Pagi hari adalah waktu yang menyegarkan untuk semua orang, matahari yang tak terlalu panas di tambah dengan udara dingin yang selalu berhasil menghantarkan kesejukan.
Pintu balkon yang terbuka lebar itu meniupkan udara segar kedalam kamar yang di tempati seorang pria tampan yang kini duduk di tepi ranjang dengan memandangi langit biru di depannya, pohon kamboja yang berbunga sedikit menutupi cahaya matahari yang ingin masuk untuk memamerkan betapa indahnya kulit pucat pria dengan tubuh telanjang dada itu, perlahan ia bangkit untuk berjalan ke arah balkon membiarkan tubuhnya semakin tersorot cahaya matahari, rambut hitam legamnya tertiup angin hingga kesan indah semakin tersirat terhadap dirinya.
"Sunghoon, bisa kau turun sebentar?" suara lembut yang mengalun itu mengintrupsi ketenangan si tampan, dengan senang hati ia berjalan menuju pintu kemudian turun dari lantai dua.
Sementara di bawah sana seorang wanita dewasa dengan rambut hitam panjangnya nampak berbicara dengan seseorang, pria manis dengan hidung lancip itu hanya bisa menunduk dan sesekali menjawab pertanyaan wanita cantik di hadapannya.
"Kau tak perlu sungkan, oke?"
Lagi-lagi ucapannya itu hanya di balas dengan sebuah anggukan.
"Ada apa?"
Suara rendah dengan intonasi datar itu membuat dua orang berbeda usia menoleh.
"Sunghoon! Astaga! Kenapa kau tak memakai pakaianmu?" dengan panik wanita itu menutupi tubuh bagian atas Sunghoon menggunakan cardigan miliknya yang tadi hanya tersampir di bahu.
"Aku tak benar-benar telanjang eomma" Sunghoon menyingkirkan kain itu lalu duduk di tempat yang sebelumnya milik sang ibu.
Mata tajamnya menelisik mengamati lelaki di hadapannya yang kembali menunduk dengan wajah merona.
"Kau benar-benar akan tinggal disini?" pertanyaan sederhana itu sontak membuat si manis gemetar.
"A-aku-"
"Hak asuh Sunoo sudah berpindah pada eomma, sayang" wanita dengan dress tidur itu duduk di pegangan kursi lalu mengelus pucuk kepala anak semata wayangnya.
"Apa bibi Irene tak memiliki kekasih atau berniat -hmmph" cepat-cepat ibu satu anak itu membekap mulut anaknya yang kelewat tajam agar tak menyakiti perasaan makhluk manis di hadapannya.
"Sunoo sayang, kau masuk saja ke kamarmu ya"
Dengan patuh lelaki bernama Sunoo itu melangkah pergi meninggalkan sepasang ibu dan anak itu, setelah mendengar suara pintu kamar yang di tutup barulah bekapan itu di lepas.
"Eomma, kau ini kenapa? Ayolah eomma tau sendiri aku tak suka jika ada orang lain di rumah kita" protes Sunghoon dengan berbisik.
"Sayang...Sunoo bukan orang lain dia anak dari bibimu"
"Anak angkat bukan anak kandung dan itu artinya dia tetap orang lain untukku"
"Ck, intinya eomma tak mau kau mengatakan hal buruk atau bahkan bersikap semena-mena pada Sunoo, kau paham tuan muda Park Sunghoon?"
Sunghoon memutar bola matanya sebelum kembali menatap ibunya.
"Aku paham nyonya Park Mina" setelahnya ia melangkah menuju tangga, tapi sebelum ia menapaki anak tangga pertama ia kembali bersuara.
"Tapi aku tak janji" lalu lelaki beralis tebal itu berlari terbirit menuju lantai dua.
"YAK! Astaga anak itu" sementara Mina hanya mampu memijit pangkal hidungnya dengan alis yang mengkerut, lalu matanya menatap foto yang terpajang di dekat tv.
"Aku yakin keponakanmu itu tak akan menyakiti kesayanganmu, semoga saja" Mina membingkai foto dirinya dengan sang kakak, Kim Mina atau sekarang sudah berganti marga menjadi Park itu nampak cantik dengan mengenakan pakaian dokternya sementara di sebelahnya ada sang kakak Kim Irene dengan pakaian polisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Feeling When || SUNSUN
RomanceKemanapun Sunoo pergi pada siapapun hatinya berlabuh tetap saja rantai yang Sunghoon jerat padanya tak akan pernah bisa lepas karena rantai itu begitu kuat dan erat membelenggunya, semakin kuat Sunoo berusaha melepaskan diri maka akan semakin sakit...