi pusat perhatian.

"Cieee!" seru mereka. Kelas dalam suasana riuh sebab Glen secara tidak langsung mengatakan suka pada Kira.

"Pepet terus Glen, jangan sampe lepas."

"Awet ya, kalau jadian traktirin."

"Akhirnya Kirana bakal punya pacar." Berbagai reaksi ditunjukan, Kira langsung menunduk malu sementara Glen dengan senyum tengilnya mengucap terima kasih. Tak lupa meminta doa agar Kira bisa membuka hati untuk Glen.

"Ngapain sih bilang begitu? Malu!" kata Kira seraya melirik ke arah pemuda itu.

Riuh anak-anak kelas 2-C akhirnya berhenti setelah bel berbunyi dan tak lama guru matematika datang. Suasana hati yang sedang bergembira entah kenapa membuat pelajaran matematika terasa mudah.

Bahkan mood guru juga berubah saat kelas 2-C sedikit bercanda sekaligus serius tatkala bertanya materi pelajaran. 4 jam pelajaran tidak membuat mereka lelah dan bel istirahat pun berbunyi.

"Ayo ke kantin yuk, Anggi sama Bian nungguin." Glen berucap semangat.

"Duluan aja, aku masih harus menyalin beberapa kata lagi. Aku bakal nyusul kok." Pemuda itu mengiyakan kemudian keluar dari kelas. Tepat Glen sudah menjauh dari kelas 2-C, Ita masuk ke dalam kelas.

"Kira akhirnya kamu masuk juga, maaf ya nggak jengukin kamu. Gimana? Udah baikan?" tanya Ita perhatian.

"Iya udah sehat." Kira membalas singkat. Dia lalu menutup buku catatan yang langsung ditaruh ke dalam laci meja.

"Baguslah, maaf aku nggak tau kalau kamu ke dorong sama Sadam dan Alfi. Kami sebenarnya waktu itu datang ke rumah buat jengukin tapi Ibumu bilang nggak bisa jenguk soalnya butuh istirahat." Ita kembali memperlihatkan tatapan polosnya.

"Oh iya santai aja, makasih juga buah tangan yang kamu kasih. Buah-buahannya enak. Aku harus pergi, teman-temanku.."

"Sebagai permintaan maaf aku bakal traktir kamu yuk." Belum sempat Kira menolak, Ita menarik tangan gadis itu menuju kantin.

Di sana Kira tak sempat menyapa Anggi dan teman-temannya. Dia langsung diseret oleh Ita menuju meja di mana Cia, Lina serta Lili berada di meja tersebut. "Akhirnya lo datang juga, ayo duduk biar gue pesenin makanan lo, Kira mau makan apa?" tanya Lina.

"Nasi goreng saja, makasih." Kira berucap singkat.

Lina bingkas berdiri sementara Ita dan Kira duduk. "Eh lo denger nggak gosip terbaru kakak kelas?" tanya Cia.

"Ada gosip apa?" Ita tampak bersemangat menanggapi ucapan temannya itu.

"Si robi putus sama Lala, katanya sih ada orang ketiga tapi lo tahu siapa yang selingkuh? Lala yang selingkuh." Ita menutup mulutnya yang menganga. Kira pun melotot mendengar gosip hangat mereka. Dia sebenarnya tak suka membicarakan keburukan orang lain akan tetapi benar adanya kalau gosip itu sangat menarik untuk disimak.

"Beneran nih beritanya? Lala yang polos itu punya selingkuhan? Gimana ceritanya?"

"Soalnya Robi ngeliat dia nongki di cafe gitu, pas mau nyamperin eh Lala manggil cowok yang jalan bareng sama dia tuh manggilnya bebi mana dia muji-muji lagi Lala bandingin Robi sama tuh cowok apa nggak kesel sih Robi? Ya udah dia langsung labrak saat itu juga. Lala cuman diam pas Roni marahin dia. Lo mau liat nggak videonya? Ada loh di medsos, viral malah." Cia bertutur panjang lebar sambil mengutak atik ponsel miliknya.

Sedang Ita serta Cia sibuk sendiri pandangan Kira beralih kepada Lili yang menatapnya serius. Dia mencoba terlihat lebih ramah dengan tersenyum tapi Lili tidak melunak.

Kira merasa canggung sekarang. Berada di sekeliling orang asing yang ia sadari tak suka padanya membuat tak nyaman dalam hati. "Maaf kenapa ya mandang aku kayak begitu?" tanya Kira memberanikan diri pada si ketua osis.

"Emang itu urusanmu? Suka suka gue dong mau liatin siapa," balas Lili terkesan nyolot.

"Tapi aku nggak nyaman, mungkin kamu nggak ngeliatin aku tapi mata kamu natap aku. Aku udah coba ramah tapi kamu malah terkesan nggak suka sama kehadiranku." Tepat saat ini Lina datang dengan membawa dua pesanan makan siang Ita serta Kira.

Ita serta Cia yang awalnya sibuk melihat ke layar ponsel kini memandang Kira begitu juga Lina bingung arah pembicaraan Kira. "Tolong jangan natap aku lagi kayak gitu, aku risih." Lili sejenak terdiam sebelum akhirnya memusatkan perhatian pada makanan yang ia beli.

"Lili nggak bermaksud bikin kamu nggak nyaman kok emang dia ngeliatin orang kayak gitu seperti orang marah." Ita mencoba menengahi dengan membela Lili.

"Iya udah deh jangan emosi Lili nggak sengaja, dasar sensitif," ejek Cia kesal.

"Cia nggak boleh gitu, kalau Kira nggak nyaman ya wajar dong dia protes. Ayo minta maaf sama Kira." Dari mimik muka Cia melotot bersikeras untuk tak mau meminta maaf.

Ita pun tak kalah menampakkan wajah galak. Pada akhirnya Cia mengembuskan napas kasar. "Gue minta maaf, harusnya gue nggak bilang kayak gitu."

Kira lalu diperhatikan oleh Ita. Dari matanya dia tampak memaksa Kira untuk memaafkan kedua sahabatnya. "Baiklah asal jangan seperti itu lagi." Hanya satu keinginan Kira sekarang agar bisa menyelesaikan makannya lalu pergi selekas mungkin.

Suara notifikasi chat terdengar dari ponsel Kira. Di sana ada chat dari Anggi. "Kamu nggak papa, kan?" tanya Anggi cemas.

"Iya aku nggak papa, maaf ya aku nggak bisa ke kantin bareng kalian."

"Itu nggak papa yang penting kamu nggak punya masalah sama mereka. Tahu nggak, Glen mau deketin kamu pengen ngajak ribut kayaknya sama tuh geng osis." Kira mwmbulatkan matanya. Kabar yang tidak terduga.

"Kenapa?" tanya Kira.

"Ya iyalah masa gebetannya lagi disinisin Glen nggak ngebantuin." Kira terpaku dan membaca berulang kali chat tersebut. Lagi, Glen membuatnya pipinya merona. Dasar pemuda itu, suka sekali membuat Kira salah tingkah.

"Bilang padanya aku baik-baik saja, tak usah cemas setelah aku selesaikan urusanku bersama merek, aku tidak akan punya masalah lagi," tulis Kira menenangkan Anggi.

"Ok bestie, jam istirahat kedua kita ke perpustakaan yuk aku mau bicarain sesuatu sama kamu."

"Bicarain apa?" Kira penasaran.

"Nanti aja, jangan di chat." Percakapan singkat antara keduanya berhenti saja dan tak lama bel masuk berbunyi seiring habisnya makanan Kira.

SCHOOL SERIES : Teman Tapi Mesra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang