Chapter 7: Mikhailovich (III)

8 4 0
                                    

"—And what can a skinny boy like you can do? Have you gone blind to not notice my men coming for your blood!?"

"..."

Aku seharusnya menduga dari awal bahwa "perundingan" ini tidak bermanfaat. Sosok keras kepala sepertinya tidak akan tunduk dengan mudah di bawah kakiku... Oleh karena itu, aku secara diam – diam menekan sebuah remot untuk menyampaikan sinyal perintah kepada agen – agen Sidorova itu.

"Mr. Leo Cavilla, I can assure you that your men will not watch me drown in my own blood. Otherwise... I will be laughing at the face of death."

"—HAHAHA!!! WE'LL SEE ABOUT THA—"

*BOOM* *BOOM* *BOOM*

Terdengar serangkaian ledakan hebat yang berasal tidak jauh dari lokasi penyergapan ini, diikuti oleh semburan cahaya terang dan hembusan angin yang menyisir gudang serta mengibarkan jaketku layaknya ingin mengejek komplotan Leo Cavilla—kini mengalami kebingungan dengan tatapan syok mereka. Touche. Kamu terlalu cepat menyatakan kemenangan... Memanfaatkan kekacauan ini, aku berlari menerjang Leo Cavilla beserta gerombolan personil yang mengelilinginya, mengangkat Artyomovich yang haus akan darah.

*DOR* *DOR* *DOR* *DOR* *DOR* *DOR* *DOR*

"Achk!!"

Mengisi kembali amunisi Artyomovich, aku melanjutkan penumbangan jajaran pengawalan Leo Cavilla seraya berlari keluar dari area gudang—memanfaatkan kebingungan personil paramiliter yang sebelumnya mengawasiku dari jembatan gantung gudang. Leo Cavilla tergeletak menekan lehernya—berusaha menahan darah yang kini mulai mengalir deras pada alas beton pelabuhan. Memastikan keadaan gerombolan Leo Cavilla yang telah seluruhnya tumbang, aku kemudian mengarahkan moncong Artyomovich menuju jembatang gantung gudang untuk menghabisi para personil yang akhirnya menyadari situasi mereka saat ini.

*RATATATATA!!*

Mengelak dengan bantuan tumpukan barel, aku berhasil mengosongkan satu per satu personil paramiliter dari kehidupan mereka... Dengan senyuman licik, aku merasakan pandanganku perlahan menjadi bersih dari filter berwarna merah darah itu.

*Taptaptap*

"D-Die!!"

*TRTRTRT!!*

Mendengar semburan peluru, aku dengan mudah menghindari tembakan asal – asalan yang berasal dari balik punggungku, layaknya ditembak oleh seorang amatiran. Menyarungkan Artyomovich, aku segera memutar tubuhku dan berlari lurus menuju seorang remaja dengan pakaian pelaut... Ia tampak lebih ketakutan, dibandingkan dengan usaha menembak dan melumpuhkanku secara sungguh – sungguh. Menjatuhkan senapan laras panjang itu, sosok ini tersandung setelah berusaha menghindari jangkauanku.

*THUD*

Tidak membiarkannya jatuh, aku segera mengangkat dan menekan tubuhnya pada kontainer besi tepat di belakangnya. Di balik wajah bergemetar itu, ia memiliki ekspresi yang kosong dan pucat, mungkin saja terjadi karena keterlibatannya sebagai seorang pekerja paksa pada bisnis gelap ini. Tidak ada jalan keluar kecuali mati untuknya... Ia tidak siap mengemban cobaan seperti ini.

"You haven't seen anything, kid. This hell will chain you forever... Count yourself lucky, for I am sending someone to warm you up."

Melewati remaja yang kini membeku ini, aku menyempatkan waktu untuk mengamati kondisi Leo Cavilla. Ia masih saja berusaha untuk menggapai udara, bahkan dengan hadirnya lubang pada leher yang menumpahkan darah layaknya air terjun... Tanpa mengangkat pandangan, aku merasakan keberadaan ketiga bawahanku yang semakin mendekat.

Nagara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang