Kira kemudian berjalan meninggalkan Bian yang kini sedang menyalakan mesin motor lalu pergi entah ke mana. Begitu Kira masuk, sebuah motor berhenti tepat di halaman rumah keluarga Ita.
Glen baru saja sampai di tempat itu dengan pakaian yang formal. Begitu banyak perubahan halaman depan rumah tersebut tapi suasananya sama seperti Glen datang pertama kali.
Cukup lama dia berada di atas motornya sambil melamun. Fokus Glen hanyalah Kira. Semoga saja tak ada sesuatu yang terjadi. "Glen?" suara seorang pria membuat Glen tersadar.
Di depannya ada seorang pria dewasa tengah tersenyum ke arahnya. "Kamu Glen, kan? Temannya Ita yang waktu itu sering kerja kelompok di sini?"
Glen menautkan alis. Berusaha mengingat siapa pria di depannya ini. "Mas Dika?"
"Iya ini Mas Dika, apa kabar? Udah tinggi ya sekarang, tampan lagi." Dika memuji Glen.
"Makasih Mas,"
"Diundang ke ulang tahunnya Ita ya, ayo masuk." Sebelum sempat Glen berucap, Dika memaksanya untuk masuk. Glen sepertinya tidak memiliki pilihan jadi dia membawa motornya untuk masuk ke halaman depan parkir bersama-sama kendaraan lain.
Perlu diketahui halaman depan Ita cukup luas untuk memarkirkan beberapa kendaraan. Bisa dibilang keluarga Ita tergolong berada jadi cukup menampung beberapa kendaraan.
Masuk ke dalam rumah Glen tidak menemukan orang-orang berpesta hanya beberapa orang dewasa dan satu dua pelayan yang sibuk dengan beberapa makanan dan minuman untuk tamu undangan.
"Pestanya ada di halaman belakang, Ita bilang maunya sama temen aja buat rayain ulang tahun jadi biar kami keluarganya tidak diizinkan masuk harus bawa undangan khusus. Kalau mau pergi silakan," kata Dika menjelaskan ketika melihat Glen tampak bingung.
"Nggak usah Mas mending saya di sini saja toh saya nggak bawa undangannya." Glen memberi alasan.
"Oh ya? Kalau gitu bagus dong ada temen main catur, bentar ya Mas ambil dulu caturnya di kamar Mas." Dika kemudian berjalan menuju kamarnya meninggalkan Glen sendirian.
❤❤❤
Kira berjalan tak nyaman ketika memasuki pesta tersebut. Ada suara musik yang memekakan telinga, tawa dan obrolan tidak penting memenuhi kepala gadis itu menyebabkan kepala Kira agak pusing.
"Kirana!" Suara yang familiar terdengar di antara segala polusi suara. Matanya langsung bertemu dengan Ita yang tersenyum lebar seraya mengintruksi agar Kira mendekat.
"Selamat ulang tahun ya Ita, ini kado buat kamu." Kira memberikan sebuah kado lengkap dengan pita berwarna merah muda.
"Makasih kadonya dan makasih banget udah datang." Ita lalu berbalik sebentar menaruh kado dari Kira di atas meja. Kira mencoba tersenyum ramah pada beberapa gadis temannya Ita tapi mereka terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis itu.
"Kalian belum kenalan, kan teman-teman ini Kira anak kelas 2-C yang aku bicarain sama kalian. Kira ini teman-temanku." Ita kemudian melirik kepada salah seorang dari temannya.
"Dia Lina, teman sekelasku dia itu admin dari grup whatsaap dan juga beberapa sosial media yang sekolah punya. Lina ini jago loh soal design, kamu harus lihat gimana postingannya." Lina tersenyum bangga mendengar kalimat pujian Ita, tidak ada yang lebih menyenangkan ketika dipuji oleh Ita.
"Nah yang gaya busananya heboh kamu pasti udah tahu dia siapa. Ini Cia sekretaris osis, maklum suka jadi pusat perhatian makanya heboh banget pakaian sama make up padahal aku yang ulang tahun tapi dia kelihatan lebih menonjol penampilannya."
Ah ya Kira tahu tentang itu. Cia emang suka jadi pusat perhatian terbukti dia itu selalu bawa sebuah tas kecil berisi peralatan make up. Luntur dikit langsung diperbaiki tapi anehnya kalau ada pemeriksaan tas, tas kecil milik Cia tidak pernah disita padahal guru sendiri yang cari di dalam tasnya entah di mana gadis itu menyimpannya padahal setiap hari make upnya selalu fresh.
Cia juga termasuk yang paling cerewet dan frontal kalau pacarnya dideketin sama cewek lain. Jangan salah, walau ukuran tubuh Cia tergolong kecil ia itu jago sekali yang namanya berkelahi. Bukan hanya sekedar menarik rambut tapi kadang-kadang korbannya mengalami lebam di bagian wajah, perut begitu juga tubuh anggota lain.
Alasan kenapa dia masih memegang jabatan sekretaris osis meski kelakuannya buruk adalah karena Cia tidak pernah membawa masalahnya ke dalam sekolah. Dia labrak dan memukul perempuan yang mendekati pacarnya setelah jam pelajaran berakhir serta tidak memakai seragam sekolah.
Tiap kali ada masalah pasti Cia dibantu oleh Ayahnya dan hanya dengan uang ditambah permintaan maaf permasalahannya selesai.
Cia buru-buru menyikut lengan Ita. "Udah jangan umbar aib gue, lagian semua orang juga tau gue kayak gimana."
Ita kemudian beralih pada seorang gadis pendek yang menatap remeh pada Kira. "Nah kalau yang ini namanya Lili, dia juga pengurus osis."
Oh ya, jangan lupakan Lili. Dia itu terkenal galak seangkatan. Saking galaknya, kalau Lili yang memimpin upacara semuanya langsung diam ketakutan. Iya, benar sekali Lili adalah ketua osis. "Oh jadi ini yang namanya Kira, cantik sih."
Kira tidak menanggapi. Sungguh dia tak bisa bergerak apalagi saat mata Lili menatap penuh intimidasi kepada Kira. Dia hanya ingin obrolan mereka berhenti saat itu juga.
"Iya, kan dia itu sebenarnya cantik cuma perlu dipermak saja." Ita membalas setuju akan ucapan Lili.
"Ya dan lo harus beli baju yang beken. Emang sih cantik tapi Kira tuh kayaknya nggak tau soal fashion," celetuk Cia sambil melihat Kira dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Kira tertawa hambar. "Aku mau ambil minuman." Dia lalu melangkah pergi berusaha untuk tetap santai meski kegelisahan melandanya.
Lili kemudian menatap Ita. "Gue heran kenapa ya Glen suka ama tu cewek. Perasaan dia nggak spesial sama sekali udah begitu kelas 2-C udah pasti dia bego padahal Glen dulu pernah bilang dia mau cewek yang pinter."
"Gimana Glen nggak kesemsem? Mereka itu satu kelas gue yakin otak Glen nggak seencer dulu wajarlah dia udah bergaul sama anak-anak bodoh." Cia menyahut.
"Lo bisa diam nggak? Mau mulut lo itu gue buat luka?" tanya Ita pada Cia yang kini diam seribu bahasa.
Suara notifikasi menyita perhatian Ita. Ada foto yang dikirim oleh Kakaknya dan ketika dia masuk ke aplikasi chat, alisnya terangkat melihat foto Glen tengah berpikir keras. Dia tampak sedang main catur.
"Eh ada crush lo nih, nggak mau nyapa dia?"
Ita tersenyum dan memandang ke arah Lili. "Lo bisa kan ngurus Kirana? Gue punya urusan penting."
"Itu sih bisa diatur pergi sana jangan sampe Glen pergi." Sepeninggal Ita, Lili lalu menghampiri dua orang lelaki yang berdiri tak jauh dari sana.
Lantas dua lelaki itu memandang Lili. "Lo tau kan harus lakuin apa?" tanya Lili sambil memberikan uang 500 ribu pada mereka.
Dua lelaki ini tersenyum lebar. "Ketua cuma tahu beres aja, santai."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SERIES : Teman Tapi Mesra
Dla nastolatkówKirana menyimpan rasa suka kepada Bian tapi Biam malah menyukai Anggi, sahabat Kirana siswi "most wanted" di sekolah mereka. Dalam kekalutan hati, muncul Glen Argantara, pemuda menyebalkan yang suka membuat Kirana bingung . Banyak gosip beredar namu...