Kembali memasuki kantin mewah ini, aku menjumpai Bagas tengah berdansa dengan Sylvie cukup jauh dari keramaian lantai dansa... Gerakan mereka sangat kaku. Sepertinya ini adalah kali pertama mereka berdansa... Melihat Sylvie yang terbebas dari paksaan, apakah ia ingin menggerakkan pion catur pada Bagas? Mengamati waktu yang terus berjalan di balik pemandangan indah ini, aku memutuskan untuk memutar tubuh meninggalkan kantin menuju kamarku. Adegan itu sungguh manis, namun aku tidak dapat meninggalkan misi ini.
*PING*
<Weee dimana kamu, Dika?>
<Kamar. Aku hampir melupakan pekerjaan sampingan malam ini. Tanpanya, aku tidak akan bertahan lama di Kusumajaya.>
<Sylvie sudah tahu? Atau apakah aku harus bilang ke dia?>
<Tidak perlu, Sylvie mengetahui aku akan bekerja sore ini... Rupanya Sylvie tersenyum ketika berdansa denganmu tadi?>
<Jadi kamu lihat kita tadi -_- Yang ngajak itu Sylvie ya Dika, bukan aku!>
Hm. Kurasa aku dapat memercayai perkataan Bagas setelah mengamati arah mata Sylvie yang sesekali mengarah padanya ketika perbincangan itu... Bagas juga menyampaikan bahwa Kaoru telah meninggalkan sekolah tanpa jejak.
<Wah jangan – jangan itu karena kamu, Dika, ngancem Kaoru terus!>
<Aku mungkin saja melakukan itu.>
<Tapi itu kan artinya kamu adalah tuan yang baik, melindungi pelayanmu bahkan sampai segitunya. Respect!>
"...Deystivel'no?"
Tiba pada kamar, aku segera mengganti seragam merah sekolah dengan jas hitam yang telah diantarkan oleh Sylvie. Kemudian aku mengambil dan mengenakan topeng masquerade dari kotak penyimpanannya... Sebagai sentuhan terakhir, aku juga menggunakan minyak rambut, bedak, dan parfum untuk menyamarkan penampilanku.
"Tidak buruk."
Menyelesaikan riasan singkat ini, aku menjentikkan jemariku seraya melangkah kembali keluar dari kamar. Asrama dan bangunan utama sekolah yang mulai dipenuhi oleh siswa – siswi selepas acara perjamuan membuatku mengambil jalur alternatif untuk tiba pada gerbang utama... Mengamati sejenak, aku menemui sebuah taksi biru yang terparkir tidak jauh dariku. Jika itu adalah moda transportasiku, maka mereka mengirimkan pilihan yang baik. Kendaraan sipil seperti ini lebih baik dari pada sebuah van putih tanpa jendela yang memancarkan kesan suram.
*TIIN* *TIIN*
Suara klakson aus itu memastikan dugaan taksi tua ini sebagai jemputan "mewah"-ku. Mendekati dan membuka pintu belakang, aku sedikit tersentak setelah menyadari keberadaan seorang penumpang tambahan yang cukup tersohor... Namun mengabaikan keberadaannya, kurasa Roland akan mengantarkan kita berdua menuju lokasi misi ini.
"...Apa yang sedang dilakukan oleh sosok penting seperti anda di sini?"
"Hm? Apakah ada masalah jika saya ingin mengamati jalannya misi Dika dari dekat?"
"Bukankah anda memiliki urusan yang lebih darurat seperti mengurus kesejahteraan rakyat? Di manakah pengawalan Pak Agung?"
Dwi Agung Jalil Budiarto. Sosok walikota tempat terpencil ini mengenakan kaos putih untuk menyembunyikan sebagian tubuh kekar itu. Ia telah merangkul usia yang cukup tinggi hingga membuat beberapa bagian rambut putihnya tidak memiliki tenaga untuk menemaninya lagi... Sungguh merepotkan jika aku harus berbicara dengannya. Namun aku kagum sosok tua sepertinya dapat memenangkan pemilu dan menjadi walikota pertama Kusumajaya, menjadikan ini tahun kesembilan Kusumajaya berada di bawah kekuasaannya. Meski begitu, aku tidak dapat melupakan jasanya padaku... Aku tidak akan hidup pada hari ini jika bukan karenanya dan Kak Ryo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nagara Nusantara
Romance"Kemuliaan bagi pembela kemanusiaan." Andika "Dika" Raylan, seorang remaja berlatar belakang misterius yang bersekolah pada sebuah SMA elit untuk merasakan kehidupan normal seraya menggali informasi dan melaksanakan perintah terakhir dari majikannya...