Serba-serbi dua insan yang jatuh hati pada satu sama lain setiap kali bumi berputar satu milimeter. Berdiri di bawah langit yang sama, di titik kordinat yang sama.
Sebuah cerita dengan beragam kisah di tiap halamannya yang menceritakan keseharian p...
"Diem. Aku masih benerin robotmu. Ambil sendiri pake sapu."
"Taka, jangan dimakan yang udah jatuh!"
'Main' adalah kata tersirat milik ibu Hayato yang berarti 'tolong asuh anak-anakku, ya!' dan Ryuuichi sudah menduga terlebih dahulu untuk dirinya kaget karena telah ditipu. Sebenarnya ia tak terlalu keberatan, ia bisa menghabiskan weekendnya menginap di kediaman Kamitani, Kotarou juga bisa bermain dengan Taka. Meski banyak sekali kelakuan bocil baru-lulus-kencing-mandiri ini yang membuatnya dan Hayato pusing delapan tikungan. Itupun hanya dua bocil.
Siang itu direpotkan dengan mainan yang menyakitkan kalau terinjak, sorenya basah karena cipratan air setelah mandi, malam tadi sebelum jam 9 musik opening Ksatria Baja Hitam Pemberani menggelegar di ruang tengah, dan saat ini, pukul 11 malam, bisa dijadikan kesempatan dua remaja beradik ini istirahat di dapur. Hayato menyeduh teh pada dua gelas ukuran sedang dengan air panas yang mengeluarkan uap ketika dituangkan, membuat kepala Ryuuichi yang menempel pada meja makan terangkat akan aroma kantong teh yang sedang mandi air hangat. Bahu dua remaja ini kian melemas, sudah seperti pekerja kantoran yang dilanda amukan bos dan jadwal lembur mereka. Mereka perlu digaji lebih.
"Hmm~ baunya enak," gumam Ryuuichi menatap penuh takjub, seakan hanya menatap saja sudah merasa setenang ini, apalagi nanti.
"Kamu mau pake gula?" Tanya Hayato menatap balik Ryuuichi yang tengah melamun sambil senyum-senyum sendiri. Agak perlu dipertanyakan mengapa ia tersenyum tanpa alasan, apalagi ketika ditatap matanya langsung membulat seperti akan copot dan berkutik kesana-kemari, tapi Hayato biarkan saja, toh Ryuuichi memang seperti itu kelakuannya.
"Oh, iya, boleh," jawabnya mengangguk cepat merubah senyum damainya menjadi senyum tidak damai alias senyum 'muka nyengir hati pingin mati'.
"Tolong ambilin gula, di laci atas belakangmu."
Ryuuichi mengangguk, mengacaukan rambutnya tentang bagaimana ia diciduk dengan jelas tengah menatapi Hayato. Berharap Hayato tidak mengambil berat dan masa bodo, akan sangat memalukan jika Hayato bertanya mengapa ia menatapinya.
Sebenarnya, ada satu hal lain yang membuat Ryuuichi senang ketika diajak menginap oleh Shizuka, ia bisa menghabiskan waktu dua hari bersama Hayato. Hayato Kamitani. Orang yang ia suka. Di satu atap. Entah sejak kapan perasaannya pada Hayato muncul, tapi yang ia tahu adalah melihat Hayato yang kasar pada anak-anak sebagai bentuk kepeduliannya, yang tekun mengikuti 'ekskul baseball payah' di sekolah, yang jika berbicara padanya suaranya berubah menjadi lembut, yang akan kesal jika ia membantunya berbicara pada ayahnya ketika ingin, membuat pandangannya akan teman bangkunya menjadi berbeda. Membuat Ryuuichi senang berada di dekat Hayato.
TAPI TIDAK SEDEKAT INI JUGA!!
Batin Ryuuichi berteriak keras pada jurang tak berdasar hingga ia bisa merasakan tenggorokannya sakit, padahal dia tak berteriak ataupun tak sengaja keceplosan berteriak.
....semoga saja tidak keceplosan.
"Yang ini bukan?"
"Bukan, itu garam. Si mak tua ga sengaja nuker tempat garam sama gula."
Salah mengambil bumbu membuat Ryuuichi terjebak di antara Hayato dan akal sehatnya. Perutnya yang datar tertekan counter meja dapur saat Hayato membawa dadanya menempel pada punggung Ryuuichi. Dengan lengan Hayato menempel pada dinding yang sejajar dengan pelipis matanya, ia menahan tubuhnya yang memberat menggunakan kedua tangannya dengan segenap jantungnya yang tak mau berhenti berderap layaknya kuda dalam perlombaan. Nafasnya tercekat dengan mata yang diam-diam melirik ke lengan Hayato seperti melirik seorang teroris. Untuk seorang laki-laki SMA, lengan Hayato kekar juga, ya....
'RYUUICHI KASHIMA KAMU MIKIR APA?!' Batin Ryuuichi.
Ia tak mau berpikir aneh-aneh, Hayato hanya membantunya mengambil gula yang entah letaknya dimana hingga Hayato harus mengurungnya selama lebih dari 5 detik. Nafasnya memberat akibat jantungnya yang tak mau santai berdetak, hingga ia merasakan wajahnya memanas. Sesekali ia merasakan sensasi ombak panas merayap dari perutnya naik ke kepalanya, tanpa ia sadari dahinya sudah basah gara-gara keringat.
Tuhan, tolong buat ini cepat berakhir-
"...Kashima," tangan Hayato tiba-tiba melingkar pada pinggang Ryuuichi, suaranya berat dan hembusan nafas pada wajahnya membuatnya merinding, ia yakin Hayato juga menahan nafas tadi.
Ryuuichi terdiam, lebih senyap dari sebelumnya. Tangannya mencengkram pergelangan tangan Hayato dan badannya menggeliat aneh. Ia nyaman dengan pelukan Hayato, ia ingin pelukan Hayato mengerat namun Ryuuichi tidak tahu apakah Hayato sedang sadar atau tidak. Pelukannya terasa seperti dosa besar, atau mungkin nikmat? Antara keduanya, Ryuuichi tidak mau salah satunya. Ditambah, tanpa kata-kata Hayato menundukkan wajahnya pada pundak Ryuuichi, menghela nafas dengan panjang sambil mengeratkan pelukannya. Badan Hayato lebih dingin daripadanya tapi Ryuuichi merasa sangat gerah, wajahnya memanas dan jantungnya berdetak dengan kencang hingga keduanya bisa mendengarnya. Ia ingin berbalik badan dan membalas pelukannya. Sangat ingin. Lalu mengelus punggungnya dengan lembut, merayapkan jemarinya pada rambut hitam Hayato, saling berkeluh kesah, dan mungkin sambil menciumnya- Oh, astaga! Apakah keduanya sedang mabuk?!
"Kamitani-"
"Sebentar aja.... ya?"
Dan keduanya diam seperti itu untuk beberapa menit. Entah apa yang sedang mereka bisikkan pada satu sama lain atau pada alam semesta, mereka ingin tetap seperti ini hingga mereka muak.
✦. ──── End ──── .✦
🗣: LOOK! IT'S RYUUICHI WEARING STRAWBERRY BIKINI! (but ignore his hand and feet)
👥️: WHERE?!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.