12. Artis Ibu Kota

628 107 17
                                    

"Minimal jadi manager di perusahaan bokap lo deh, Na

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minimal jadi manager di perusahaan bokap lo deh, Na."

Naka menggaruk tengkuknya, bingung harus memberikan reaksi seperti apa saat Sena tiba-tiba menyebut perusahaan milik ayahnya. Walaupun sebenernya sangat Naka wajarkan Sena berkata demikian, mengingat nama orang tuanya bukan lagi nama yang asing di negeri ini, karena masuk ke dalam jajaran pengusaha sukses, dan jajaran orang-orang kaya. Tetap saja, Naka masih suka tak enak hati saat orang-orang di sekitarnya terlalu mengagungkan kedua orang tuanya, seperti Sena saat ini. Bagi Naka, semuanya setara, mereka bisa sukses seperti orang tuanya, bahkan lebih. Bagi Naka, mereka semua seharusnya menyaingi ayahnya, bukan hanya menjadi manager di perusahaannya.

"Jangan jadi manager doang, saingin bokap gue."

"Mana bisa, jangan bandingkan gue sama beliau, gue bukan pewaris. Kalah duluan gue, Na." Sena terkekeh pelan, ia lanjut membersihkan kaca di hadapannya yang bahkan sudah terlihat sangat bersih, lebih bersih daripada kaca di kostnya.

Bagaimana bisa Sadewa meminta keduanya membersihkan kaca jendela yang sudah sangat bersih ini, heran.

Naka sejenak terdiam, sebelum menyahut. "Yaudah, ayo kita merintis usaha kita sendiri, berempat, kayaknya seru kalo sukses bareng, hasil usaha sendiri."

Sena tersenyum lebar, "Boleh, ayo kita saingi bokap lo."

Belum sempat Naka menyahut, suara seseorang lebih dulu terdengar. "Yudhistira Caesarhino Lin! Saya sudah bilang, jangan bermain-main lagi. Kamu hampir saja membuat anak itu masuk rumah sakit!"

"Dia pantas dapat itu."

Di sana, Sadewa menghela napas, "Kali ini saya serius, saya akan memanggil kedua orang tuamu besok. Sekarang, bersihkan seluruh kaca jendela yang berada di lantai satu." Ia beralih pada Sena dan Naka yang terlihat memperhatikannya. "Kalian berdua! Sudah cukup, biar Yudhistira yang melanjutkan!" Serunya.

Pada sepuluh menit awal, Sena dan Naka betulan hanya melihat Yudhis yang membersihkan kaca tersebut. Tidak ada Juna, dia anak teladan sedikit, ketika yang lain sibuk mencari cara untuk kabur dari sekolah ini, Juna justru menyiapkan bukunya di atas meja, bersiap untuk belajar. Sadewa sebenarnya heran, mengapa anak-anak ini sangat bebal, tidak pernah kapok, padahal selalu ia beri hukuman saat mereka melanggar aturan, walaupun hukuman ringan, tapi kan sering.

Untuk Yudhistira, anak itu tidak berniat membolos seperti Sena dan Naka, hanya saja, ia justru bertengkar dengan adik kelas. Dengan seluruh kekuatannya, tentu saja adik kelas itu tak berdaya di tangan Yudhis.

Akan tetapi, setelah sepuluh menit terlewati, Sena dan Naka kembali meraih cairan pembersih kaca yang sebelumnya mereka pakai, dan kembali bergerak mendekati Yudhis, membantunya. Mereka boleh nakal, tapi tidak boleh membiarkan sahabatnya sulit sendirian.

Melihat itu, Sadewa hanya mampu terdiam, Yudhistira sudah mendapatkan ancaman skorsing tiga hari dari guru BK. Adik kelas yang terlibat tadi meminta supaya masalah ini selesai baik-baik, hanya saja, orang tuanya yang tidak terima, orang tuanya meminta bertemu langsung dengan wali Yudhis besok. Sadewa tak tahu apa yang sedang siswanya itu alami, ia pantang ikut campur dalam urusan apapun di luar sekolah. Namun agaknya, kali ini, Yudhistira benar-benar menyita perhatiannya juga. Agaknya kali ini, ia harus turun tangan, seperti yang Nakula inginkan.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang