Season 2:4. Masa Lalu Damien

14.8K 208 0
                                    

Damien tertidur sendirian di dalam kamar. Dia sepertinya sedang bermimpi karena tubuhnya dipenuhi oleh keringat. Mulutnya terus mengeluarkan igauan yang terdengar aneh dan penuh dengan nada yang penuh rasa sakit. "Jangan pergi, ibu!"

Dia tampak gelisah di dalam tidurnya, tubuh pria itu terus memberontak; air matanya mulai mengalir deras di pelupuk matanya. Sehingga suatu waktu dia berteriak kencang sampai terdengar oleh Mira di lantai bawah.

Mira yang mendengar itu tentu saja langsung pergi ke atas untuk mengecek keadaan pria itu. Dia melangkah secara perlahan sembari menatap Damien yang sedang memberontak dan menangis di dalam tidurnya. Mira menghentikan langkah kakinya saat berada di tepi kasur dan duduk di sana, tangannya mulai mengoyangkan tubuh Damien. "Hei, bangunlah! Ada apa denganmu?"

Damien yang merasakan guncangan di tubuhnya langsung terbangun, matanya membelalak dengan cepat dan refleks memandang Mira dengan keterkejutan.

"Kenapa? Kamu mimpi apa?" tanya Mira dengan wajah yang kebingungan dan penasaran. Sorot matanya bergetar tampak seperti orang yang menahan rasa khawatir.

Damien yang baru tersadar itu masih tidak bisa menjelaskan mimpinya, dia hanya menatap Mira dengan napas terengah-engah dan wajah yang lusuh dipenuhi keringat. "Aku tidak ingat," ucapnya singkat. Namun, sepertinya dia ingin mengatakan suatu hal kembali. "Bolehkah aku memelukmu sebentar, aku sedikit takut."

Mira segera menyanggupinya karena mengira Damien mengalami mimpi yang buruk. "Baiklah, tidak apa-apa itu hanya mimpi," ujarnya lagi sembari memeluk dan menepuk bahu Damien yang tengah terbaring.

Kilas balik saat Damien masih masih berusia 6 tahun, ia memiliki keluarga yang tidak harmonis; ibu dan ayahnya selalu bertengkar hanya karena hal yang sepele. Damien kecil tidak sempat mendapatkan kasih sayang ibunya karena tidak lama kemudian orangtuanya bercerai dan hak asuh Damien jatuh pada ayahnya.

Pada saat itu, Damien sangat ingin sekali menemui ibunya, tetapi wanita itu tidak peduli dengan anak semata wayangnya dan memilih pergi ke suatu tempat yang tidak tahu berada di mana. Bagi ibunya, Damien sangat mirip dengan wajah mantan suaminya maka dari itu dia tidak memperjuangkan hak asuh anaknya. Bahkan mereka pernah saling melempar tanggungjawab untuk menjaga Damien kecil.

Damien tumbuh besar tanpa perhatian orangtua, dia hanya mengandalkan dirinya sendiri. Sang ayah hanya turut andil memberikannya pendidikan akademik, tetapi tidak dengan kasih sayang. Dari kecil hingga menginjak remaja, dia selalu dipaksa untuk unggul dalam semua mata pelajaran agar bisa di terima di perguruan tinggi yang bergengsi. Damien pernah melakukan pemberontakan; dia melarikan diri dari rumah pada saat menginjak umur 16 tahun.

Pada saat itulah dia menemui seorang wanita yang sekarang menjadi istrinya yaitu Carol. Ketika itu, Damien luntang-lantung di luar, dia bahkan tidak mempunyai uang untuk makan. Hingga muncul seorang wanita itu dan memberinya sebungkus makanan dan minuman kepada Damien, dia membelai rambut anak itu dan memberi semangat untuknya.

Damien merasa sangat bahagia karena baru kali ini seseorang memberikan perhatian yang lebih kepadanya. Dia sangat menyukai Carol sehingga sulit membedakan antara kasih sayang dan jatuh cinta. Pada saat itu juga, pria itu bertekad untuk berjuang dan belajar dengan giat, berusaha mencari kerja sendiri dan hidup mandiri, itu semua terjadi karena dukungan seorang Carol dan akhirnya menjadi dosen yang sangat pintar.

Kekecewaan Damien muncul saat mengetahui Carol sudah mempunyai suami dan anak; tentu saja wanita dewasa mana yang tidak menikah di saat umurnya sudah menginjak 30-an? Meskipun begitu, ia terus menunggu agar Carol bisa menjadi miliknya. Ucapannya terkabul, akhirnya Carol bercerai pada saat itulah ia terus maju dan mendekati wanita itu meskipun Carol sudah berumur ia tidak peduli sama-sekali, karena baginya Carol adalah segalanya; menjadi support system.

Kembali ke masa sekarang Mira merasa pegal saat memeluk tubuh Damien dan ia memilih untuk bangun dari sana. Damien tertidur kembali setelah ditenangkan oleh Mira. Gadis itu mulai beranjak bangun dari kasur, tetapi tangannya dipegang erat oleh pria itu sehingga ia tidak bisa pergi kemana-mana.

Tanpa sadar, hari sudah menjelang malam. Mira ikut tertidur di samping Damien dan dipeluk olehnya dari posisi belakang; gadis itu tampak tenggelam dalam dekapannya dan tertidur sangat lelap.

Sampai suara klakson mobil mulai membangunkannya. Carol sudah pulang dari tempat ia bekerja, Mira berusaha sadar dari tidurnya dan cepat-cepat meninggalkan pria itu tidur sendiri di sana. Gadis itu mulai menutup pintu perlahan sambil menatap wajah Damien yang masih tertidur pulas.

"Mira, kamu belum tidur?" tanya Carol saat memasuki rumah dan menghampiri Mira yang berada di ruang tengah bersama dengan laptop di pangkuannya.

Mira mengeleng sejenak sebelum matanya fokus kembali ke arah layar laptop itu. "Aku masih belum selesai dengan tugasku. Namun, sebentar lagi aku akan tidur, kok, Bu."

Carol mendaratkan pantatnya di sofa di samping Mira duduk; perasaan lelahnya tampak sangat jelas di wajah wanita itu, seketika ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Oh, iya. Kamu sudah seminar proposal, 'kan, Mira?"

Mira menatap ibunya lagi. "Sudah sebulan yang lalu, untung saja dosen pembimbing tidak terlalu menyulitkan. Jadi, Mira bisa cepat-cepat menyelesaikan proposal."

Carol tersenyum. "Baguslah, semoga cepat selesai skripsinya," ucapnya dengan nada lembut memberikan sepenuhnya dukungan kepada anak semata wayangnya itu. "Bagaimana keadaan ayahmu, apakah demamnya sudah turun?" celetuk Carol lagi.

Mira sedikit kebingungan mendengar pertanyaan sang ibu karena tidak terbiasa lagi memanggil Damien ayah. "A-ayah? Oh, demamnya sudah turun tadi siang."

"Ibu sangat berterimakasih kepadamu karena telah menjaga Damien saat ibu tidak ada di rumah," ujar Carol terus mengulang ucapan terimakasih kepada sang anak.

Mira mengangguk pelan sebelum berucap kembali. "Namun, Ibu. Apakah ibu tidak ada waktu sama sekali untuk Damien, apakah Ibu tidak bisa meninggalkan pekerjaan Ibu demi dirinya?" Tiba-tiba ucapan itu keluar begitu saja dari mulut gadis itu.

Carol sedikit membantah permintaan Mira. "Ibu ingin, tetapi Ibu juga tidak bisa meninggalkan karier yang sudah Ibu bangun bertahun-tahun. Damien juga mengerti dengan kondisi Ibu...."

Mira menutup laptopnya dengan kasar dan hendak beranjak pergi meninggalkan Carol di ruang tengah. "Jika lebih cinta dengan pekerjaan, tidak usah menikah lagi kalau seperti itu!" ucapnya dengan tegas dan wajah tanpa ekspresi mulai ia tampakkan pada sang ibu.


.

.

.

.

.

.


STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang