11. Itu Alasan Bapak?

778 118 25
                                    

Dulu, Thalia pernah bercerita, suatu malam, saat orang-orang sudah bersiap menyambut mimpi, Thalia justru membuat perkara dengan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu, Thalia pernah bercerita, suatu malam, saat orang-orang sudah bersiap menyambut mimpi, Thalia justru membuat perkara dengan suaminya. Masalah apa yang dibuat wanita tersebut? Sederhana, meminta minum es cincau. Seharusnya memang sederhana, tapi, siapa yang menjual cincau pukul satu dini hari?

Seharusnya sederhana, Kaisar bisa saja meminta daun cincau pada tetangga, atau mencurinya di samping pos satpam kompleks yang kebetulan terdapat pohon cincau. Tapi, malam itu keduanya sedang di Jepang. Orang waras mana yang mencari es cincau di Jepang pukul satu dini hari?

Thalia menginginkan cincau, bahkan sampai pagi, wanita itu tak lagi menutup matanya. Seharusnya, hari itu mereka berfoto dengan pohon sakura di kaki gunung Fuji. Seharusnya, hari itu mereka pergi mencari mochi. Nyatanya, pukul tujuh pagi, Kaisar memilih membeli tiket pulang ke Jakarta secara mendadak, demi es cincau yang istrinya inginkan.

Begitu tiba di Jakarta, pun sudah mendapatkan es cincau yang Thalia inginkan, istrinya itu tidak sedikit pun menyentuhnya. Hanya meminum santan dan gulanya saja, itu pun hanya sedikit. Setelahnya, Thalia ingin kembali ke Jepang, berfoto dengan sakura di kaki gunung Fuji, berkeliling Tokyo mencari mochi, dan memakan ramen di tengah ramainya hiruk-pikuk kota.

Saat itu, Kaisar ingin sekali menghilang dari bumi, berharap ada penculik yang lewat di depannya, dan membawanya pergi. Tapi, tetap saja, esok harinya, keduanya kembali ke Tokyo. Untung Kaisar kaya.

Saat mendengar cerita itu, Naka sampai geleng-geleng kepala, mengapa bayi di dalam kandungan sangat merepotkan?

Detik ini, tidak hanya janin yang ia rasa sedikit merepotkan. Tapi dirinya juga cukup merepotkan. Di depan gerbang sekolahnya, Naka turun dari mobil. Kaisar yang duduk di balik kemudi itu menurunkan kacanya. "Baik-baik, jangan makan sembarangan, jangan ikut upacara, jangan aneh-aneh dulu, nanti Papi jemput." Pria itu mengingatkan.

"Aku merepotkan, ya? Maaf, nanti aku traktir mi ayam."

"Jangan bicara begitu! Mami nggak suka. Tapi, Na, Ya Tuhan, nggak masalah kamu minta pulang, tapi minimal hari ini jangan sekolah dulu."

Naka tersenyum tipis, memang benar, pagi ini, mereka mengantarkan Naka sekolah bukan dari rumah, melainkan dari rumah sakit. "Nggak apa-apa, Mi. Aku udah nggak sakit, kalo kalian sibuk, nanti aku pulang sendiri aja nggak apa-apa juga."

"Nggak! Papi jemput, udah sana masuk, kita pulang, ya?"

Naka mengangguk, "Hati-hati."

Begitu mobil sudah meninggalkan sekolah, Naka berlari kecil menuju kelasnya, kurang dari dua menit, sepertinya bel masuk akan berbunyi, di halaman, banyak siswa yang juga sudah bersiap upacara. Naka mempercepat langkahnya, sialan sekali kelasnya di lantai empat. Bel berbunyi tepat saat dirinya memasuki ruang kelas, kedatangannya cukup membuat Juna yang sedang mengomeli salah satu temannya itu terhenti seketika.

Juna menatap tajam gadis di hadapannya. "Istirahat nanti piket! Gue awasin, piket aja nggak mau, apalagi ngurusin rumah tangga!" Tukasnya, kemudian menghampiri Naka yang sudah duduk di tempatnya. Sepertinya Yudhis dan Sena juga keheranan.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang