Chapter 40

12.6K 601 12
                                    

"Aku tak bisa berjanji kalau aku selalu berada disisimu. Tetapi aku berjanji bahwa yang ada dihatiku ini cuma ada kamu, sampai kapan pun itu."

~Haifa Ghania Fazilla~

.
.
.
.
.

Tiga bulan telah berlalu, dan sekarang kandungan Haifa sudah memasuki usia sembilan bulan. Yang artinya, dia hanya akan menunggu beberapa hari lagi untuk berjumpa dengan calon buah hati.

Tak sedikit pula teka teki yang dia dapatkan selama tiga bulan terakhir ini, dimana pada saat dipantai dia melihat seseorang tetapi disaat dia ingin menghampiri orang tersebut, orang tersebut malah menghilang entah kemana. Dan setelah itulah Haifa semakin banyak mendapatkan teka teki dari sosok tersebut.

"Mas, mau kemana?" tanya Haifa yang melihat sang suami sudah siap dengan pakaian rapinya.

"Mas mau ke pesantren sayang, kamu ikut ya?" jawab gus Afat setelah itu mengecup kening Haifa, tak lupa juga mengecup sang buah hati yang sebentar lagi akan lahir.

"Sayang, baik baik ya didalam, bentar lagi kita ketemu kok," ujar gus Afat pada perut Haifa, setelah itu gus Afat langsung mengecup perut Haifa.

"Mas, aku ganti baju dulu ya?"  ucap Haifa yang langsung ingin pergi dari sana.

Disaat Haifa ingin membalikkan badannya untuk pergi mengganti pakaiannya, tiba-tiba Haifa merasakan yang amat sakit pada perutnya.

"Mas, kok perut aku sakit banget ya akhh." Ringis Haifa mengelus perut nya dengan rasa kesakitan.

"Kenapa sayang?" tanya gus Afat yang juga sudah merasa panik.

"Mas sakit." Rintih Haifa kembali dengan sudah tidak kuat untuk berdiri.

"Sayang," gus Afat kaget setelah melihat kebawah. Dimana Haifa yang sudah sedikit basah dengan air ketubannya yang sudah pecah.

"Sayang, bukannya kamu melahirkan satu minggu lagi ya?" gus Afat semakin panik karena melihat istrinya yang semakin bertambah sakit.

"Gatau mas, ini sakit banget. Tolong mas." Haifa benar-benar sudah menangis.

Gus Afat langsung buru-buru untuk mengambil perlengkapan bayi terlebih dahulu, setelah itu gus Afat langsung menggendong Haifa dan mereka langsung pergi ke rumah sakit.

"Sayang, tahan sebentar lagi ya," ujar gus Afat menenangkan sang istri sambil mengelus perut Haifa dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya dia pakai untuk menyetir.

Tak lupa juga sambil mengelus perut sang istri, gus Afat bersholawat untuk menenangkan Haifa. Tak lupa juga dia harus fokus dalam menyetir demi keselamatan istri dan calon anaknya itu.

"Kita sudah sampai sayang," gus Afat dengan terburu buru langsung menggendong Haifa dari dalam mobil dengan sangat hati-hati. Setelah itu dia langsung masuk ke dalam rumah sakit.

Setelah dibawanya Haifa ke ruang bersalin, gus Afat terlebih dahulu menelpon kedua orang tuanya, tak lupa juga memberitahukan kepada kedua sang mertua.

GUS MY HUSBAND (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang