Bab 1 : Sosok Penyindir Terluka Itu (I)

48 6 0
                                    

Setelah menunggu kapal pesiar ini selesai berlabuh, aku diikuti oleh ribuan penumpang lainnya mulai meninggalkan kapal menuju bangunan pelabuhan menggunakan salah satu garbarata yang telah terhubung. Kilap lantai marbel berwarna putih, pilar – pilar baja yang menjulang tinggi, juga mezanin pembuka atrium utama dengan penanda selamat datang yang menggantung rupanya cukup untuk memikat perhatianku. Hm... Tempat yang sungguh menjanjikan.

Di bawah penggorengan ini, aku meninggalkan beranda pelabuhan untuk berjalan menuju bangunan parkiran. Menjelajahinya sejenak menggunakan acuan berupa foto dari kode parkir melalui ponsel, aku lalu menemukan sebuah mobil sedan hitam dengan sosok pemuda yang tengah bersandar padanya... Ayolah. Kamu tidak perlu seformal itu dengan busana batik dan bunga mawar pada saku kemejamu.

"Tuan Dika. Selamat datang di Kusumajaya."

Ia memperkenalkan dirinya sebagai Roland, seorang sopir pribadi dari sosok misterius bernama "Fukushu". Menggunakan mobil dengan mesin V8 itu, "Fukushu" rupanya mengutus Roland untuk menyelamatkanku dari sengatan matahari ini. Membuka pintu belakang mobil ini, aku secara perlahan meletakkan barang – barangku sebelum menduduki kursi bagian kiri dengan suguhan berupa botol teh itu.

"Terima kasih sudah menjemputku, Roland."

"Kehormatan ada pada saya, Tuan Dika."

Meninggalkan komplek pelabuhan melalui jalan lintas yang memotong hutan, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mengganti lanskap pesisir dengan pusat kota dan berbagai bangunan pencakar langit yang dimilikinya. Aku juga mempersilakan Roland untuk memutar sebuah album rock lokal, membuatnya mulai mengetuk setir mobil mengikuti irama lagu itu.

"...Apakah semuanya berjalan dengan lancar di Wina, Tuan Dika?"

"Hm. Migrasi dan kondisi Niki cukup baik... Jika semuanya sesuai dengan rencana, maka aku yakin kita akan membangun pijakan yang kokoh sebelum tahun ini berakhir, Roland."

"...Sepertinya kedatangan Nyonya Nikita juga akan menjadi hadiah ulang tahun bagi Tuan Dika."

"...Tidak salah."

...

Aku menemukan diriku memasuki Distrik Cakra Raya, sebuah daerah yang memiliki reputasi tinggi karena keberadaan dari berbagai perumahan elit dan pusat – pusat perbelanjaan, terutama di sepanjang Jalan Kalimas... Tentunya, hari minggu membuat para pengunjung mengerubungi tempat ini layaknya badai laron.

"...Roland, sepertinya aku akan turun di sini."

"Hm? Anda ingin turun untuk memeriksa Kalimas terlebih dahulu, Tuan Dika?"

Sesuai dugaan, Roland menangkap keinginanku untuk menampakkan diriku di bawah sengatan panas... Namun akan bijak jika aku membaur dan mengamati suasana lokal untuk mengetahui "potensi" yang dapat ditawarkan oleh kota makmur ini.

"...Meski begitu, saya tidak dapat mengusir kekhawatiran saya atas apa yang akan mereka katakan kepada Tuan Dika nantinya, mengetahui anda akan datang terlambat."

"Aku akan mengurusnya nanti. Apakah tujuanku masih jauh?"

"Sekitar tiga kilometer lagi di sebelah timur."

"Tidak jauh... Baiklah, terima kasih telah mengantarku, Roland."

"Kapan pun, Tuan Dika."

Menurunkan barang – barang, aku lalu mengamati mobil Roland melaju dengan pelan meninggalkanku sendirian dalam keramaian ini. Memutar tubuhku, aku memutuskan untuk menelusuri jalan berbata merah ini untuk memulai ekspedisi dan misi pengintaianku. Di sepanjang Jalan Kalimas, aku menjumpai berbagai macam gerai pertokoan, mulai dari supermarket, butik, toko perhiasan, toko sembako, swalayan, hingga komplek mall dan apartemen yang menjulang tinggi di antara semuanya... Berlayar melalui lautan manusia ini, aku mengambil haluan kiri untuk menghindari kepadatan—menemukan diriku memasuki sebuah gang kecil.

Nagara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang