Ryuuichi tidak pernah berada dalam hubungan romantis dengan siapapun. Bahkan memikirkan ia menyukai seseorang saja ia tak pernah. Ya, mungkin pernah tapi haya sebatas dia ini bisa suka orang apa tidak. Orang-orang kecuali dirinya sendiri tahu, ia tidak akan bisa memprioritaskan perasaannya di atas tanggung jawabnya menjaga, menyayangi, dan menjadi kakak yang baik untuk Kotarou. Tapi suatu hari di salah satu hari sekolahnya, ketika matahari berada di saat ia bersinar sangat panas dan lama turunnya, bibirnya bertubrukan dengan bibir orang lain untuk pertama kalinya, dan mulai hari itu ia belajar tentang segala hal yang selama ini selalu ia nomer akhirkan.
Kejadian paling berkenan dalam hatinya dan paling aneh dalam pikirannya. Karena alasan mereka berciuman adalah awalnya mereka hanya tengah berbicara tentang buah persik. Mungkin seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, yang mana dalam situasi Ryuuichi saat ini maksudnya; Pernyataan cinta yang aneh tidak akan jauh anehnya dengan orang yang menyatakannya. Iya, pacar Ryuuichi itu aneh. Kamitani Hayato itu aneh.
Gimana engga aneh?? Masa iya tadi jam sebelas malam tiba-tiba Ryuuichi dibuat takut oleh suara bisikan yang memanggil namanya berkali-kali sambil mengetuk jendela kamarnya, dan benar dugaan kalian, itu adalah Hayato. Tanpa berdosa dan hanya bermodalkan alasan tidak jelas dan keahlian memanjat pohon, ia mengajak Ryuuichi kabur dari rumah untuk dia ajak jalan-jalan. Pertanyaan demi pertanyaan Ryuuichi ketuskan hingga alisnya pegal mengkerut kesal hanya untuk mendapat jawaban singkat kurang detail dari si pelaku penculikan remaja.
"Hayato, jawab pertanyaanku!" Ketusnya sekali lagi ketika ia tahu Hayato tak menggubrisnya. Pergelangan tangannya yang digenggam Hayato ia tarik, langkahnya terhenti meninggalkan Hayato berjalan di depannya sendirian.
"Yang mana?" Tanyanya setelah berbalik badan menghadap Ryuuichi masih memasang wajah tak berdosa. Ryuuichi makin kesal, ingin sekali ia meninju Hayato tapi hati mungielnya tidak bisa menyakiti orang.
"Ngapain kamu ngajak aku kabur?!" Tanyanya balik mengulang kalimatnya sambil mempoutkan bibirnya. Sungguh, ia sudah tidak tahu lagi dengan kekasihnya ini. Semenjak mereka berpacaran, Hayato semakin hari semakin tidak jelas.
Bukannya menjawab, Hayato malah tersenyum kecil dan terkekeh senyap. Pergalangan tangan Ryuuichi kembali ia tarik, ia paksa berjalan kembali menuju sebuah minimarket yang sepi. Melihat aksi Hayato, Ryuuichi semakin yakin bahwa Hayato sedang melakukan penculikan, namun ia sudah terlanjur lelah dengan tingkahnya dan memilih untuk pasrah dan menghela nafas panjang. 'Ga bisa tidur' katanya? Pasti ada rencana lain dia!
"Tunggu sini. Jangan masuk, nanti kamu aku usir."
Hayato mendudukkan Ryuuichi di salah kursi luar minimarket tersebut sebelum masuk ke dalam minimarketnya. Jaketnya dan celana panjangnya sudah tak kuat menahan dingin angin malam, beberapa detik kemudian ia menemukan dirinya bergetar kecil karena kedinginan. Pasti di dalam ada penghangat, apa ia masuk saja, ya, ke dalam... tapi tidak. Tidak jadi. Tidak dengan Hayato yang menatap tajam dirinya dari dalam. Tatapan yang lebih membuatnya bergetar karena merinding daripada kedinginan.
Ponselnya ia ambil dari saku celananya, jam menunjukkan pukul dua belas lebih satu menit, sudah selarut ini dan mereka sedang berada di luar rumah. Tak lama setelah ia mematikan ponselnya, Hayato keluar dari minimarket. Terlihat sebuah kresek berisi kotak kecil di pergelangan tangannya dan dua buah minuman di kedua genggamannya.
Hayato tak berbicara apapun bahkan setelah Ryuuichi berterima kasih karena telah ia belikan coklat panas. Tangannya sibuk mengutak atik kotak yang ia bawa dan sebuah lilin.
....oh, astaga....
Kotak yang tadi isinya hanya bisa terlihat Hayato kini dibuka dengan lebar, menampakkan wujud kue kecil berwarna biru muda yang dihiasi krim putih dipinggirannya dan satu buah lilin di tengah. Mata Ryuuichi terbelalak lebar hingga pantulan cahaya lilin terlihat jelas di matanya, badannya tersentak dan secara reflek berdiri sedikit menjauhi kue tersebut, tangannya langsung menutup mulutnya yang terbuka lebar karena kaget, wajahnya memanas dan ia bisa merasakan matanya perih karena air mata yang akan tumpah.
Melihat reaksi Ryuuichi, Hayato tersenyum lalu memutar kue tersebut menghadapnya, membiarkannya melihat dengan jelas betapa indahnya kue ulang tahunnya itu. Matanya melirik ke Hayato yang sedang tersenyum padanya dengan wajah yang sedikit bersemu, dan senyum Hayato yang langka itu sukses membuatnya semakin terharu. Ia tak bisa berkata-kata, dirinya masih tak percaya dengan semua ini. Sebuah kue, di hari ulang tahunnya yang ia sendiri lupa bahwa hari ini sudah ulang tahunnya, dipersembahkan untuknya dari kekasihnya.
00.03
"Selamat ulang tahun, Ryuuichi. Maaf kalau telat tiga menit, air panasnya baru diisi tadi," ucap Hayato sambil menghidupkan lilin dengan korek api yang ia pinjam dari salah satu pegawai minimarketnya.
Ryuuichi menjawab menggunakan bibirnya, namun bukan berupa kata-kata. Ia berjalan ke arah Hayato lalu menarik kerah bajunya, membawanya mendekat pada wajah Ryuuichi lalu mencium bibirnya. Ciuman yang lama dan hanya sebatas kecupan antar bibir, tidak saling bertukar saliva tapi keduanya senang. Ciuman yang sama seperti saat mereka menyatakan cinta mereka pada satu sama lain, ciuman hangat yang penuh akan kasih sayang. Mereka harap mereka tak perlu memutus ciuman ini.
Wajah Ryuuichi kini memerah hebat, mulutnya tertutup rapat karena malu dan senang. Ia ingin menanyakan banyak hal, ingin mengutarakan terima kasihnya, ingin menghujani Hayato dengan kalimat cinta tapi semuanya tertahan karena terlalu banyak yang harus dikatakan. Melihat komuk Ryuuichi membuat Hayato kembali terkekeh.
"Sama-sama," ucap Hayato sebelum mencolek kuenya dan menempelkan krimnya pada kening Ryuuichi untuk ia bersihkan dengan kecupan manis.
"...makasih banyak...," gumam Ryuuichi menunduk malu sambil meremas baju Hayato.
"Kamu gausah repot-repot seniat itu sampai ngajak aku kabur dari rumah, kan bisa nanti?" Lanjutnya sambil menatap Hayato seperti kucing yang lagi marah, padahal sedang senang brutal.
"Kalau ga sekarang aku gabakal bisa dapet waktu sendirian doang sama kamu. Aku yakin mereka-mereka punya rencana buat kasih kamu kejutan," jawabnya dengan tangannya mengelus pipi Ryuuichi selembut yang ia bisa. Dan, ya, Ryuuichi semakin salting aw aw aww>\\\<
"Tiup lilinnya cepet, nanti leleh ke kuenya," Hayato mengangkat kue kecil yang ia beli di toko kue sekitar sini dan ia titipkan pada pegawai tadi yang ia pinjam koreknya untuk menyalakan lilin.
Satu tiupan kecil dibantu dengan angin sepoi-sepoi membuat api lilin kue ulang tahun Ryuuichi mati, senyum pun merekah di wajahnya juga wajah Hayato.
"Buat permintaan."
"Kenapa? Aku sudah dapet semua yang aku mau, dan salah satunya lagi berdiri di depanku. Makasih, Hayato... i love you. So much."
"I love you more. Not even the stars have the same amount of light compared to my love for you, Ryuuichi."
✦. ──── End ──── .✦
Habede anak gemesq😘👉👈👆

KAMU SEDANG MEMBACA
About Them
FanfictionSerba-serbi dua insan yang jatuh hati pada satu sama lain setiap kali bumi berputar satu milimeter. Berdiri di bawah langit yang sama, di titik kordinat yang sama. Sebuah cerita dengan beragam kisah di tiap halamannya yang menceritakan keseharian p...