"Jangan ambil punyaku!" "Woy, itu tempatku!" "Kak, ini microwavenya gimana cara kerjanya?" "TAKAAA!!"
'Apa, sih...?'
Ryuuichi terbangun dari tidur siangnya karena suara teriakan yang samar-samar ia dengar. Terdengar familiar, namun tak bisa ia kenali karena suara lainnya yang tak kalah kencang. Mungkin suara televisi? Melihat Hayato sudah tidak berada di sisi lain kasur, mungkin saja memang Hayato yang sedang menyalakan televisi dengan volume suara yang tinggi.
Matanya yang berat menyuruhnya untuk kembali tidur, tetapi jam beker pada laci sebelah kasur Ryuuichi memaksa Ryuuichi untuk bangun. Sudah selama itu Ryuuichi tertidur pulas hingga hampir melewatkan pagi.
Ia mendudukkan dirinya dengan kepala yang berat karena terlalu lama tidur untuk memanggil arwahnya kembali pulang ke tubuhnya supaya ia dapat mengontrol keseimbangannya. Telapak kakinya menyentuh lantai kayu dingin kamar, berjalan dengan langkah yang agak pincang karena sakit pada pinggangnya. Ryuuichi melihat pantulan dirinya di cermin panjang lemari, ia meringis ketika melihat banyaknya cat merah yang Hayato goreskan pada leher dan pundaknya yang tak lagi polos. Dan rasa perih pada pahanya, terutama paha bagian dalamnya, membuatnya yakin Hayato meninggalkan bekas di sana juga.
Wajahnya sedikit memerah mengingat bagaimana coretan-coretan merah pada tubuhnya itu terlukis. Ia yakin ia juga meninggalkan arsiran tebal merah pada punggung Hayato. Ryuuichi sendiri yang memulai sesi melukis tersebut, namun ia sendiri juga yang malu dengan hasil karya seni mereka.
Ia mengganti celananya ke celana yang lebih pendek agar bahannya tak menggores luka pada pahanya. Ingatkan dirinya untuk memberikan antibiotik pada tanda yang cukup dalam nanti, karena untuk sekarang ia akan menyuruh Hayato mengecilkan suara volume televisinya.
Klik
"Hayato, suara tvmu—"
"KAK RYUU!!!"
Oh, sebentar... Ryuuichi sangat kenal dengan suara itu. Suara yang setiap hari berdengung di telinganya dari zaman SMP dan SMAnya, bahkan sampai sekarang.
Bocah-bocah daycare.
Kedua kubu– yang dimana kubu 1 beranggotakan Kotarou, Taka, Kirin, Kazuma, Takuma, dan Midori, dan kubu 2 yang beranggotakan Ryuuichi dan Hayato (Ryuuchi belum tahu bahwa Hayato berada di meja makan, di belakangnya)– terdiam sejenak. Saling memandang dengan berbagai ekspresi seperti senang, bingung, kaget, dan 'harusnya aku bangunin dia dari tadi'.
"A—anak-anak...? Kapan kalian—"
"Leher kak Ryuu digigit nyamuk banyak!"
PLAK!
Disadarkan dengan Takuma yang menunjuk lehernya, secara refleks Ryuuichi menutupi kedua sisi lehernya menggunakan telapak tangannya dengan keras dan menyatukan rapat-rapat kedua pahanya. Mengingat bagian leher kaosnya lebar dan bahannya yang tipis, dan ia baru ingat ia hanya memakai celana pendek.
"A–A–AKU PERMISI SEBENTAR!" Teriak Ryuuichi segera kembali masuk ke kamarnya dan membantingnya dengan cukup keras. Bisa mereka dengar ada beberapa benda–dan mungkin dirinya sendiri– jatuh di dalam kamar. Membuat semua orang yang berada di dalam apartemen kebingungan melihat tingkah Ryuuichi.
"Ryuu jadi aneh!" Teriak Taka disetujui yang lain.
"Kakak kenapa, kak Hayato?" Tanya Kotarou yang khawatir pada ekspresi dan gelagat Ryuuichi. Takut kedatangan dirinya dan temannya tidak diindahkan Ryuuichi.
"Gatau, paling mau ganti baju," jawab Hayato sambil menyeruput kopinya dengan sedikit taburan rasa bersalah pada Ryuuichi di meja makan.
✦. ──── End ──── .✦
![](https://img.wattpad.com/cover/307974476-288-k465187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Them
FanfictionSerba-serbi dua insan yang jatuh hati pada satu sama lain setiap kali bumi berputar satu milimeter. Berdiri di bawah langit yang sama, di titik kordinat yang sama. Sebuah cerita dengan beragam kisah di tiap halamannya yang menceritakan keseharian p...