Bab 42 Satu Hari Tanpa Bicara

298 11 3
                                    

Kemarin Avira tidak masuk sekolah. Guru dan teman-temannya kebingungan karena tidak biasanya Avira tidak mengirimkan surat izin.

Baru sehari hari tidak masuk sekolah, kabar dia digantikan di tim olimpiade tersebar luas. 

Pagi ini Avira sengaja datang lebih awal ke sekolah, dia tengah duduk di kursinya dengan tangan menyandar ke dagu.

Ayu dan Dinda yang telah datang mendekat.

"Kenapa lo gak masuk sekolah kemarin?" tanya Ayu sembari meletakkan tasnya.

"Ada cerita yang aneh tentang lo, katanya lo itu digantikan sama adik kelas, memang itu benar ya?" tanya Dinda penasaran.

"Lho kok bisa gitu, kamu sudah lama mempersiapkannya, masa sekarang digantikan sama adek kelas. Gak masuk akal!" celetuk Ayu kesal.

"Lagian juga pak Joko. Kok bisa-bisanya milih si rambut pirang itu," lanjut Dinda kesal.

Dari arah pintu datang Dikky menghampiri Avira. 

"Apa kamu sudah merasa baikan. Masalah pergantian itu, aku sudah bicara pada Pak Joko. Mudah-mudahan dia mengubah keputusannya," ucap Dikky berdiri di depan Avira.

Avira tersenyum. "Woi. Ada apa dengan kalian. Gue gak masalah kok diganti, kenapa kalian yang terlihat murung begitu."

Avira mencoba menerimanya, dia sekarang berfokus untuk melahirkan bayinya.

"Serius, lo gak masalah?" tanya Dinda.

"Emm. Sudahlah, nilaiku memang tidak memenuhi standar untuk ikut. Jadi tidak perlu lagi dibahas."

Dikky merasa lega bahwa Avira terlihat baik-baik saja.

"Baiklah, aku senang mendengarnya. Terus semalam kamu kemana, kenapa tidak sekolah. Bahkan chat dan panggilan dariku tidak dibalas," ucap Dikky.

"Tiba-tiba aku demam. Lihatlah, sekarang aja kondisiku masih kurang baik makanya aku mengenakan jaket," saut Avira.

Mendengar penjelasan Avira, semua orang percaya.

Tidak terasa bel berbunyi, tanda istirahat pertama dimulai, para siswa langsung berhamburan keluar kelas menuju kantin sekolah. Seperti biasa, Avira, Dikky dan teman-teman lainnya bersama ke kantin. 

"Kak Avira."

Suara lembut memanggil, Pemilik bibir yang mengucapkan namanya itu adala gadis selalu yang berpakaian rapi dan bersih. Kulit putih dan juga berambut pirang, rambutnya selalu dibiarkan terurai.  Dia Acha, gadis yang berhasil merebut posisi Avira.

"Iya. Ada apa?" 

"Untuk soal kejadian kemarin, Acha benar-benar minta maaf. Acha tidak bermaksud menggantikan kak Avira, bahkan Acha sudah menolak dengan tegas. Karena itu kak Avira jangan membenci Acha ya."

Ketika Acha sedang berbicara, Avira merasa ada sesuatu yang aneh dengan ucapan Acha.

Tidak tampak seperti permintaan maaf, tapi Avira harus bersikap manis terhadap gadis itu.

"Acha, jangan terlalu dipikirkan, mulai sekarang aku serahkan tanggung jawab padamu untuk memenangkan olimpiade, siapapun itu orangnya, yang penting sekolah kita menang." Avira tersenyum kecil.

"Emang lo yakin gak jadi beban di tim olimpiade?" tanya Ayu remeh.

Acha kembali tersenyum. "Menang atau kalah, yang jelas Acha sekarang lebih merasa lebih baik daripada kak Avira," sautnya menyeringai.

Kembali hati Ayu merasa kesal dan emosi, perkataan Acha memang terdengar manis, tapi niatnya tidak seperti itu.

"Kalau begitu, traktir kami sebagai permintaan maafmu. Benarkan Avira?"

Pernikahan Rahasia Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang