wy / 08

5.1K 694 18
                                    


Author pov.

"Jen, kamu terlihat pucat" kata Sohyun.

Jennie menoleh sebentar lalu kembali fokus berlari mengelilingi lapangan basket.

Saat ini Jennie di hukum Mrs Park karena dia telat masuk kelas satu menit. Guru Park itu sangat tegas, dia akan menghukum setiap siswa dan siswi yang telat masuk tanpa peduli seberapa kaya dan tinggi jabatan orang tua mereka.

"Aku tidak apa-apa Sohyun" kata Jennie.

Sohyun menghalangi jalan Jennie bermaskud menghentikan Jennie berlari.

"Kamu pasti kurang enak badan. Sudahi saja hukuman ini, Mrs Park pasti akan mengerti"

Jennie menggeleng hendak melanjutkan larinya ketika Sohyun mencekal lengannya.

"Dua putaran lagi Sohyun, aku huh hampir menyelesaikannya" kata Jennie dengan lesu.

"Ck lihat, kamu tampak lesu dan keringat sudah membanjiri pelipis mu. Aku perhatikan dalam dua Minggu ini kamu sering merasa pusing dan tidak enak badan, muka mu juga sering terlihat pucat. Kamu mempunyai penyakit yang aku tidak ketahui kan? Katakan yang sejujurnya atau aku marah padamu, Jennie Kim" Sohyun menatap serius mata kucing Jennie.

Jennie menghela nafas panjang kemudian menggeleng dengan pelan.

"Tidak Sohyun aku tidak mempunyai penyakit. Mungkin saja memang aku terlalu lemah dan gampang sakit" kata Jennie.

"Kamu memiliki kegiatan lain selain di sekolah?"

Jennie menggeleng.

"Lalu apa? Aku yakin kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku" Sohyun menggaruk tengkuknya sedikit frustasi menghadapi Jennie.

"Aniya. Sudahlah aku akan melanjutkan hukuman ku, kamu duduk saja tidak perlu mengikuti Sohyun" kata dan dia segera melanjutkan larinya.

Sohyun menghembuskan nafas berat, berkacak pinggang menatap Jennie yang tampak sempoyongan.

"Jennie!" Sohyun segera berlari menghampiri Jennie yang tergeletak di lantai.

Tapi sebelum itu sudah lebih dulu Chang-wook datang menggendong Jennie dan membawanya pergi dari kampus.

"Yaak siapa kamu! Jangan membawa temanku!" Sohyun berlari mengikuti Chang-wook.

Mengenai Chang-wook Jennie belum mengatakan apa-apa pada Sohyun, Jennie meminta Chang-wook bersembunyi dan hanya muncul saat keadaan genting saja. Jennie tidak mau orang curiga dan bertanya-tanya mengenai Chang-wook, dia juga tidak suka di kawal layaknya seorang princess.

Chang-wook menurut, dia patuh karena Lisa sudah mengatakan padanya untuk menuruti semua perkataan istrinya.

"Pencu- hmmpph!" Mulut Sohyun di bekap dan dia di masukkan kedalam mobil.

"Diam lah nona, nyonya Manoban harus di bawa ke rumah sakit dengan cepat" datar Chang-wook dan langsung menancap gasnya.

Sohyun takut tidak mau banyak bertanya dulu, dia memeluk Jennie dan mengusap-usap punggungnya.

"Aku tidak tahu apa yang kamu sembunyikan Jennie. Manoban? Siapa yang tidak mengenal Manoban, marga itu tidak asing dan sangat terkenal di kalangan atas. Aku harap kamu segera jujur padaku" batin Sohyun.

-

Lisa pov.

Aku berlari di koridor rumah sakit, mendengar Jennie pingsan dan di larikan ke rumah sakit aku segera pergi meninggalkan meeting para bersama rekan ku.

Aku tidak peduli mereka ingin bergabung dengan projek ku selanjutnya, aku bisa melakukannya sendiri dan masih banyak lagi orang yang memohon ingin bekerja sama dengan ku.

Lebih penting istriku daripada mereka.

"Chang-wook, huh huh mana istriku" nafasku tersengal-sengal menanyakan Jennie.

"Nyonya ada di dalam sajangnim, bersama temannya"

Aku mengangguk, menepuk pundak Chang-wook lalu masuk kedalam ruangan.

"Ekhm" aku berdehem, Jennie dan temannya menoleh padaku.

"Nanti aku akan menjelaskan semuanya Sohyun, sekarang kembali lah ke kampus hemm" Jennie mengusap lengan Sohyun.

Sohyun mengangguk, dia berjalan menunduk tidak berani menatapku. Dia terlihat takut padahal aku tidak melakukan apa-apa padanya, aneh.

"Hei, aku kaget mengetahui kamu pingsan masuk rumah sakit" aku menggenggam tangan Jennie dan mengusap kepalanya.

"Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Mungkin efek kelelahan" Jennie tersenyum.

"Melakukan apa saja sehingga kamu kelelahan, hemm?" Aku duduk di sampingnya, membawa kepalanya bersandar di dadaku.

"Tidak, hanya saja banyak belajar dan mengerjakan materi yang di berikan dosen"

"Jangan terlalu lelah, belajar secukupnya saja wife" aku mengusap lengannya.

Jennie mendongak, mengangguk dan tersenyum setelahnya.

Ceklek

"A-ah permisi Lisa" dokter Bae Suzy masuk membawa surat di tangannya.

Fyi, rumah sakit ini milikku dan semua orang yang ada disini tentu mengenaliku. Termasuk Suzy kekasih dari Rosé sepupuku.

"Hem"

Jennie hendak melepaskan pelukannya tapi aku menahannya.

"Malu" cicit Jennie.

"Ekhm, ini adalah kabar yang menggembirakan Lisa. Proses yang kalian jalani berhasil, Jennie dinyatakan hamil!" Kata Suzy dengan gembira.

Aku merebut kertas yang ada di tangan Suzy, membacanya sampai selesai, tanganku gemetar dan tanpa aku sadari kertas putih itu terlepas dari tanganku.

Hug

Aku memeluk erat tubuh mungil istriku, mencium lama keningnya lalu membungkuk mencapai perutnya.

Chup

Aku mencium perut Jennie, memejamkan mataku sejenak merasakan ada nyawa yang hidup di dalam sini.

Mataku terbuka saat aku merasakan usapan lembut di kepalaku.

"Baby~" aku menitikkan air mata ku.

"Terimakasih wife, terimakasih banyak. Kita berhasil dan aku akan menjadi seorang Daddy yeayy!" Aku kembali memeluk erat tubuh Jennie.

"Sama-sama hubby. Dan aku akan menjadi Mommy" bisik Jennie dengan lembut.

"Yah kita akan menjadi orang tua" aku tersenyum lebar sambil mengelus lembut perut Jennie.

•••

Tbc

14/08/22

Chukaeee baby segera hadir!

Vote komen lanjut.

with you [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang