17 : Memories

360 35 0
                                    




"Namjoon....daging ini bisa cukup untuk satu minggu..."

Seokjin membuka tiga tumpuk kotak yang baru saja ia ambil dari lemari pendinginnya.

"Masa kah?" Namjoon membulatkan mata dari belakang bahu lebarnya.

"Kata penjualnya itu bisa untuk dua hari masing-masing tiga porsi"


Seokjin menatap wajah polos Namjoon dan memiringkan kepala.

"Namjoon tidak boleh boros....."



"Seokjinnie juga harus makan banyak..."

"Lihat pinggangnya sekecil ini" Namjoon mencubiti pinggang ramping itu hingga Seokjin terbahak geli.



"Jaga kesehatanmu dan nenek Seokjin..." Raut wajahnya berubah serius.

"O ya....kau tidak pernah bercerita tentang orang tuamu..."

Seokjin terdiam. "Mereka sudah tiada Namjoon...." Ia berusaha tersenyum.

"Ah....maaf...." Ia menunduk.


"Mereka kecelakaan satu tahun yang lalu..."

Namjoon mengangkat kepalanya terkejut.
"T-tidak apa-apa jika kau tidak mau membahasnya" Ia melambaikan kedua tangannya panik.

Seokjin tersenyum dan mengangguk.


"Satu tahun lalu...."
"Seokjin baru saja kehilangan kedua orang tuanya..." Namjoon menatap pria yang tengah memasak di hadapannya sedih.



"Namjoon mau kubuatkan kopi?" Seokjin menunduk di sebelah Namjoon yang tengah duduk di teras sambil bermain dengan Jjangu.

"M-mau...eh...boleh kalau tidak merepotkan..."

Pria bersweater longgar yang baru saja selesai mandi itu membuatnya gugup.

Rambutnya masih basah dan acak-acakan. Bibirnya pink dan lembab. Kulit pipinya bersemu karena dingin.

"Ahh....sweaternya kebesaran ya..."

Namjoon mengerang menatap sweater pembeliannya dan menyeruput kopinya kemudian terdiam sejenak.

Ia tidak pernah meminum kopi selain yang ia pesan dari Coffee Shop terkenal langganannya.

Seokjin menggeleng. "Aku suka.....hangat..."

Ia menepuk-nepuk pipi dengan lengan sweater yang menutupi setengah jari-jarinya.


"Kau manis Seokjin...." Namjoon berucap pelan di balik bibir gelas kopinya.

"Ha?"

"K-kopinya manis.....enak...." Ia meniup dan menyeruput kopinya hingga setengah.





"Nngg....."

"Ayah.......ibu......"

Suara pelan itu membangunkan Namjoon.
Ia menoleh ke pojok sebelahnya lalu merangkak menghampiri Seokjin yang tengah meringkuk dan bergerak-gerak tak nyaman.

"Ayah dimana...."

Namjoon tersentak dan terdiam di tempatnya. Kembali mendengarkan igauan pria yang masih terlihat resah dalam tidurnya.

"Hiks....."

Hatinya mencelos saat itu juga. Ia bergegas memeluk tubuh Seokjin dan menenangkannya.


"Ayah...." Suara itu tenang.
Napasnya mulai teratur.

Seokjin kembali tertidur dalam pelukannya.

Namjoon mengusap keringat di dahinya.

Tak tahan untuk mengecupnya lembut dan mengeratkan pelukannya.

Heaven's DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang