10. Hadiah⚠️

54.2K 817 8
                                    

Damien yang diundang ke pesta pernikahan. Dia sangat bersemangat, dan berencana untuk berpakaian terbaik untuk acara itu. Dia mengenakan setelan hitam terbaiknya dan memakai sepatu kulit yang baru dia bersihkan kemarin.

Ketika Damien bersiap untuk pergi, dia menyadari bahwa jam tangan kesayangannya hilang. Dia dengan cepat mencari di mana-mana - di lemari, laci, dan bahkan di bawah sofa. Setelah beberapa menit, dia harus menghadapi kenyataan bahwa arlojinya tidak dapat ditemukan.

“Mau kemana dan sedang mencari apa?” Mira bertanya di saat dia sedang membersihkan rumah, gadis itu mendekati Damien untuk memastikan.

“Mau ke pernikahan sepupuku Daniel, lalu sekarang arlojiku hilang entah kemana, sepertinya aku benar-benar lupa menaruhnya di mana,” jawab Damien dengan wajah kebingungan.

Mira seketika berjalan ke arah rak tak jauh dari sana, dia mengambil sesuatu di sana. Ternyata jam itu bisa ditemukkan lebih cepat oleh gadis itu, sejenak ia memakaikan arloji di tangan Damien. “Untung aku menemukannya saat sedang berbenah,” ungkapnya dengan fokus memakaikan benda itu di tangan Damien.

Mira membantu merapikan jas dan dasi milik Damien, tidak lupa dia menepuk-nepuk pelan dada pria tersebut. “Okay, selesai!”

“Apakah kamu tidak mau ikut denganku?”

Mira mengeleng. “Akan sedikit canggung jika aku ikut denganmu, tidak apa-apa aku sudah biasa di rumah sendiri, kirim ucapan selamat saja dariku untuk sepupumu,” jawab gadis itu sambil tersenyum cerah, lalu mengambil kemocengnya kembali untuk berbenah.

Damien mengangguk faham. Sejenak dia terdiam sembari menatap Mira sambil ikut tersenyum cerah. “Apakah tidak ada sesuatu lagi yang ingin dilakukan?”

“Maksudmu?” Mira menghentikan aktivitasnya dan mengubah posisi ke arah Damien dengan wajah penasaran.

“Tidak ada,” kata Damien terkekeh dan menutup wajahnya karena terlalu berharap.

Mira mengaruk kepalanya dan mulai berpikir sekejap, setelah itu dia baru menyadari perkataan Damien. Gadis itu melangkah ke arah pria itu dan meraih tengkuknya dengan kedua tangan lalu mengecup bibir Damien sekilas. “Ciuman sebelum pergi?”

Damien tertawa lalu merangkul pinggang Mira dengan erat, ia mencondongkan mukanya ke arah gadis itu dengan perasaan senang. “Apakah aku tidak perlu pergi saja?” ucapnya sambil mengerakkan tangannya di punggung belakang Mira hingga ke dekat bokong.

Gadis itu tertawa terbahak-bahak saat Damien melakukan hal itu. “Sudahlah, pergi sana. Pernikahan sepupumu lebih penting tahu!” ujar Mira sambil memanyunkan bibirnya.

Damien merasa gemas saat melihat tingkah Mira seperti itu, dia membalas ciuman tadi, tapi ciuman yang bertubi-tubi, hingga membuat gadis itu menutup mulut Damien dengan kedua tangannya.

Mira menatap sinis pria itu. “Cukup, kamu akan terlambat.”

“Mau lagi!” Damien terus mendekap erat tubuh Mira dan membenamkan wajahnya di daerah dada gadis itu sembari mengecup daerah itu perlahan.

Mira  langsung mengangkat kepala Damien dengan kedua tangannya dan menatap dengan dekat mata pria itu. “Pergi saja dulu, nanti pulang aku akan memberi hadiah kepadamu.”

“Hadiah apa itu?” tanya Damien sembari merenggangkan dekapannya.

Mira membalikan tubuh Damien dan mendorong punggungnya keluar rumah. “Nanti juga akan tahu, sekarang pergilah. Aku juga sibuk ini, nanti mau mengerjakan tugas.”
.
.
.
Damien yang diundang ke pernikahan sepupunya Daniel. Pernikahan diadakan di katedral yang indah, dengan rangkaian bunga dan lilin di mana-mana. Para tamu semuanya mengenakan pakaian terbaik mereka, dan pasangan itu tampak berseri-seri saat mereka bertukar sumpah.

Ketika Damien tiba di gereja, dia melihat suasananya penuh dengan kegembiraan. Para tamu semua senang dan ceria, dan musik dimainkan dengan lembut di latar belakang. Damien merasa bersyukur menjadi bagian dari hari yang begitu istimewa.

Usai upacara, para tamu berjalan menuju ruang resepsi, dimana makanan dan minuman telah menunggu mereka. Damien terkesan dengan dekorasinya - bergaya dan elegan, dan makanannya enak. Dia senang mengobrol dengan teman-temannya, dan berterima kasih atas keramahan pasangan yang baru menikah itu.

Seiring berlalunya malam, Damien bersenang-senang. Dia menari bersama teman-temannya, makan makanan enak, dan minum segelas sampanye untuk merayakan cinta Daniel dan Kiara. Dia tidak bisa meminta pernikahan yang lebih baik untuk dihadiri.

“Akhirnya kamu mau menikahi seorang perempuan juga,” ucap Damien kepada sepupunya itu.

Daniel tertawa saat mendengar perkataan Damien. “Maksudmu apa? Mau aku melajang seumur hidup dan hanya bercinta dengan matematika begitu?”

Damien menepuk punggung Daniel dengan keras sebelum tertawa “Maksudku, aku sangat senang akhirnya ada perempuan yang bisa mencairkan hatimu. Kamu selalu tidak bisa diajak bercanda.”

Daniel mengangguk perlahan. “Iya, dia memang benar-benar sesuatu,” ucap Daniel sambil memandang Kiara yang sedang menari di kejauhan dengan tersenyum bahagia.

Setelah merasa cukup, Damien berpamitan dengan mempelai serta keluarganya. Dalam hitungan menit, pria itu sudah meninggalkan tempat pernikahan dan membawa mobilnya melaju kencang ke jalan raya.

Sampai di rumah, Damien membuka kunci pintu dan masuk ke dalam dengan perasaan lelah. Bagaimana tidak, dia menghadiri acara pernikahan seharian penuh. Seketika pria itu berbaring di sofa ruang tamu dan seketika melonggarkan dasinya.

Mira mendekat ke arah Damien yang sudah berbaring lelah di sofa. Gadis itu telah memakai kemeja yang longgar dan celana pendek, dia menampakan celah dadanya ke hadapan pria itu, itu yang ia maksud sebuah tadi pagi. “Sudah pulang?”

Damien terkejut saat suara Mira mengejutkannya. “Oh, iya. Maaf sedikit lama, aku tidak enak jika pulang lebih awal,” ucapnya sambil bangun dari sofa dan duduk menatap tubuh Mira dengan perasaan yang was-was.

“Tidak apa-apa.” Mira duduk di sampingnya sambil duduk menyilangkan kaki. “Hanya ada seseorang yang tidak spesial sedang menunggu,” ungkapnya dengan suara rendah dan terdengar merajuk.

Damien seketika menarik tubuh gadis itu mendekat dan menatapnya sangat dekat.”Maaf jika membuatmu menunggu lama,” balasnya sembari mencium wewangian di daerah leher Mira

“Nakal!” Mira terkekeh lalu mengalungkan tangannya di leher Damien dan mengigit bibir bawahnya sekilas dengan tatapan sendu.

“Kamu yang membuatku menjadi nakal....” Damien tidak bisa menunggu waktu yang lebih lama, dia langsung mengangkat tubuh Mira dan mencium bibir gadis itu dengan lembut sebelum memperkasar gerakannnya.

“Eumm...” Mira tersenyum saat Damien akhirnya bereaksi seperti yang diharapkan, tangannya menangkup leher pria itu dan membalas ciumannya sambil memejamkan mata.

Lidah mereka mulai bertautan, decak saliva terdengar di ruangan itu. Keduanya sudah tidak bisa menahan birahi masing-masing lagi, gerakan lidah Damien terus menerobos mulut Mira dengan cepat. Tanpa sadar tangannya sudah berada di paha milik gadis itu.

Damien membawa Mira ke kamarnya dan lanjut menciumi setiap inci tubuh gadis itu tanpa terkecuali, perlahan ia memandu tangan Mira untuk mengapai dadanya, detak jantung pria itu sangat kuat hingga terasa di telapak tangan sang gadis.

“Sepertinya aku tidak bermimpi,” ujar Mira saat membantu melepaskan baju jas yang dipakai oleh Damien satu persatu, dia terus fokus membuka itu sampai membuat sang pria telanjang dada.

“Aku akan mewujudkan mimpimu, Sayang~” Damien mulai membaringkan Mira ke atas kasur. Pria itu menatap dengan senyuman yang nakal, seperti hendak menerkam gadis itu kapan saja.

Mereka mulai berciuman lagi di sana. Tangan Damien mulai menjalar di daerah payudara Mira dan meremasnya pelan, sedangkan mulutnya masih bertempur dengan mulut Mira. Setelah merasakan cukup, pria itu melanjutkan ciuman di leher dan dada bagian atas lalu memberikan tanda di sana.

“Ahh~” Mira seketika mendesah sat merasakan sensasi yang tidak biasa ketika Damien terus menerus merangsangnya.

.
.
.
.
.
.
.
🐊🐊🐊
Lu punya duit, lu punya kuasa.
Tapi, menurut gua gak gitu men. Menurut gua vote lebih berharga! Cepat vote oy, ntar ku telanjangi satu-satu kalau gak!

STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang