wy / 03

5.9K 753 19
                                    


Jennie pov.

Perlahan aku membuka mataku, mengerjap-ngerjapkan mataku menyesuaikan penglihatan.

Kamar ini gelap, aku tidak bisa dengan jelas melihat.

Aku menggerakkan tubuhku berbaring menjadi terlentang.

"Aaahh sssh" ini sakit, tubuhku seperti terbelah dua.

Aku terus meringis memegang area kewanitaan ku.

"Nghh" Lisa menggerakkan tubuhnya dan tangannya melingkar sempurna di perutku.

"Sakit" aku cemberut ingin menangis lagi.

Semalam benar-benar sesuatu, awalnya aku menangis keras dan setelah itu emm kami melanjutkannya sampai pukul dua pagi.

Suamiku buas di ranjang, aku tidak berbohong tapi dia ahlinya. Meskipun begitu dia tetap melakukannya dengan lembut tanpa memaksa dan mengasari ku.

Kenapa aku memanggilnya suami bukan istri? Itu Lisa sendiri yang meminta, dia mengatakan perannya sebagai suami mencari uang dan membiayai hidup ku. Satu lagi panggilan suami terlihat keren, katanya.

"Morning wife" suara Lisa serak dan berat khas bangun tidur.

Sejujurnya suara serak Lisa ini sangat seksi untuk di dengar.

Aku suka.

"M-morning hubby" balasku dengan pelan.

"Apakah tidur mu nyenyak?" Masih dengan mata terpejam Lisa mengusap perutku.

Perutku seperti di gelitik sekarang!

"Emm yah" aku mengangguk.

Perlahan Lisa membuka matanya, menatapku dan tersenyum setelahnya.

"Cantik sekali" puji Lisa mengelus pipiku dengan ibu jarinya.

"Terimakasih" aku tersenyum tipis.

"Ekhm, aku ada kelas pagi hari ini. Aku ingin mandi dan menyiapkan sarapan untuk mu" aku hendak duduk tapi lagi-lagi aku merasakan sakit di area sensitif ku.

"Aahh sakit" aku meremas lengan Lisa.

Lisa segera bangkit dan membantuku untuk duduk.

"You okay?" Lisa terlihat khawatir.

"Emm ini masih sakit" cicitku menunduk melihat arah bawahku.

Lisa ikut melihat arah pandang ku.

"Ah itu sebaiknya kamu tidak usah pergi ke kampus hari ini, cukup istirahat dan tidak perlu memasak sarapan untuk ku. Aku akan menyuruh Bambam meminta izin pada pihak kampus agar kamu di beri libur selama satu Minggu. Jangan khawatir" Lisa mengusap bahuku.

Kenapa harus satu Minggu? Satu hari saja aku pasti sudah merasa lebih baik.

"Kenapa satu Minggu?"

"Besok kita akan berangkat ke Paris untuk melakukan proses ivf. Masih ingat kan aku menginginkan keturunan?"

Aku menghela nafas dan mengangguk setelahnya.

"Ya baiklah" aku tidak membatah lagi. Mending sekarang aku mandi dan bersiap memasak sesuatu.

Meskipun Lisa mengatakan tidak perlu tapi sebagai istri aku wajib melayaninya.

"Aku ingin mandi dan amm bisakah bantu aku ke kamar mandi?" Aku malu sejujurnya tapi mau bagaimana lagi aku benar-benar susah untuk bergerak.

Lisa terkekeh pelan sebelum mengangkat tubuh telanjang ku di gendongannya.

"Kamu lucu" Lisa tersenyum melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.

Aku malu menyembunyikan wajahku di lehernya.



Author pov.

Saat ini Jennie sibuk berkutat di dapur, chef yang biasanya menyediakan makanan untuk Lisa kini berdiri di samping Jennie.

Chef itu terlihat gugup, dia takut Lisa marah karena membiarkan istrinya memasuki area dapur.

"Biar aku saja nyonya, nyonya duduk saja" chef itu sudah berulang kali menyuruh Jennie untuk duduk di meja makan.

"Aku ingin memasak untuk suamiku" kata itu sudah berulang kali Jennie ucapakan.

"T-tapi nyonya, sajangnim akan memarahiku jika dia tahu nyonya menginjakkan kaki di dapur" kata Park Bo-young, kepala chef di mansion Lisa.

"Tidak akan, aku sendiri yang mau. Sudah kamu tidak usah khawatir chef Park" Jennie dengan santai memindahkan masakannya kedalam mangkuk.

Tap.. tap

Suara langkah kaki itu membuat Bo-young gugup dan takut.

"Jennie, sudah aku katakan tidak perlu memasak sarapan untuk ku, ada chef di mansion ini. Kenapa kamu keras kepala sekali? Dan chef Park, kenapa kamu membiarkan istri saya menginjak dapur?" Lisa menatap datar Bo-young.

Jennie sedikit takut melihat wajah datar Lisa.

"Lisa, aku yang ingin karena ini sudah menjadi kewajiban ku sebagai istri mu. Jangan memarahi chef Park, dia juga sudah berusaha menghentikan ku tapi aku tidak mau dan terus melanjutkan masakan ku. Maaf jika aku tidak mendengarkan ucapan mu" Jennie menunduk.

Lisa menghela nafas kasar, dia mendekati Jennie dan menarik tangan istrinya menuju meja makan.

"Duduklah, aku kurang suka jika kamu tidak mendengarkan ucapan ku"

Lisa dan Jennie duduk bersampingan. Jennie masih menunduk memainkan jemarinya.

"Dengar, hargai aku dan bersikap baik lah. Aku tidak suka istri yang pembangkang"

Jennie mengerutkan bibirnya sedih di marahi Lisa.

"Apa salahnya, aku hanya ingin memasak untuk mu. Sebagai istri aku wajib melayani mu, hmmph kenapa tidak boleh" bibir Jennie melengkung kebawah, matanya juga berkaca-kaca sekarang.

Lisa memejamkan mata sejenak kemudian menghembuskan nafasnya.

"Bukan tidak boleh, hanya saja kamu tidak perlu melakukannya selagi aku mempunyai chef di mansion ini. Aku juga tidak ingin kamu kecapean, maaf jika aku terkesan memarahi mu" Lisa melembut menyeka air mata di pipi mandu Jennie.

Jennie mengangguk lucu sambil mengucek kedua matanya.

"Jangan, nanti mata mu perih" Lisa menurunkan tangan Jennie.

"Aku lapar" cicit Jennie mengerucutkan bibirnya.

Lisa tersenyum mengacak gemas rambut Jennie.

"Chef Park, bawa kesini masakan istri saya"

"Nee sajangnim"

•••

Tbc

03/08/23

Nanti kalo udah bucin beda lagi sikapnya.

Vote komen lanjut.

with you [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang