"Rough night huh?" Suara berat itu berucap pelan.
Taehyung berjalan pelan di sekitar kamar kakak tirinya.
Tatapannya berpindah-pindah dari baju yang berserakan hingga alat pengaman yang tak terpakai.Namjoon membetulkan dasinya dan tidak menjawab.
Ia mengenakan kacamata berbingkai tebalnya kemudian melangkah keluar.Seorang pelayan telah bersiap membereskan kekacauan yang ia sisakan tadi malam.
"We didn't do it Tae..." Ia menatap adik tirinya kesal setelah berulang-ulang Taehyung mengomentari sikap buruknya kemarin sore.
Kedua alis Taehyung terangkat. "Oh?"
"Kukira kau bersenang-senang setelah membuat ayah kesal"Suasana dalam mobil itu kembali hening. Keduanya saling membuang muka menatap jalan di luar jendela.
Sang sopir hanya melirik melalui kaca spion tengahnya dan tersenyum.Suasana pagi yang sangat biasa dialaminya selama bekerja untuk kakak beradik penerus bisnis ayahnya itu.
Namjoon kehilangan ibunya saat ia masih kecil.
Beberapa bulan setelah itu sang ayah mengadopsi Taehyung. Seorang yatim piatu manis dan penurut dari panti asuhan tempat beliau berdonasi.
Putra tunggalnya yang selalu kesepian semenjak ditinggal sang ibu akhirnya memiliki teman bermain.
Walapun sifat mereka bertolak belakang, seiring berjalannya waktu mereka pun berusaha untuk akrab.
Berpisah selama empat tahun tidak membuat mereka berubah.
Namjoon melanjutkan kuliahnya di Stanford sementara Taehyung tetap di tanah air sambil perlahan memahami bisnis yang dikelola sang ayah.Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam di telepon. Bicara tentang apa saja dan tertawa, kemudian menghilang tanpa kabar selama berbulan-bulan.
Tak jarang mereka berkelahi hingga saling pukul. Namun tak berselang lama pula mereka menertawai apa yang telah mereka ributkan.
Laki-laki yang hanya berbeda dua tahun itu kembali berdamai.
Atau lebih tepatnya, sang adik tirinya yang berusaha mendamaikan hati kakaknya.
"Selamat pagi.." Setengah membungkuk Namjoon memasuki ruang kerja sang ayah. Taehyung mengikuti di belakangnya.
"Namjoon...Taehyung.." Sang ayah mengangguk.
"Duduklah"Kedua kakak beradik itu menuruti perintahnya.
"Namjoon"
Yang dipanggil menegakkan kepalanya.
"Tuan Park bersikeras mengatur ulang pertemuan kami"
"Ayah mengerti, perjodohan ini pasti terdengar kuno dan mengesalkan""Pikirkanlah masa depanmu Namjoon"
"Sampai kapan kau mau terus bermain-main seperti ini?""Mabuk-mabukan dan berganti-ganti pasangan hanya untuk memuaskan nafsumu"
Namjoon dan Taehyung saling berpandangan. Ia menaikkan alisnya perlahan.
"Ayah mengetahui semuanya Namjoon..."
"Kau harus lebih berhati-hati di kota ini"
"Di negara ini...""Semua tidak sebebas waktu kau masih di California"
"Bukan ayah ingin membandingkan kalian"
"Tapi ayah akui, Taehyung lebih serius memikirkan bisnis ini daripada kau sebagai yang tertua""Ayah....jangan bilang begitu!" Taehyung menggeser tubuhnya ke depan dan menoleh khawatir pada kakaknya.
Namjoon mengangkat tangan kirinya dan berdiri.
"Bagus jika begitu. Taehyung bisa menggantikan aku dengan pertunangan itu"
Ia melangkah keluar dari ruang kerja sang ayah."Ayah...." Taehyung melayangkan tatapannya bergantian pada Namjoon yang telah menghilang di balik pintu.
"Maaf Taehyung...ayah terpaksa"
"Semoga dengan ini Namjoon lebih mampu untuk berpikir dewasa" Ia tersenyum.