15. Olive

48 8 0
                                    

Saat Lily terus menyelidiki jejak-jejak di masa lalu, dia secara perlahan mulai mengungkap identitas saudara kembaran yang meninggal. Setiap langkahnya menghantarkan dirinya pada bukti-bukti yang mengarah pada nama dan peristiwa tragis yang telah menyelimuti bayi itu dalam misteri. Jejak-jejak yang tergores di dalam lembaran masa lampau menjadi pemicu dalam diri Lily, menyulut rasa ingin tahu yang tak tertandingi dan semakin membenamkannya dalam gelapnya ketidaktahuan.

"Chloe, lihat apa yang ku temukan!" seru Lily ketika bertemu dengan sahabat-sahabatnya di perpustakaan keluarga Morgan.

Chloe mendekat dengan cepat, wajahnya penuh dengan antusiasme. "Apa itu, Lily? Bukankah itu adalah kotak surat-surat keluarga Morgan yang sudah lama terabaikan?"

"Iya, tepat sekali. Aku menemukan surat-surat tua yang sepertinya berhubungan dengan saudara kembaranku yang meninggal," jawab Lily, bibirnya bergetar karena terlalu banyak emosi yang menghimpitnya.

"Wow, ini luar biasa! Kita harus membacanya bersama-sama," ajak Charlotte, dengan mata berbinar-binar.

Ben, yang selalu berpegang teguh pada nalar ilmiahnya, mengangguk. "Aku setuju. Mungkin ada petunjuk-petunjuk penting di sini yang bisa membantu kita memecahkan misteri ini."

Dengan penuh antisipasi, mereka membuka surat-surat tua dan mulai membaca. 

Lily menarik nafas dalam-dalam. "Namanya adalah Olive, saudara kembaranku yang tak pernah kuketahui sebelumnya."

Chloe meletakkan tangannya dengan penuh empati di atas bahu Lily. "Apa kau baik-baik saja?"

"Sungguh, Lily, ini mungkin berarti banyak bagi keluargamu," tambah Charlotte.

Ben mengangguk. "Ya, ini bisa menjadi bukti kunci yang kita butuhkan untuk mengungkap misteri keluarga Morgan."

Sementara sahabat-sahabatnya memberikan dukungan, Lily merasa terombang-ambing dalam gelombang misteri dan kegelapan. Hatinya berkisar antara mengikuti nafsu ingin tahunya atau menyembunyikan semua bukti dan kembali hidup dalam ketidaktauhan.

Chloe mendekati Lily dan berbicara lembut, "Lily, tidak ada yang mengharapkanmu untuk menyelesaikan ini seorang diri. Kami semua di sini untukmu, tak peduli apa yang akan terjadi."

"Benar. Kita adalah tim, bukan?" tegas Charlotte.

Ben menambahkan, "Dan kita berada di sini untuk membantumu memecahkan misteri keluarga Morgan, apapun yang terjadi."

Lily tersenyum melihat sahabat-sahabatnya yang setia. "Terima kasih, kalian. Aku sangat beruntung memiliki kalian di sampingku."

Malam demi malam, Lily terduduk di balik jendela ruangan keluarga, memandang keluar pada gelapnya langit. Dalam kelamnya malam, ia merenungkan keputusan besar yang harus diambilnya. Tapi bagaimana ia bisa mengambil langkah maju tanpa mengetahui apa yang ada di hadapannya? Bagaimana ia bisa berdiam diri tanpa terus menggali rahasia keluarga Morgan?

"Seharusnya aku berhenti," gumam Lily dalam hati. "Tapi bagaimana jika aku kehilangan jejak ini? Bagaimana jika kebenaran yang kuketahui menimbulkan kekacauan?"

Chloe, yang tidak tidur dengan nyenyak karena khawatir dengan teman baiknya, memasuki kamar Lily. "Lily, apa yang kau pikirkan? Aku bisa melihat ketidakpastian di matamu."

"Dia benar, Lily. Kau terlihat seperti terombang-ambing dalam gelombang kebimbangan," sambung Charlotte, yang turut memasuki kamar.

Lily menatap kedua sahabatnya dengan tatapan lelah. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, Chloe. Aku ingin tahu kebenarannya, tapi takut dengan segala konsekuensinya."

Chloe dan Charlotte menatap Lily dengan penuh empati, merasakan getaran ketakutan dan kebimbangan dalam kata-katanya. Mereka mengerti betul betapa beratnya beban yang harus Lily pikul, dan merasa terpanggil untuk memberikan dukungan sebanyak mungkin.

The Portrait of Lily Morgan (Wattys 2023)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang