10. D-Day

652 119 21
                                    

"Ini apa, Jun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini apa, Jun?"

Arjuna bahkan masih hendak membuka pintu rumahnya, tatkala suara tersebut mengejutkan dirinya. Juna berbalik, ada Bapak yang berdiri di belakangnya, membawa sebuah paper bag. Juna menepuk jidatnya, lupa kalau mendapatkan itu dari Sadewa kemarin. "Bapak nemu di mana?" Tanyanya seraya mengambil alih barang tersebut dari tangan ayahnya.

"Di etalase, pas mau buka toko tadi."

Juna manggut-manggut, "Bentar, Bapak kok di rumah? Kemarin nggak ada, tadi pagi juga nggak ada, acara amal lagi?"

Bapak tertawa mendengarnya, beliau menggeleng pelan, "Enggak, kemarin Bapak tidur di peternakan. Ada dua sapi yang sakit, kasian."

Juna manggut-manggut, perlu ditulis jika selain pemilik toko sembako yang lumayan terkenal di kompleks. Bapak juga memiliki peternakan sapi yang jaraknya sekitar lima belas kilometer dari rumah, berada di tempat yang jauh dari permukiman, supaya tak mengganggu warga. Peternakan tersebut menghasilkan susu untuk di distribusikan ke pabrik, juga kotoran yang bisa Bapak olah menjadi pupuk, dan dijual pada petani yang memiliki ladang di sekitar peternakan.

Usaha Bapak cukup untuk menghidupi Juna dengan layak, juga cukup untuk membayar beberapa karyawan.

Setelah melepas sepatu, Juna melangkah masuk ke dalam rumah, matanya mengernyit mendapati di ruang tamu ada gelas dan sajian. "Abis ada tamu, Pak?"

Bapak mengangguk, "Kamu sekarang udah jarang izin menemani temanmu, udah sembuh?"

"Bapak niat ngusir lagi?"

"Enggak, suudzon nggak baik. Cuma nanya aja."

"Udah, Naka bebal anaknya, Udah bisa jungkir balik sampe pulau pulu-pulu." Candanya, seraya melangkah memasuki kamar.

Begitu tiba di kamar, meletakkan ranselnya di atas kasur, Juna bergerak duduk di meja belajarnya. Membuka bingkisan dari Sadewa itu. Ia benar-benar lupa, sepulang sekolah kemarin, Juna langsung membuka toko, dan melayani pembeli, sampai lupa dengan paper bag tersebut. Juna hanya berharap, semoga isinya bukan sesuatu yang mudah basi, sehingga tak mubadzir.

Selain snack yang kebetulan ada dijual di tokonya, juga ada sebuah buku sejarah dunia, sebuah gantungan kunci Moomin, dan satu set cat akrilik, lengkap dengan palet dan kuasnya. Terdapat juga sebuah sticky note, 'Saya beberapa kali lihat kamu menggambar sesuatu di HP, seringnya gambar sapi gendut itu, juga gambar Cleopatra, ya? Bisa-bisanya suka sejarah. Jadi saya rasa, ini semua akan membuatmu senang. Awas kalau sampai sapi itu hilang, kamu juga saya hilangkan. Dan daripada gambar sapi, mending gambar saya. Maaf ya, kanvasnya nggak muat masuk, jadi nggak saya belikan.'

Juna terkekeh kecil, buku yang Juna tebak bisa mencapai dua ribu halaman itu memang menarik perhatian dirinya sejak beberapa waktu terakhir. Isinya sejarah yang membuatnya penasaran, terlebih saat membaca di beberapa artikel, hidup orang-orang zaman dulu sangat dramatis sekali. Bagaimana bisa Sadewa tahu ia tertarik dengan itu? Dan masalah kanvas, kebetulan Juna memang suka melukis seperti yang Sadewa tebak, ia sudah punya kanvas sendiri.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang