Sebuah telapak tangan menahan topi jerami entah milik siapa yang hendak terbang oleh angin, sementara yang lain memegang palang besi agar tubuhnya tidak tergoyang-goyang ombak. Dari belakang tubuhnya ia merasakan eksistensi manusia, pasti anak pemilik topi yang ia gunakan sekarang, sudah bisa ditebak dari bagaimana manusia itu menyelipkan kedua lengannya di pinggangnya tanpa izin. Baguslah, sekarang ada yang membantunya menopang badannya dari goyangan ombak.
"Udah lama kamu di sini, apa gak masuk angin? Tadi aku cek gaada tukang urut di kapal," bisik Hayato di bawah tengkuk kekasihnya diiringi kekehan lembut kala pelipis matanya dikecup.
"Anginnya enak, tahu. Aku betah," Ryuuichi membalas bisikan Hayato sambil memutar balikan badannya. Ia menangkup pipi kanan Hayato, mengelusnya lembut dengan senyum yang merekah.
"Aku juga betah kalau gaada bocil-bocil yang gangguin, kok."
Tawa ringan keluar dari mulut keduanya. Memang benar, ia sangat menyukai nyamannya kesunyian angin laut sebagian besar karena adik-adik mereka berada di sisi lain kapal pesiar, bersama dengan ibu Hayato, nenek, dan Saikawa, sehingga tidak ada yang mengganggu waktu sendirinya.
"Aku tambah betah kalau kamu di sini."
Tunangannya pengecualian.
Hayato tersenyum, ia meraih telapak tangan Ryuuichi dan menggenggamnya untuk ia bawa cium cincin yang terhias indah bagai saturnus di jari manisnya. Keduanya saling merangkul, dari leher hingga ke pinggang, melontarkan candaan ringan sambil menikmati terik sinar matahari. Mata ke mata, semu merah sang kekasih sangat indah jika disinari sinar matahari secara langsung, secantik apel di masa panen yang masih basah akan embun pagi.
Lucu sekali kemesraan mereka dikejutkan oleh angin yang menerbangkan topi jerami Ryuuichi, sepertinya angin tidak ingin dilupakan.Untuk sepersekian detik kedua mata mereka melotot dengan panik karena topi itu bukanlah milik keduanya, namun untung saja angin tidak setega itu. Mereka menertawai jarak 3 meter mereka dari topi jerami yang baru saja diterbangkan angin sambil berjalan bergenggaman tangan menujunya. Topi sudah aman di tangan pria yang lebih tinggi, Ryuuichi mengalungkan kedua lengannya pada lengan kiri Hayato dan bersender padanya.
"Aku ngantuk," ucapnya.
"Oke."
Tidak, tidak ada yang mengantuk. Itu hanya alasan. Hampir 5 tahun berpacaran dan tidak mungkin mereka tidak punya kode rahasia. Ada yang ingin mereka lakukan di kamar mereka.
☆*🪼♪
Angin malam meniup beku tubuh bagian atas Ryuuichi yang hanya tertutup syal yang mengalung di pundaknya. Tubuhnya bersandar pada pintu yang menjadi batas antara balkon dan kamarnya sambil meminum teh panas yang kekasihnya seduh untuknya.
Beberapa kali di bawah sana ia menangkap siluet lentera perahu nelayan melewati kapal. Ia pikir sepertinya ia tertarik dengan laut dan angin."Kamu kalau beneran mau masuk angin tuh yang niat, gausah dipake sekalian syalnya," lagi-lagi sebuah lengan mengalung di satu sisi pinggangnya dengan mulus, seakan pinggangnya sudah dibentuk sedemikian rupa oleh Hayato untuk pas dengan lengannya.
"Anginnya enak," jawaban yang sama seperti sebelumnya keluar dari mulutnya. Kekasihnya tak menggubrisnya, sibuk melepas syal dari pundaknya lalu memakaikan sweter berwarna putih miliknya padanya. Setelah selesai, ia memeluk pinggang Ryuuichi dengan manja sambil ikut menikmati angin.
Betapa memuaskannya. Liburan dengan keluarga dan tunangannya di kapal pesiar, perut kenyang dengan makanan yang enak, bergoyang-goyang di atas ombak, sapuan angin yang sejuk, tubuh segar setelah mandi, kasur sudah bersih, hanya perlu menghangatkan satu sama lain dan keduanya akan menjadi sepasang manusia paling puas di dunia. Beban di pundak hilang, hanya ada kelegaan akan bumi yang masih berputar pada matahari.
"Honeymoon nanti mau kayak gini lagi atau mau kemana?" Tanya Hayato.
"Sok honeymoon, kamu. Nabung dulu buat nikah."
"Pepatah bilang, ngide dulu baru realisasikan meskipun kedengeran mustahil."
"Pepatah ngawur!"
Kekehan tak berhenti muncul di antara mereka. Untuk saling merangkul dengan mesra di atas kapal pesiar sambil curi-curi cium, mereka mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu di SMA dan mereka senang mereka bertemu.
✦. ──── End ──── .✦

KAMU SEDANG MEMBACA
About Them
Fiksyen PeminatSerba-serbi dua insan yang jatuh hati pada satu sama lain setiap kali bumi berputar satu milimeter. Berdiri di bawah langit yang sama, di titik kordinat yang sama. Sebuah cerita dengan beragam kisah di tiap halamannya yang menceritakan keseharian p...