Bab 21 Keputusan Telah Dibuat

360 12 0
                                    

Malam hari.

Tepat pukul 7.00 Wib.

Keluarga Avira dan Calixto yang telah sepakat untuk bertemu di restaurant untuk membahas kehamilan Avira. Keluarga Calixto lebih tiba duluan, mereka menunggu kedatangan keluarga Avira.

Waktunya agak cukup lama hingga akhirnya keluarga Avira datang. Pak Dito berjalan paling depan diikuti Bu Nita dan Avira.

Sebagai model, Ibu Calixto dapat menilai kecantikan alami Avira.. Memang benar bahwa Avira gadis yang cantik dan manis.

Jenny menyambut dengan senyuman. Dia melihat kearah Avira lalu berkata.

"Kamu sangat cantik," puji Jenny dengan keramahan.

Sedangkan ayah Calixto hanya menatap dengan sinis. Wajah datarnya menunjukkan kemarahan.

Keluarga Avira duduk. Mereka saling berhadapan. Dua keluarga yang tidak saling mengenal begitu sangat canggung. Tidak ada yang mengawali pembicaraan.

"Apa mau kalian? Jika uang. Saya bisa berikan berapapun juga." Welson begitu angkuh.

Pak Dito merasa dipermalukan. "Kedatangan kami disini bukan untuk mengemis. Kami tidak kekurangan uang." Tegas Pak Dito.

Bu Nita merasa keluarga Calixto tidak baik. Membayangkan Avira harus tinggal bersama mereka membuatnya merasa ngeri.

"Kami tidak menginginkan bayinya untuk lahir. Berikan saja persetujuan kalian untuk mengaborsi bayinya. Setelahnya masalah akan selesai," ucap Bu Nita.

Avira merasa lega karena Ibunya mendukung, berbeda dengan Pak Dito, meski tidak setuju, tapi dia juga tidak bisa berkata. Bagaimana sikap angkuh keluarga Calixto membuat Pak Dito tidak rela jika Avira harus bersama mereka sebagai menantu.

"Baiklah. Kami setuju untuk melakukannya. Kami akan memberikan kompensasi." Welson menyerahkan cek.

Avira merasa jengkel melihat sikap ayah Calixto, bukannya minta maaf, tetapi keluarga Calixto menghina mereka.

Calixto sudah berubah wajah, matanya tajam mengarah ke Welson, tangannya terkepal kuat.

"Apa hakmu? Itu bayiku. Kamu tidak berhak memutuskannya." Calixto menatap kearah ayahnya dengan tatapan dingin.

Jenny mulai tidak tenang, dia sangat takut bahwa Calixto akan dipukul lagi. Pertengkaran bisa terjadi jika dia tidak menghentikan Calixto.

"Calixto, Ibu mohon jangan berkata lagi." Jenny tahu betul, jika Calixto marah, semua akan menjadi lebih kacau.

"Beraninya kau menatapku seperti itu." Welson berdiri lalu menarik kerah baju Calixto.

"Jangan lakukan disini, semua orang menatap." Jenny berusaha melepaskan cengkraman Welson.

"Bayiku akan tetap lahir!" Bentak Calixto kuat.

Keluarga Avira tercengang melihat itu. Wajah penuh kemarahan menyadarkan ayah Avira untuk tetap mempertahankan cucunya.

"Kalian Keluarlah bersama, biar para orangtua yang bicara." Ayah Avira menatap ke arah Calixto.

Calixto mengambil langkah lebih dulu menuju pintu keluar, diikuti Avira.

Saat berada diluar Avira dan Calixto berdiri bersebelahan.

"Seharusnya kamu bersikap sopan pada orangtua," ucap Avira.

Calixto menatap Avira dengan sangat dingin. "Diamlah."

Suara berat menusuk membuat Avira menjadi kaku, dia mengambil posisi ke dinding dan bersandar.

Pernikahan Rahasia Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang