4. Terjebak⚠️

80.9K 633 5
                                    

Hari ini Carol akan melakukan perjalanan bisnis ke Hongkong pagi-pagi sekali, karena tidak sempat dan waktu sudah sangat mepet dia hanya berpesan lewat kertas catatan yang ditempelkan di kulkas agar anak dan suaminya bisa membaca pesan tersebut.

Orang pertama yang membaca itu adalah, Mira. Dia membacanya saat mau ke dapur untuk sarapan, gadis itu baru terbangun dari tidur panjangnya. "Perjalanan bisnis?" ucap Mira dalam kesendiriannya.

Gadis itu mengikat rambutnya sejenak sebelum memasak sarapan pagi. Dia mengambil beberapa telur, sosis dan roti tidak lupa selai serta susu coklat kegemarannya. "Ibu selalu saja sibuk," lanjutnya lagi bergumam saat memanaskan panci untuk mengoreng sosis dan telur ceplok.

Tak lama kemudian, Damien juga keluar dari kamar; dia membawa ipad dan memakai sebuah kacamata. Dia mengalihkan pandangannya ke sekitar dapur dan mengluarkan ekspresi heran. Bagaimana tidak, biasanya pagi-pagi seperti ini, istrinya sudah berada di meja makan untuk sarapan, setelah itu baru pergi ke kantor.

"Di mana ibumu?" tanya Damien berusaha untuk bersikap normal, meskipun tubuh indah anak tirinya itu selalu mengoda pikirannya, apalagi sekarang gadis itu memakai gaun tidur yang lucu.

"Di mana ibumu?" tanya Damien berusaha untuk bersikap normal, meskipun tubuh indah anak tirinya itu selalu mengoda pikirannya, apalagi sekarang gadis itu memakai gaun tidur yang lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mira menunjuk ke arah nota yang berada di pintu kulkas, refleks pria itu menatap nota itu dan membacanya dalam hati. Perjalanan bisnis selama sebulan?

Damien sejenak mengambil sekaleng teh yang berada di kulkas dan satu buah apel, selepas itu dia duduk di kursi makan. Setelah memakan satu gigitan, ia menghentikan aktivitas sarapannya dan melanjutkan membaca berita online di Ipad.

Mira langsung meletakkan sebuah piring yan berisi toast, telur ceplok dan sosis ke hadapan Damien. "Ini bentuk balas budi kemarin karena sudah membantu mengusir semua kecoa di dalam kamar mandiku," ujar Mira tanpa mengeluarkan ekspresi.

Damien meletakkan ipad-nya lalu menatap wajah Mira intens. "Tidak perlu berterimakasih, sudah tugas saya menjadi kepala keluarga di rumah."

"T-tidak, tidak seperti itu, aku hanya mau saja!" Mira langsung mengubah posisinya membelakangi Damien, karena tatapan pria itu membuat detak jantungnya bergerak dengan kencang untuk sekian kalinya.

Damien juga ikut gugup dengan situasi tersebut, menyadari hanya mereka berdua yang ada di rumah. "Kamu kuliah, 'kan nanti jam 8? Ayah saja yang mengantarmu hari ini," ujar pria langsung berdehem.

"Tidak perlu, aku bisa pergi mengunakan ojek online," balas Mira memakan sandwich yang telah ia buat tadi.

Damien beranjak berdiri sambil memegang ipad-nya untuk kembali ke kamar. "Simpan saja uangmu, kita juga satu kampus."

Mira menghela napas sejenak, lalu mengangguk.
.
.
.
Damien mengantar Mira ke kampus dan kebetulan juga hari ini mereka berada di gedung yang sama sehingga keduanya berada dalam satu lift meskipun di lantai yang berbeda. Banyak mahasiswa lain yang menyerobot masuk ke dalam lift itu, mereka semua terlihat sangat tergesa-gesa takut terlambat masuk ke dalam kelas.

Akhirnya karena terlalu sesak, Mira berada di tengah-tengah tubuh Damien dan terhimpit di sana. Tubuhnya wangi sekali, Mira membatin saat leher Damien begitu dekat dengan wajahnya sehingga ia bisa mencium aroma tubuh pria itu dengan mudah.

Damien menelan ludah saat menghadap Mira, dia berusaha menjauhkan tangannya dari bahu gadis itu dan menatap ke arah lain. Meskipun begitu, dia tidak bisa menetralkan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang, pria itu sangat cemas kalau Mira bisa mendengar suara jantungnya.

Akhirnya pintu lift terbuka di lantai 3 tempat Damien mengajar, dia langsung keluar diikuti oleh mahasiswa lain yang ternyata adalah mahasiswanya juga. Lalu tinggal Mira di dalam lift itu dengan perasaan campur aduk.

Gadis itu mengusap dadanya sesaat sebelum pintu lift itu kembali tertutup dan menuju ke lantai 4 tempat dia belajar. "Sangat menguji nyaliku!" gumamnya sendiri saat melangkah ke luar lift dan menuju ke dalam kelas.

"Eh, Mira. Nanti malam mau tidak ikut kami ke klab malam?" Salah satu mahasiswa yang satu kelas dengan Mira mulai berbicara.

Mira duduk dan menaruh tas kecilnya di sandaran kursi. "Tidak, aku tidak menyukai dunia malam. Lagipula semester ini adalah semester akhir, kalian tidak mau cepat lulus?" Mira memegang kedua bahu temannya dan melotot.

"Kamu orangnya tidak santai ya? Sesekali, buatlah dirimu senang!" Temannya yang bernama Stefanni terus memujuk Mira untuk pergi. "Ayolah, pergi. Malam ini saja, ingat umurmu juga sudah legal untuk pergi ke sana!"

"Bagaimana, ya?" Mira menunduk, berpikir sembari menatap kakinya. Daripada aku bertemu dengan Damien di rumah, mungkin lebih baik aku pergi saja, iya benar, ini akan lebih baik.

Suara musik mengetarkan seluruh penjuru ruangan. Diiringi oleh permainan para DJ menambah keriuhan di sana. Para pegunjung bersama-sama menari dengan bahagia ketika mendengar musik yang memukau itu. Kelap-kelip lampu disko menambah suasana yang sangat meriah dan ribut di sana.

Lantai dansa itu dipadati pengunjung yang berpakaian modis. Semua pengunjung saling memandati diri dengan tubuh yang saling bergesekan. Ada yang membiarkan tubuhnya bergerak sepadan dengan alunan musik lalu ada juga yang hanya asal menari.

"Berisik sekali, aku bahkan ingin muntah karena lampu disko itu!" ujar Mira membisik ke telinga Stefanni.

Stefanni hanya tertawa saat bisa mengatakan hal itu. "Namanya dunia gemerlap, kalau terang benderang di gereja!" balas gadis itu ke telinga Mira. Lalu melanjutkan jogetnya.

"Aku mau pulang saja," ucap Mira meninggalkan Stefannie sendiri di sana. Ia merasa sangat pusing dengan cahaya kelap-kelip warna warni di sana, sampai membuatnya terus-menerus mual.

"Apakah masih ada taksi online jam segini, ya?" Mira mengecek ponselnya untuk memesan sebuah taksi. Untungnya masih ada taksi pada jam tengah malam tersebut.

Akhirnya dengan menahan muntah dia berhasil pulang dengan selamat, mungkin penyebab lain dari mual itu juga karena dia tidak makan seharian ini, jadi Mira merasakan kembung. Gadis itu mulai membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang di bawanya, gadis itu berjalan perlahan ke dalam rumah dan melirik ke sekitar.

"Dari mana saja?" tanya Damien di kursi tengah, dia sedang menonton televisi.

"Bukan urusan Ayah," kata Mira dengan ketus sambil berjalan ke lantai atas menuju kamarnya.

Damien berdiri dan mengejar langkah Mira, lalu mengapai lengan gadis itu dengan wajah khawatir. "Apakah kamu sudah makan?"

Mira membuang muka, karena Damien memakai baju yang sedikit mengoda hatinya. "Sudah."

"Lihat Ayah," perintah Damien sambil mengarahkan wajah Mira menatap wajahnya. "Apakah kamu yakin, wajahmu terlihat sangat pucat."

"Lepaskan aku!" Mira berusaha melepas lengannnya dari sentuhan Damien, dia berlari menaiki tangga atas dengan wajah yang penuh amarah.

.
.
.
.

STEP DADDY BENEFIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang