17. Nembak⚠️

44.6K 383 3
                                    

Stefanni tiba-tiba menepuk pundak Mira yang sedang sibuk makan di kantin. “Apakah kamu sudah mengunakannya?”

“Apa?” tanya Mira dengan wajah kebingungan, perkataan ambigu Stefanni membuat pikirannya sedikit tidak nyambung.

“Benda itu, V!” ucapnya sambil memberikan simbol v di tangannya.

“Maaf, Stefanni.” Mira menghentikan makannya dan mengalihkan pandangan fokus ke teman sekelasnya itu. “Aku tidak bisa mengunakannya, ayah tiriku menemukannya dan sekarang sudah dia buang ke tempat sampah.”

“Wah! Ayah tirimu sama sekali tidak menghargai privasimu, kamu sudah berumur 23 tahun, masa hal seperti itu juga masih diatur?” Stefanni menunjukan wajah yang kesal saat mendengar ungkapan Mira.
Mira mengkerutkan keningnya sembari mengaruk-garuk sisi kepalanya dengan tertawa palsu. “Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikirannya.”

“Mungkin kamu tidak akan bisa punya kekasih saat dirinya masih hidup,” ujar Stefanni melamun dan tanpa sadar meminum air sirup Mira.

“Bisa jadi,” balas Mira sambil menatap air minumnya yang sudah diteguk habis oleh teman kelasnya. “Hei, itu minumanku!”

Stefanni terkekeh sebelum menyodorkan gelas yang telah kosong ke arah Mira. “Sorry, aku banyak bicara membuatku sedikit kehausan. Btw, aku ingin bertemu dengan ayah tirimu itu, katanya dia lebih muda ya dari ibumu?” tanya gadis itu dengan penuh penasaran.

Mira langsung menatap sinis Stefanni sembari meletakan garfu dan sendoknya di piring dengan kasar. “Buat apa kamu ingin bertemu dengannya, apa kamu mau jadi pelakor!?”

Stefanni terkejut saat melihat reaksi Mira yang berlebihan. “Why are u so mad? Aku cuman nanya, okay?”

Mira langsung menghela napas. “Maaf, aku lagi PMS. Jadi, tidak bisa menahan emosi,” ungkapnya lagi sembari berusaha menenangkan diri.

Toni melihat mereka dari kejauhan dan hendak melangkahkan kakinya mendekati kedua gadis itu. dalam hitungan menit, dia sudah berada di sana dan duduk di samping Mira yang masih terlihat kesal.

“Bisakah kita berbicara berdua?’ tanya Toni kepada Mira.

Stefanni tersenyum lebar saat mendengar perkataan Toni dan dia mulai bangun dari tempat duduknya lalu pura-pura memeriksa isi ponselnya. “Mira, aku pergi ke tempat lain dulu, ya? ada hal pribadi yang harus kuselesaikan.” Gadis itu langsung berlari ke arah pintu keluar kantin.

“Eh, tunggu, Fanni!” teriak Mira saat melihat teman sekelasnya itu sudah berlari jauh meninggalkan dirinya bersama dengan Toni. Seketika ia mengalihkan pandangan ke pemuda itu. “Ada apa, Toni?”

Toni terlihat seperti gugup. “Aku hanya ingin mengatakan sesuatu.” Pemuda itu menghela napas lalu terdiam.

“Mau mengatakan apa?” Mira mengangkat alisnya.

Toni langsung mengeluarkan isi pikirannya dengan suara yang tegas. “Aku suka sama kamu, kamu mau tidak jadi pacar aku?”

Mira melotot dan merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Hah?”

Pagi hari minggu ini, Mira mulai mengetuk pintu kamar Damien, sepertinya dia ada suatu keperluan. Di tangannya sudah ada beberapa lembar kertas yang terlihat seperti lembaran proposal. Gadis itu mulai melangkahkan kakinya ke dalam kamar karena pintu tidak di kunci.

“Apa kamu sibuk?” tanya Mira mendekati Damien yang sudah fokus dengan laptopnya.

Damien menoleh ke arah Mira sekilas sebelum mengerjakan tugasnya kembali. “Iya, ada kesibukan sedikit yang harus di selesaikan. Ada apa memangnya?”

Mira mulai berjalan ke samping Damien yang masih sibuk dengan isi laptopnya itu. “Aku hanya ingin memeriksa latar belakang yang kutulis di proposal, apakah ini semua sudah benar? Aku bertanya kepadamu karena kamu dosen Bahasa Indonesia.”

Damien menarik tubuh Mira sehingga terjatuh di pangkuannya dengan posisi membelakangi dirinya. “Bentar, aku lihat dulu,” ucapnya sambil mengeluarkan kepala di samping pundak Mira dan memeriksa tulisan di kertas yang gadis itu pegang.

Pipi Mira merona karena Damien melakukan hal itu padanya. “Apa ada yang harus kuubah?” tanya gadis itu dengan suara rendah. Sorot matanya tertuju di tangan-tangan kekar Damien yang memegang kertas proposal miliknya.

“Ini sudah cukup sempurna, hanya beberapa kalimat ini,” ujar Damien sambil mencoret-coret kata yang typo dan spasi yang berlebihan. “Sepertinya itu saja.”

Mira mengambil kembali kertas yang sudah di koreksi Damien dan ia menaruhnya di atas meja kerja Damien, tepatnya di samping laptop. “Kamu tahu tidak?” ucapnya gadis itu sambil mengubah posisinya jadi menghadap pria itu dengan wajah tersenyum. “Kamu terlihat lebih keren dan seksi ketika bekerja, apalagi ketika mengunakan kacamatamu.”

Gairah Damien naik saat mendengar Mira sedang memujinya, tangannya langsung melingkar di perut gadis itu sembari menempelkan dahinya ke dahi milik Mira. “Benarkah?” ucap pria itu dengan tatapan teduh.

Mira terkekeh lalu memegang kedua pipi Damien dan membalas tatapannya sembari berkata lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mira terkekeh lalu memegang kedua pipi Damien dan membalas tatapannya sembari berkata lembut. “Bukankah kamu masih ada pekerjaan, hm?”

Damien sejenak berpikir dan mendekap erat tubuh Mira. “Mungkin aku bisa istirahat sebentar untuk mukbang?”

“Mukbang?” Mira kebingungan dengan perkataan tersebut. “Sepertinya aku pernah mendengar kata itu.” Gadis itu menaruh jarinya di bibirnya sendiri lalu berpikir. “Sepertinya itu berhubungan dengan makanan.”

Damien terkekeh saat menatap Mira yang sedang kebingungan. “Kamu juga sangat mengemaskan ketika sedang berpikir.”

Mereka berjarak sangat dekat, bibir keduanya hampir bertemu satu sama lain. Keduanya saling bertukar pikiran hanya dengan tatapan intens.

Can i?” Damien semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Mira.

Mira hanya mengangguk saat dosen muda itu meminta izin menciumnya, dia mulai menarik kerah Damien agar mereka bisa lebih mudah berciuman.

Dalam hitungan detik, bibir gadis itu telah menempel di bibir pria itu, mereka muka berciuman dengan berlatarkan suasana sepi dan hawa dingin di pagi hari. Ketika sudah cukup lama bertukar saliva, akhirnya kedua manusia tersebut melepas cumbuanya dan terkekeh sembari mengesekan kedua hidung mereka.

Damien mulai berucap kembali dan berbisik ke telinga Mira. “Can i go harder now?”

“As you wish, Dad!”

.
.
.
.
.
.
.
.
Vote and komen pokoknya.🐵

STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang