Season 2. 24. Are you okay?

524 8 0
                                    

Damien yang sedari tadi mengetuk pintu kamar mulai gusar karena Mira tidak mau membukakan pintu untuknya. "Mira, buka pintunya, Sayang. Maafkan aku!"

Mira tidak tidur, dia hanya berbaring mendengarkan ucapan Damien dengan wajah yang kesal. Biar saja dia tidur diluar, aku benar-benar muak!

"Sayang, apakah kamu sudah tertidur?" tanyanya lagi sambil memelankan suaranya. "Baiklah, sepertinya kamu memang sudah ti--"

Tiba-tiba sebuah bantal dilemparkan ke wajah Damien, setelah itu Mira masuk kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu itu rapat-rapat.

"Astaga." Damien terkejut, tetapi refleks menyambut bantal itu. "Baiklah sepertinya kamu tidak mau menemuiku sementara waktu, aku akan tidur di ruang tamu. Selamat malam, Sayang!" ucapnya lagi dengan melangkah perlahan menuruni tangga. "Aku tidur di ruang tamu, nih?" ujarnya lagi sembari berucap keras ke arah pintu kamar. Namun, tidak ada tanda-tanda Mira membukakan pintu untuknya.

Damien yang sudah turun ke lantai bawah langsung berlari kembali ke depan pintu kamar dan mulai berbicara panjang lebar. "Mira, aku sudah memberitahukan kepada Carol kalau aku menyukaimu, apakah aku harus memberitahukan kepadanya bahwa kita sudah melakukan hubungan yang melebihi batas kepadanya?"

"Apa maksudmu?!" Mira membuka pintu dengan keras dan menatap wajah Damien dengan kerutan di dahinya. "Apakah kamu sudah gila?"

Damien sedikit bernapas lega saat Mira mulai membuka pintu kamar dan mau mendengarkan penjelasannya. "Iya, aku sudah gila. Aku benar-benar gila karena kamu. Jadi, kumohon maafkan kesalahanku!"

"Bagaimana caranya aku bisa bertemu ibu lagi kalau sudah seperti ini," ujar Mira sedikit terpukul dan terduduk lemas di depan pintu.

"Kamu pernah berkata kepadaku untuk melarikan diri dan hidup bersama. Apakah kamu ingat?" tanya Damien sembari menjongkok dan menatap Mira dengan sendu.

Mira menghela napas panjang, dia tidak habis pikir dengan tindakan Damien yang selalu saja semberono. "Aku tidak pernah menyuruhmu untuk berkata hal itu kepada ibu, aku hanya berkata 'kita pergi dan hidup bersama'. Astaga, kamu benar-benar selalu membuat hidupku tidak tenang."

"Dia menyuruhku untuk pisah denganmu jika kamu berhasil ditemukan," ungkap Damien lagi, dia duduk bersila menghadap Mira dan berkata dengan suara rendah untuk memujuk gadis itu.

"Pantas saja kamu membawaku ke sini," balas Mira dengan helaan napas panjang. "Besok kita pulang dan kita akan melakukan pengakuan kepada ibu," lanjutnya lagi sembari menatap wajah Damien dengan serius.

Damien ikut menatap Mira dengan wajah serius. "Aku sudah melakukan pengakuan," potong Damien.

Kening gadis itu mengerut saat mendengar ucapan Damien. "Pengakuan kita berdua dan bukan salah satu dari kita."

Damien tertunduk dan terdiam; ia memikirkan kemungkinan; bagaimana jika mereka dipisahkan saat mereka kembali dan akhirnya keduanya merasakan sakit.

"Kenapa diam? Kamu takut ibu marah dan kamu juga masih mencintainya, 'kan?" Mira menunjukan tekadnya lalu memegang baju Damien. "Ayo, Damien. Kita pulang besok!"

Damien seketika langsung membantah. "Tidak!"

"Lalu bagaimana bisa kamu mengingkari janji dan tidur bersama ibu malam itu?"

"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku diberi obat perangsang oleh ibumu? Aku tidak sudah memberontak, Mira. Namun, sepertinya dia memberikan dosis yang berlebihan kepadaku." Damien mendongakan kepalanya dan menatap wajah Mira dengan ucapan serius. "Aku tidak mencintai Carol lagi, cintaku sudah habis denganmu, hanya saja aku takut kita akan dipisahkan secara paksa."

"Dengarkan aku, kita ini orang dewasa bukan anak kecil lagi. Jika ibu memisahkan kita, kita bisa bertemu diam-diam dan pergi melarikan diri bersama," ujar Mira menenangkan Damien dengan sentuhan lembut ke pipi pemilik sang dosen muda. "Kamu dosen, tetapi tidak bisa berpikir jernih. Aku meragukan pendidikanmu." Mira melanjutkan ucapannya sembari terkekeh.

"Semua kecerdasanku hilang sejak jatuh cinta padamu," kata Damien tiba-tiba mengenggam erat tangan Mira. "Apakah kamu yakin, kita bisa melakukan itu?"

Mira mengangguk percaya diri. "Tentu saja. Semua hal sudah terjadi dan terlanjur tidak bisa diperbaiki lagi, aku ingin memberontak, tetapi menurutku itu hanya membuat runyam semuanya."

"Baiklah, jika itu keputusanmu. Aku akan mengikuti saja," balas Damien dengan anggukan yakin.

Mira yang baru saja bersikap normal mulai aneh kembali, ia menutupi mulutnya dan memegang perut. Dia merasa mual kembali.

"Ada apa? Apakah perutmu merasa tidak enak? Ayo, kita pergi ke rumah sakit. Aku merasa khawatir jika melihatmu seperti ini." Damien ingin beranjak berdiri dan mulai memapah Mira untuk berdiri juga.

Gadis itu mengeleng perlahan lalu menatap Damien dengan tatapan sendu. "Sebenarnya aku sudah hamil dan sekarang sudah memasuki usia dua bulan." Mira mulai berkata jujur kepada pria itu.

Damien sangat terkejut dengan pengakuan Mira. "Bagaimana bisa... ah?" Dia mengingat bahwa dulu ia pernah tidak mengunakan pengaman ketika melakukan hubungan intim bersama Mira.

"Kamu tidak mau menerima anak ini? Ah! tentu saja, dia anak yang tidak diinginkan. Aku bahkan berharap keguguran ketika sedang diculik," ungkap Mira lagi dan berjalan cepat turun menuju ke pantai bawah dan meninggal Damien sendirian di sana. Gadis itu berlari ke arah toilet lagi.

"Mengapa kamu berasumsi seperti itu Mira? Kamu bahkan belum mendengar ucapanku. Aku menerima anak kita dan aku benar-benar merasa senang sampai tidak bisa mengungkapkannya!" Damien berdiri di depan toilet dan berbicara panjang lebar di sana. "Aku juga baru pertama kali menjadi ayah dan aku benar-benar tidak tahu untuk bereaksi seperti apa. Namun, apa yang kamu harus tahu aku benar-benar bahagia! Terimakasih karena sudah mempertahankan bayi kita sampai detik ini," ungkapnya lagi sembari berdiri di depanlembut sembari berkata dengan nada lembut.

Mira membuka pintu toilet dan menatap Damien tanpa ekspresi. "Diam, kamu terlalu banyak menjelaskan sesuatu. Sekarang, tidurlah. Besok kita akan pulang ke Jakarta."

Damien menghentikan penjelasannya lalu bertanya dengan tatapan memelas. "Aku bisa tidur di kamar bersama denganmu di kamar, 'kan?"

"Tidak, tidur saja diruang tamu malam ini! Aku membenci wajah dan bau badanmu!" Mira berjalan melewati Damien lalu menuju ke kamar atas kembali sembari menutup pintu dengan kencang dan membuat Damien terus-menerus terkejut dengan tingkahnya.

"Aku baru faham mengapa dia bersikap aneh dan berubah-ubah, ini mungkin bawaan bayi kami." Damien tersenyum lebar, tetapi kembali mengeluarkan ekspresi datar lagi sesaat sebelum berjalan ke ruang tamu. "Begitu banyak hal yang terungkap hari ini, aku bingung untuk bereaksi seperti apa." Pria itu pun sampai di ruang tamu dan tertidur berusaha tertidur di sana.

Sedangkan Mira duduk di atas kasur sembari berpikir dengan berlebihan dengan kejadian yang dialaminya. "Waktu berputar begitu cepat sehingga banyak hal yang terjadi begitu cepat juga, aku tidak mengerti mengapa jalan takdirku seburuk ini. Apa yang kulakukan di kehidupan yang lama sampai membuat diriku di kehidupan ini merasa sangat tersiksa?"

.
.
.
.
.
.
.

Vote jika anda menyukai cerita ini!

Untuk lebih lengkapnya, ada di karyakarsa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang