Season 2:2. Musuh⚠️

21.5K 267 1
                                    

"Jangan menangis, aku ada di sini!"

Mira langsung mengubah posisinya menghadap orang yang baru saja membengkapnya. Perasaan lega mulai menyelimuti hatinya saat melihat orang yang ada di hadapannya adalah Damien. Dengan cepat dia memeluk pria itu dengan kuat. "Syukurlah...," ujarnya dengan suara kecil dengan isakan yang di tahan.

Damien menatap waspada ke arah lorong karena mendengar suara langkah seseorang. Tatapannya tidak lepas dari daerah itu, sedangkan tangannya merangkul tubuh Mira dengan kuat; dia berusaha keras untuk melindungi gadis tersayangnya.

Setelah menenangkan Mira, Damien mengambil potongan besi lalu sesaat melepas pelukan gadis itu dan berjalan keluar untuk memeriksa keadaan.

Mira menarik ujung kemeja Damien, menatap dan mengeleng pelan ke arah pria itu; melarangnya untuk keluar dari persembunyian mereka.

Namun, Damien itu tidak mendengarkan larangan Mira, ia mulai melangkah, tiba-tiba ia kakinya terhenti saat melihat pria itu berdiri di hadapannya, mereka saling berpandangan satu sama lain dalam waktu yang lama; tidak ada perlawanan di antara keduanya. Namun, entah kenapa pria bertopeng itu memilih untuk mundur setelah berdiri kaku memandang Damien.

Damien tersenyum lebar saat mengetahui pria itu tidak mempunyai nyali melawan dirinya. Pria itu langsung mencari Mira kembali untuk memastikan keadaannya. Dalam langkah lambat dia mendekati gadis itu. "Pria itu sudah berlari pergi begitu saja, aku bahkan belum melawannya."

Mira menghela napas panjang; ia merasa lega saat mengetahui pria itu baik-baik saja. sebelum menyadari bahwa Damien sudah berhadapan dengannya sekarang. Dia masih ragu untuk bertemu dengannya, apalagi mengingat perasaannya masih belum hilang dan bahkan sekarang malah makin bertambah.

Damien mengulurkan tangan kanannya ke arah Mira. "Pulang ya?" Dia berucap singkat dengan nada suara lembut.

Mira mengeleng pelan. "Terimakasih, untuk bantuanmu, aku sangat menghargainya seumur hidupku, kamu juga sudah menolongku untuk kedua kalinya...." Gadis itu menghentikan perkataannya sejenak sebelum berbicara lagi. "Namun, kita tidak bisa bertemu lagi... menjauhlah dariku, Damien. aku mohon! Ini adalah pilihan yang tepat untuk kita berdua."

"Mira, mengapa kamu pergi tanpa berkata satu patah katapun kepadaku?" Damien terus mendekat ke arah gadis itu dan memujuknya. "Tidak bisakah kita terus bersama, aku tidak bisa hidup tanpamu."

Gadis itu meremas ujung gaunnya dan mulai merasa ragu atas ucapanya. "J-jika aku seperti itu, kamu tidak akan melepaskanku."

Mira melangkah melewati Damien dengan perasaan campur aduk. "Aku akan pulang ke tempat ayah kandungku lagi," ucapnya sembari menunduk dan berusaha agar tidak menatap laki-laki itu lagi. "Hiduplah damai bersama ibu, Damien."

Pria itu langsung menarik tangan Mira dan memeluknya erat dari belakang. "Aku berlari ke sini dan mencarimu tanpa tahu apa yang sedang kamu hadapi." Damien mulai melingkarkan kedua tangannya di perut Mira. "Aku bahkan demam hari ini. Namun, rasa sakit ini menghilang saat mendengar suaramu lewat ponsel tadi."

Gadis itu tidak bisa melawan dekapan Damien; sorot matanya bergetar saat mendengar pengakuan Damien, jantungnya mulai berdetak sangat cepat, semakin cepat sampai membuat pikirannya menjadi kosong. Dia hanya bisa menyentuh perlahan tangan pria itu di perutnya. "Seandainya kamu orang asing yang kucintai, pasti aku tidak akan bertindak aneh seperti ini."

Damien menaruh dagunya di leher Mira. "Jika kamu mau, aku akan menceraikan ibumu, Mira."

Mira tersentak saat mendengar pernyataan tak terduga pria itu. "Pria kurang ajar, setelah menyakiti hati anaknya dan sekarang dia menyakiti perasaan ibu dari anaknya," ujar Mira dengan nada bergetar, dia hendak menangis.

"Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa, Mira. A-aku benar-benar membutuhkanmu," ujar Damien dengan nada suara yang semakin kecil.

Mira menghela napas panjang; perkataan Damien membuatnya benar-benar lemah. "Jangan egois, Damien!" Seketika tubuh Gadis itu tiba-tiba berasa berat. "Damien, jangan seperti ini. Tubuhmu berat sekali." Mira berusaha untuk mengubah posisi ke arah Damien.

Mira sangat terkejut saat melihat bibir Damien pucat, dengan kekuatan tersisa Mira menahan tubuh Damien agar tidak terjatuh; ternyata pria itu sudah jatuh pingsan. "Hei, kamu kenapa?!" ucapnya menatap wajah pria itu dengan wajah yang mulai panik dan cemas.

Damien sudah melebihi batas kekuatannya, tubuhnya tidak bisa lagi menahan rasa sakit dari demam yang ia dapatkan tadi pagi.

"Astaga kamu benar-benar sedang demam!" Mira shock saat menyentuh kening Damien, dia berusaha memapah pria itu keluar dari tepi lorong sempit itu dan membawanya ke keluar untuk mencari kenderaan.

Seluruh tenaga ia kerahkan untuk membawa Damien ke parkir mobil. Beberapa menit yang sulit akhirnya terlewati, Mira memasukan tubuh pria itu di tempat duduk bagian belakang dan membaringkannya secara perlahan sebelum gadis itu berjalan ke pintu untuk mengendarai mobil itu.

Sesampai di rumah Carol, Mira dengan cepat membawa Damien ke dalam rumah. Pria itu telah sadar, tetapi tidak mampu untuk berjalan tegak dan normal, tubuhnya sangat lemah; ia mengerahkan semua tenaganya untuk mencari keberadaan Mira.

Gadis itu mencari-cari kunci rumah di baju Damien dan akhirnya dia menemukannya di saku celana. Mira langsung membuka kunci dengan setelah menyandarkan tubuh pria itu di dinding dekat pintu masuk rumah. Setelah itu, baru ia mengangkatnya kembali ke dalam rumah dan membawa pria itu langsung ke kasur sembari merapikan tempat pembaringannya.

Mira mencari obat dan kompres kembali untuk Damien. "Pria ini, membuatku tidak bisa berkata-kata," gumamnya dengan suara kecil sembari mencari keberadaan obat penurun panas, seketika ia menghela napas saat mengalihkan pandangan ke arah Damien.

Mira mengangkat dan menyandarkan tubuh Damien ke pangkal ranjang dan memberinya obat penurun panas. "Diminum obatnya."

Damien menuruti permintaan Mira; ia bangun dengan lemah dan meminum obat yang telah diberikan kepada Mira dan dengan perlahan dia kembali di baringkan oleh gadis itu.

Mira menyelimuti Damien sebatas dadanya lalu berkata pelan. "Istirahatlah dengan baik, aku akan pulang sebentar lagi," ucapnya sambil mengompres pelan kepala pria itu.

"Mira...." Damien mulai menyentuh tangan gadis itu perlahan dan menatapnya dengan sendu. "Tidak bisakah kamu menginap sehari saja di rumah ini?"

Mira menunjukan wajah serba salah dan menatap pria itu dengan tatapan sedih. "Mengapa kamu tidak mengerti juga, Damien?!"

Damien membalas dengan suara yang terdengar parau sedangkan tangannya sama sekali tidak melepas tangan milik Mira. "Apakah benar-benar tidak boleh untuk sehari saja?"

Mira terus menolak permintaan Damien. "Bagaimana caranya memberitahukan kepada orang yang tuli sepertimu?" ucapnya dengan nada lebih tegas sembari melepas pegangan tangan pria itu.

"Mira?" Tiba-tiba Carol muncul di hadapan pintu kamar miliknya dengan wajah terkejut dan kebingungan.

.

.

.

.

.

.

.

.

Komen dan votenya jangan lupa, author bentar lagi magang jadi bakalan update lama:) Minimal semangatin author lah....🐊🐊

STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang