25

5K 503 9
                                    

Di pagi hari Rayziel tengah memakai jam tangan dari Six, ia menatap pantulan dirinya di cermin.

'Hari baru, kelakuan baru' Batin Rayziel menatap datar.

'Selamat pagi tuan (⁠・⁠∀⁠・⁠)' Sapa Six yang sudah menjadi makanan sehari-hari Rayziel.

"Pagi." Rayziel merapikan dasinya.

Sudah menjadi rutinitas Rayziel selama di dunia barunya, menghadapi keluarganya yang posesif ditambah Samuel yang tinggal.

Velicia marah saat tahu Samuel memilih tinggal bersama keluarga Axton, terlebih agar bisa dekat dengan Rayziel.

Tidak apa-apa, masih ada Zack, Nathan dan Ethan dipihaknya.

Rayziel hanya bisa menatap malas sambil memperhatikan dalam diam.

Sepertinya ada yang mulai risih dengan kelakuan Velicia yang semakin hari semakin menjadi diantara Zack, Nathan dan Ethan.

Rayziel mengambil tasnya yang ada diatas meja belajar, netra matanya menangkap beberapa alat yang ia beli di toko elektronik bersama Pak Budi.

Ia menatap alat-alat itu sebentar sebelum mengambil salah satunya lalu keluar kamar menuju lift untuk turun ke bawah.

Mengingat tubuhnya yang pendek kek tuyul.

"Pagi baby, tumben bangun pagi." Sapa Willona yang sedang menata makanan di atas meja dibantu dua orang maid.

Rayziel melihat jam tangannya.

Jam 5 : 55

Ia terkekeh pelan, "kepagian."

Rayziel berjalan menuju kursinya, pertama ia menaruh tas sekolahnya lebih dulu.

Saat ingin naik.

Willona menahan Rayziel, "eh eh baby bisa panggil Deon sama Adit? Sama papa sekalian. Oh Samuel juga."

"Baik." Rayziel berjalan lesu menuju lantai dua, ia tidak menyadari Willona yang menatap dirinya sambil senyam-senyum sendiri.

Pertama ia mengunjungi Deon terlebih dahulu karena kamarnya yang dekat dengan lift.

Tok
Tok
Tok
Clek

"Oh?" Rayziel melihat Deon yang sudah mengenakan seragam sedang memasukkan beberapa buku ke dalam tas.

Deon melihat Rayziel membuka pintu langsung menghampiri Adik imut bontotnya lalu mengelus pipi, "Kenapa?"

"Sarapan."

"Hmm." Deok berdehem mengendong Rayziel dan mengambil tasnya.

Rayziel menepuk bahu Deon saat abangnya itu hendak memasuki lift sehingga sang empu menaikkan alisnya sebelah, "Abang, Papa." Jawab Rayziel dengan kaku.

Deon mengangguk, memberikan tasnya pada maid yang kebetulan lewat dan berjalan menuju kamar Adit.

Tanpa mengetuk pintu Deon membuka pintu kamar Adit yang memperlihatkan pemuda yang keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Adit terkejut dengan pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, "woy kalau mau buka Pintu itu ketuk dulu."

"Kelamaan." Ingin rasanya Adit ingin menghajar muka Deon yang datar.

Ia beralih pada Rayziel yang menatap dirinya tanpa berkedip, "ada apa baby? Udah puas liat badan abang? Mau pegang perut kotak-kotak abang?" Tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.

Ingin rasanya Rayziel tusuk Adit, melihat kelakuannya kayak begini ia jadi curiga pasti abangnya sering main cewek.

Tapi tidak dapat dipungkiri tubuhnya memang bagus sih, ada roti sobek.

Rayziel | Pre-orderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang