'I really miss Him Tae...'
'Kangen Seokjin yang biasa'
'Kangen celotehan dan tawanya'
- Kim Namjoon'Belum saatnya Namjoon...'
'Seokjin masih berduka'
'Mungkin butuh waktu lebih lama untuknya kembali ceria lagi'
- Kim Taehyung
'Itu masalahnya Tae...'
'Seokjin tidak berkata apa-apa''Ia bahkan sama sekali tidak menangis'
- Kim Namjoon'Namjoon....'
'Kenapa aku jadi khawatir ya?'
'Kau tidak mau bertanya padanya?'
- Kim Taehyung
'I'm scared Tae....'
'Takut Seokjin akan semakin sedih...''Entahlah Tae......aku bingung'
'Ini sama sekali bukan Seokjin yang kukenal...'
-Kim NamjoonNamjoon keluar dari kamar setelah tak sengaja tertidur selama beberapa jam.
Ia berjalan ke dapur sambil masih mengerjapkan matanya.
Tudung saji menutupi berbagai lauk yang tadi dimasak Seokjin.
Langkahnya terhenti saat ia mendengar sesuatu di kamar sang nenek.
Seokjin bersimpuh di lantai dengan baju-baju terlipat di sampingnya.
"Nenek selalu lupa membawa sweater ya..."
Ia tersenyum sambil melipat rajutan berwarna hijau muda dan menyimpannya ke dalam laci.
Sesaat tangannya mengeluarkan sesuatu. Ia kembali tersenyum menatap selembar foto di jemarinya."Nenek masih menyimpan foto kecilku..."
"Padahal aku sedang menangis loh...."
"Memalukan...." Ia terkekeh.
Seokjin kembali mengambil beberapa lembar foto dan melihatnya satu persatu.
Ia menunduk.Perlahan suara isakan pun terdengar.
Namjoon bergerak mendekat namun urung.
Ia hanya menyandarkan tubuhnya perlahan pada dinding di sebelah pintu kamar sang nenek dan mendengarkan tangisan pilu yang semakin keras.
Ia merosot dan terduduk dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
Beberapa menit berlalu suara tangis itu mereda. Namjoon mengintip dari balik dinding.
Seokjin meringkuk sambil memeluk tumpukan baju yang baru saja dilipatnya.
Tak tahan dengan pemandangan mengenaskan itu, Namjoon memberanikan diri masuk dan memeluk punggungnya yang masih bergetar.
"Namjoonie.......maaf....." Ia kembali menangis. Lebih keras, lebih menyakitkan dari sebelumnya.
"Harusnya ini jadi hari yang indah..."
"Harusnya......Namjoon.....senang..." Kalimat itu terbata diantara isakan kerasnya.
Berulang kali Seokjin mengais udara.
"Harusnya....."
"Sssshhh......sudah sayang...jangan diteruskan..."
"Jangan diteruskan...." Namjoon mengeratkan pelukannya saat Seokjin mengerang dan memekik keras dalam tangisannya.
"Jangan seperti ini sayang.......kumohon......"
Matanya terpejam erat menahan sakit yang luar biasa dalam hatinya. Air matanya tak berhenti mengalir.
"Nenek sudah tenang sayang..."
"Beliau pun ingin kau bahagia..." Namjoon mengusap wajahnya kasar dan berbisik di telinganya.
Seokjin berusaha menarik napasnya yang tersengal.
"Sayangku kuat ya...."
Namjoon kembali berbisik dan mengecup daun telinganya kemudian berpindah menghadap Seokjin lalu mengusap air matanya lembut dan tersenyum."Tidak apa-apa menangis untuk hari ini..."
"Besok adalah hari yang berbeda..."
"Ayo kita bahagia bersama..." Namjoon tersenyum lebar dan mengayun-ayunkan tangan Seokjin yang mulai tenang.
Seokjin tersenyum dan mengangguk-angguk dalam tangisannya.
Namjoon melebarkan senyumnya sambil menatap Seokjin yang tengah menghabiskan makan malamnya dengan lahap.
"Pelan-pelan sayang...nanti kau tersedak" Ia terkekeh.
Seokjin menutup mulutnya malu kemudian tertawa.
"Aku lapar sekali..."Namjoon memiringkan kepalanya iba.
Beberapa hari ini Seokjin kehilangan nafsu makannya.
Malam ini, melihatnya begitu lahap menyantap berbagai lauk dan nasi di mangkuknya membuat Namjoon bernapas lega.
Seokjinnya telah kembali.
"Namjoonie...." Ia menoleh ketika tengah mengaduk kopi di atas meja makannya.
"Jangan tinggalkan aku ya...."
"Jangan pergi kemana-mana" Seokjin mengerucutkan bibirnya.
Namjoon yang terkejut dengan ucapan Seokjin yang tiba-tiba itu hanya menaikkan alisnya bingung.
"Memangnya perlu kau memintaku huh?"
Seokjin tersentak ketika Namjoon bangun dengan cepat dari kursinya.
"Memangnya aku sanggup kehilangan pout lucu di bibir ini?"
Ia menarik pinggangnya kasar dan mengecup bibir mengerucut itu.Seokjin mulai tertawa kecil.
"Siapa yang akan memasak makanan enak untukku nanti huh?" Ia terus mengecupi hidung dan pipinya.
"Siapa yang akan menemani aku dengan celotehan-celotehannya nanti huh?"
Namjoon mengeratkan pelukan di pinggangnya dan menghujani wajah Seokjin dengan kecupan gemas hingga Seokjin terbahak.
"Jangan meminta yang aneh-aneh Kim Seokjin"
Ia mengangkat tubuhnya yang memekik kaget. Melingkarkan kedua kakinya di pinggul kemudian membawanya ke kamar sambil terus memagut bibir yang memerah itu rakus.
Sebuah desahan pendek meluncur dari bibir terbuka Seokjin ketika kedua tangan Namjoon menopang bokongnya.
"Aku hanya milikmu...." Ia membaringkan tubuh Seokjin dan menindihnya pelan.
Mengunci kedua telapak tangan di atas kepala dengan tautan jemarinya.
"Dan akan selalu jadi milikmu...." Namjoon kembali melumat bibirnya. Dalam dan lama.
"Selamanya...."