6. Sudah Bersyukur?

634 107 8
                                    

Hari ini, setelah sekolah, Nakula memutuskan untuk kembali ikut Yudhis dan Sena bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, setelah sekolah, Nakula memutuskan untuk kembali ikut Yudhis dan Sena bekerja. Sementara Juna memilih pulang, saat istirahat pertama tadi, Juna mencoba kembali menelepon ayahnya, dan terjawab. Kata Bapak, sejak beberapa hari lalu, beliau mengikuti kegiatan masjid, berupa melakukan kegiatan amal di beberapa titik di Jakarta, sehingga Bapak tak sempat pulang. Setelah semalaman cemas memikirkan ayahnya, Juna tentu saja langsung pulang begitu bel pulang nyaring terdengar.

Naka rasa, hari ini ada yang aneh, namun entah apa.

"Hari ini adem-adem aja, Pak Dewa juga nggak ngawasin kita. Padahal gue dapet larangan bolos, dan gue ke kantin pas jam kimia, kenapa Pak Dewa nggak tiba-tiba muncul kayak biasanya?" Celetuk Sena sesaat setelah keluar dari ruang ganti, mengganti seragam sekolahnya dengan seragam cafe.

Naka manggut-manggut, "Bener juga, mencurigakan." Tepat saat itu, Yudhis keluar juga dari ruang ganti.

Sena yang melipat seragamnya itu memandang Yudhis curiga, "Lo hari ini juga nggak banyak polah, biasanya ngelawan peraturan mulu sampe mampus. Dan semalam lo bareng Pak Dewa, kan? Jangan-jangan kalian merencanakan sesuatu?"

"Gue semalem dibabuin." Balas Yudhis cuek, lalu meninggalkan Sena dan Naka yang saling melempar pandangan.

Sena menghela napas, "Lo tunggu sini atau ikut ke depan?"

"Sini aja, nanti kalo Bang El udah dateng suruh ke sini."

"Yaudah, gue bikinin kopi dulu."

Tempat ini bukan hanya sekedar ruang ganti dan kamar mandi saja, namun juga tempat istirahat para karyawan. Sangat luas, bahkan ada kolam ikan dan air mancur di salah satu sudut ruangan ini, atapnya pun kaca, sehingga cahaya matahari dengan leluasa masuk. Ada juga sebuah meja makan besar dan meja tenis. Bahkan ada tiga kamar tidur di sini, biasanya digunakan oleh karyawan yang sedang sakit, atau saat malas pulang. Tak sampai situ, sebuah smart TV dan set sofa membuat ruangan ini terasa seperti rumah, keramaian di depan terdengar hanya samar-samar. Cukup menenangkan, Naka suka.

Baru saja Naka menyalakan televisi, tiba-tiba suara Sena kembali terdengar memanggilnya, padahal belum ada tiga menit, mungkinkah Sena membuat kopi sesingkat itu? Naka menoleh, di sana ada Sena bersama seorang gadis berambut sebatas bahu, masih memakai seragam sekolah, juga ransel di pundaknya. Sena sendiri berjalan mendekatinya seraya menggenggam tangan kiri gadis tersebut.

"Nakula yang baik hati dan tidak sombong, tolong obati dia, gue masih banyak kerjaan." Sena meminta gadis itu duduk di single sofa, begitu duduk, Naka baru sadar jika telapak tangan gadis tersebut penuh dengan darah, Naka ngilu sendiri.

"Kenapa?"

"Nggak tahu, kotak obatnya noh di samping lo, tolongin, gue kerja dulu, makasih."

Naka mengangguk saja, "Cuci tangan lo dulu!" serunya, gadis itu menurut, beranjak dari sana menuju toilet.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang