Bab 6 Menjadi Musuh

405 13 0
                                    

Calixto dibawa kantor guru bersama Dikky, sebelum bertanya tentang kejadian sebenarnya, pak Dodi langsung memukul kepala Calixto dengan buku, hingga membuat Calixto sedikit marah.

"Kenapa cuma aku yang dipukul!" teriak Calixto.

"Dikky ini anak baik, pintar, kalau bukan kamu yang duluan membuat masalah, mana mungkin dia berkelahi. Sedangkan kamu di sekolah setiap hari bolos, peringkat paling akhir, sudah jelas kamu yang bersalah," ucap pak Dodi.

Dikky sendiri hanya tersenyum tipis, betul-betul meremehkan Calixto.

"Besok panggil orangtua kamu sekolah, saya ingin bicara dengan orang tua kamu," ucap pak Dodi pada Calixto.

"Pak,,, jangan panggil orang tua saya. Untuk kali ini, saya mohon maafkan Calix," ucap Calixto memelas.

Calixto tidak ingin orang tuanya terlibat, kalau sampai surat panggilan itu ke tangan orangtuanya, habislah Calixto dimarahi.

"Ok. Tapi kamu harus merenungi kesalahan kamu, dan janji pada saya bahwa ini terakhir kalinya kamu membuat onar di sekolah, jika kamu terus membuat masalah, maka terpaksa saya memanggil orang tua kamu untuk datang ke sekolah." Pak Dodi memberikan peringatan yang cukup tegas.

"Baik pak." Calixto menurut.

"Untuk nak Dikky, sebaiknya lukanya diobati langsung, jangan sampai semakin parah apalagi meninggalkan bekas," ucap pak Dodi dengan nada khawatir.

Terlihat sekali kalau pak Dodi pilih kasih, tetapi apa boleh buat, kenyataanya Dikky sangat berprestasi hingga guru-guru disekolah senang dengan Dikky.

"Apa saya boleh masuk kelas lebih dulu Pak, takutnya saya ketinggalan pelajaran," meminta izin. Dikky ingin pergi lebih dulu.

"Tentu, silahkan." Pak Dodi dengan senang hati mempersilahkan Dikky pergi.

Sedangkan Calixto masih ditahan, dia dan pak Dodi membuat surat perjanjian bahwa Calixto tidak akan mengulangi kesalahannya dan bersikap patuh pada aturan di sekolah.

Setelah selesai, Calixto keluar dari kantor guru, dia bergumam kesal di sepanjang jalan.

Avira sendiri masih menunggu di dalam kelas, hatinya cemas jika pacarnya itu akan mendapat hukuman. Tetapi ketika melihat Dikky telah kembali dari kantor guru, Avira menghela nafas lega.

"Kamu terluka, aku bawa kamu ke ruang UKS ya, kita obati dulu lukanya, takutnya terjadi infeksi," ucap Avira cemas.

"Bu, kami permisi sebentar, mau obatin luka Dikky," ucap Avira kembali pada guru kelas.

Guru mengizinkan Avira dan Dikky ke ruang UKS.

Avira mencari kotak obat, setelah dicari akhirnya dia menemukannya dan mulai mengoleskan alkohol untuk membersihkan luka Dikky.

"Sebenarnya dari tadi aku ingin bertanya, kenapa kamu sampai bisa berurusan dengan anak berandalan itu," ucap Dikky serius.

"Kami hanya pernah berpapasan beberapa kali, selebihnya tidak ada, entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu," ucap Avira.

"Apa tidak ada yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Dikky tidak puas dengan jawaban Avira.

"Tidak ada, kemarin malam aku hanya tidak sengaja bertemu di jalan dengannya saat dia sedang tawuran dengan anak sekolah lain. Lagian aku sangat membencinya." Avira mulai menempel hanplas ke wajah Dikky.

"Jauhi anak itu, dia cukup bermasalah, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." Dikky dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Berisik!"

Suara lantang terdengar dari balik tirai, dalam hitungan detik, srakkkk. Suara tirai terbuka.

"Pasangan menarik. Beraninya membicarakan orang dibelakang," nada merendahkan.

Pernikahan Rahasia Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang