"Lihat kanan. Gunung yang waktu SMA kita daki pas liburan."
Perhatian yang awalnya berfokus pada satu arah kini terbuyarkan hanya dengan satu kalimat. Kepala juga bola matanya bergerak cepat ke sisi kanannya, dengan penasaran dan ketertarikan yang tinggi hingga menggoyangkan mobil yang ditumpanginya.
Sontak Ryuuichi membelalakkan matanya girang, ia bisa melihat kenangan SMAnya langsung di depan matanya. Gunung yang menyimpan banyak memori, mulai dari teman kelasnya yang muntah di bus, hingga dirinya yang terpleset tendanya sendiri.
Tak ada hal menarik yang terjadi pada saat itu seperti hantu dan arwah penunggu hutan, namun yang mengarang kisah hantu dan penunggu hutan itu lah yang membuat semuanya menyenangkan. Melingkar di api unggun sambil makan marshmallow gosong dan menceritakan kisah seram sebelum tidur.Kenangan emas dimana mereka masih di masa merisaukan nilai ulangan, gelisah dengan perasaan suka pada orang yang spesial, menjahili anak kecil di daycare, dan bermain sepak bola di lapangan setelah sekolah berakhir sampai orang tua mencari. Betapa Ryuuichi sangat merindukan masa-masa remajanya.
"Aku ga tahu kalau gunungnya jauh dari kota," ucapnya terus memandangi gunung yang tak lekas menghilang dari pandangan.
"Sampe setengah jalan kamu ketiduran, nyenyak banget sampe gatau kalau perjalanannya jauh," jawab Hayato yang fokusnya masih tak berpaling dari jalan.
Benar, Ryuuichi ketiduran di tengah-tengah perjalanan mereka ke gunung. Terlalu bersemangat dengan liburan bersama teman kelasnya bisa membuatmu kelelahan. Benturan kecil pada kaca bus bahkan tak membuat Ryuuichi terbangun, namun beruntungnya dia, Hayato mau meminjamkan pundaknya untuk dijadikan sandaran tidur.
Laki-laki itu tak pernah menyampaikan apa yang ia rasa dalam bentuk kalimat, selalu dalam bentuk aksi. Tak jarang Ryuuichi dibuat kaget dengan perlakuan Hayato yang tiba-tiba. Manusia yang tak bisa ditebak.
Takdir pun sama begitu, tidak bisa ditebak. Pertemuan secara tak sengaja disebuah daycare tempat para guru menitipkan anak mereka, mengarahkan Ryuuchi dan Hayato pada sumpah pernikahan. Meskipun banyak lika-liku dalam hubungan mereka seperti pasangan pada umumnya, tak ada pihak yang dirugikan hingga saat ini. Kedua mempelai bahagia. Sangat, sangat, sangat bahagia.
Dan di sini, di desa yang letaknya jauh dari pemukiman kota, tempat mereka akan melanjutkan hidup mereka bersama sebagai sepasang suami. Melanjutkan pertanian semangka orang tua Hayato juga untuk merasakan udara yang baru.
Bermain di labirin bunga matahari milik tetangga di musim semi, memakan semangka hasil kerja tangan mereka sendiri di bawah pohon rindang di musim panas, mengumpulkan daun-daun yang berguguran walaupun terus diganggu oleh anjing liar di musim gugur, membuat manusia salju lalu memeluk satu sama lain sepanjang malam di musim dingin.
Yap, mereka akan sibuk sepanjang tahun.
"Sampai," ucap Hayato ketika mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah rumah tua yang cukup besar untuk ditinggali dua orang.
"Masih sama kayak dulu, ya," gumam Ryuuichi ketika mengingat saat ibu Hayato, atau ibu mertuanya, mengajak dirinya dan Kotarou berlibur musim panas di rumah nenek kakek Hayato. Bahkan udaranya masih sama sejuknya seperti saat itu.
"Truk furniturnya baru sampai sini besok pagi, jadi buat malam ini kita tidur pake selimut yang di mobil. Kamu gapapa, kan?" Jelas Hayato sambil menyilangkan tangannya di depan dada menunggu jawaban Ryuuichi. Mobil mereka tak sebesar itu untuk muat barang-barang kecil dan futon mereka, jadi futon bersama truk dan barang kecil bersama mereka.
"Gapapa, kok," jawab Ryuuichi tanpa keraguan apapun. Meskipun tidur dengan alas yang tidak akan nyaman untuk dibuat tidur di lantai, ia tak keberatan, asal dia tak sendirian malam ini.
Hayato tersenyum kecil. Suaminya tampaknya sangat bersemangat untuk tinggal di sini.
"Masukin dulu kardus-kardunya ke dalem terus tentuin ruangan-ruangannya, biar ga jauh-jauh ambil barang ke mobil. Habis itu kita ke kepala desa buat konfirmasi pindah kita," atur Hayato diangguki setuju oleh Ryuuichi.Hari pertama mereka di rumah baru dihabiskan untuk membersihkan ruangan juga menata barang-barang mereka. Cukup melelahkan namun mereka tak peduli, mereka senang dan hanya itu yang ada di pikiran mereka. Memiliki satu sama lain untuk memberikan sandaran, berdiri di kordinat yang sama, melengkapi kekurangan satu sama lain.
Hal-hal kecil yang mungkin di mata sebagian orang tidak spesial, sebenarnya sangatlah istimewa di mata mereka. Bahagialah mereka sampai kapanpun dalam dinginnya malam dan panasnya siang. Waktu akan berputar lebih lambat untuk mereka bisa menikmati waktu yang dihabiskan bersama.
Pohon rindang, serangga pada semak, tanah kering, dan semangka pun menjadi saksi kebahagiaan keduanya.✦. ──── End ──── .✦
Foto keluarga pasusu dua anak (ceritanya)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Them
Fiksi PenggemarSerba-serbi dua insan yang jatuh hati pada satu sama lain setiap kali bumi berputar satu milimeter. Berdiri di bawah langit yang sama, di titik kordinat yang sama. Sebuah cerita dengan beragam kisah di tiap halamannya yang menceritakan keseharian p...