4. Siapa Sangka

745 119 19
                                    

"Anying, Inggris tanpa Naka susah juga, ke mana tuh anak, hp ditingal lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anying, Inggris tanpa Naka susah juga, ke mana tuh anak, hp ditingal lagi." Dumal Sena sembari menatap soal-soal yang diberikan guru beberapa menit lalu. Bukan ulangan, tapi tetap saja Sena tidak bisa mengerjakannya. Biasanya, ia akan meminta bantuan Naka, meskipun Naka tak sekolah, ia terbiasa memberikan foto soal untuk meminta bantuan pada sahabatnya itu.

Siang ini, entah di mana Naka dengan kondisinya yang tidak bisa bergerak dengan leluasa itu, ponsel cowok itu pun tergeletak di atas meja. Arjuna di sampingnya juga terlihat hanya bisa menatap miris bahasa asing di tangannya. Sena menghela napas, "Kayaknya gue kalo ke luar negri bakal ilang selamanya, atau dikira orang bisu."

Juna menoleh, "Anjir lah mereka bolos nggak ngajak, nggak bilang."

"Padahal mereka dilarang bolos hari ini, Yudhis juga cari mati."

"Soal Yudhis, tadi pagi lo dengar dia bilang apa, kan? Kira-kira kenapa tuh anak?"

Sena mengedikkan bahunya, lama berteman, Yudhis jarang sekali bercerita pada mereka. Teman mereka yang satu itu memang lebih problematik dibanding yang lain, walaupun ke mana-mana seringnya memakai motor butut yang katanya pemberian kakeknya, mereka tahu Yudhis lebih dari itu. Tak sekali dua kali mereka mendapatkan telepon lewat tengah malam, mengatakan Yudhistira sedang mabuk berat di bar, atau berita bahwa Yudhis terjatuh akibat balap liar. Baru-baru ini saja mereka tak mendapat kabar tersebut, atau ini karena satu bulan ini mereka selalu bersama, sehingga Yudhis tak membuat banyak keributan lagi. Yudhis juga anak cerdas, selalu diandalkan dalam berbagai hal oleh guru, beberapa kali dibujuk untuk mengikuti lomba, namun selalu ditolak oleh Yudhis. Entah apa alasannya.

"Mungkin dia ada masalah." Balas Sena setelah memikirkan beberapa kemungkinan. "Lo sendiri, kenapa Bapak lo nyuruh lo jagain Naka?"

Juna menggeleng, "Gue juga nggak paham, tapi setiap gue pulang, Bapak selalu nanyain, emangnya Naka udah baikan, kalo belum gue disuruh balik ke apartemen Naka, padahal gue mau bantu dia jaga toko. Kayaknya ada sesuatu yang Bapak lakuin di belakang gue."

Sena membekap mulutnya, "Jangan-jangan ,,, bokap lo selingkuh?"

Juna menoyor kepala Sena hingga si empu meringis pelan, "Istri aja nggak punya, gimana mau selingkuh?!"

"Atau jangan-jangan bokap lo nyelundupin narkoba?"

Juna seketika menendang kursi Sena hingga bergeser beberapa centi. "Lambemu!!" Kesalnya.

Tentu saja keributan keduanya membuat perhatian guru di depan tersita, Sena nyengir kuda saat guru tersebut menatapnya galak. "Hehehe, maaf, Bu. Tadi ada cicak jatuh." Elaknya seraya membenarkan kembali posisi tempat duduknya.

***

"Poinmu berkurang setengah lebih, Yudhistira. Apa yang sebenarnya kamu mau?"

Yudhis mengedikkan bahunya, "Saya hanya mau melakukan apa yang saya mau."

Sadewa menghela napas, sepertinya ada sesuatu yang membuat anak di hadapannya ini berbuat demikian. "Satu minggu ke depan, kamu menjadi asisten pribadi saya, turuti seluruh permintaan saya atau kamu tahu akibatnya. Tanpa bantahan." Ujarnya tenang, kemudian menatap Naka yang masih diam di tempatnya.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang