wy / 13

4.8K 659 8
                                    


Lisa pov.

Aku terus memperhatikan istriku memasak, khawatir dan cemas jika minyak panas itu mengenai istriku.

"Jangan dekat-dekat nanti minyaknya memercik" aku menarik tubuh Jennie kebelakang.

"Tidak akan, aku ahli dalam memasak. Sudah sana duduk saja di kursi" Jennie mengambil spatula dan membalikkan ayam dengan mudah.

"Tidak mau aku takut kamu terluka" aku dengan protektif memeluk Jennie meskipun aku takut minyak panas itu akan menangani tanganku.

"Aku kesusahan Lisaaa" Jennie merengek.

"Tapi minyak itu panas, bagaimana jika itu melukai kulitmu? Tidak tidak aku tidak ingin kamu terluka" aku menggeleng.

"Jika seperti ini terus masakan ku tidak akan selesai selesai, ck kamu duduk saja di kursi itu dan aku akan cepat menyelesaikan masakan ku" Jennie mengomel melepaskan pelukan ku.

Aku cemberut dengan berat hati duduk di kursi meja makan.

Aku meletakkan daguku di atas meja sambil memperhatikan Jennie memasak.

Jennie terlihat cantik, melihat bagaimana dia mengikat rambutnya asal membuat darahku berdesir.

Aku terpanah akan kecantikan istriku.

Sepertinya aku mulai menyukainya.

"Ayam goreng siap di sajikan" Jennie tersenyum membawa piring berisi ayam goreng di atas meja.

Hummm aromanya enak sekali.

"Aromanya membuat perutku keroncong, aku tidak sabar ingin mencicipinya" aku menjilat bibirku.

"Hem makan sepuas mu" Jennie menyendok nasi ke piringku, meletakkan ayam di piringku dan semangkuk sup kimchi di samping ku.

"Kamu juga makan yang banyak agar kamu dan bayi kita kenyang"

"Iya" angguk Jennie duduk di sampingku.

"Ini sangat enak, kamu memang ahli dalam memasak. Aku suka" masakan istriku benar-benar enak, aku sampai menambah nasi di piringku.

"Terimakasih. Pelan-pelan saja nanti kamu tersedak" Jennie memperingati ku saat aku makan dengan sedikit tergesa-gesa.

"Hehehe" aku menyengir dan memelankan makan ku.

-

Jennie pov.

Saat ini aku menyuapi Lisa makan, dia telat bangun dan sekarang tengah memakai blazer dan memasang sepatunya.

"Aku ada meeting pagi, aku harus cepat" Lisa berdiri masih menguyah nasi dalam mulutnya.

"Minum dulu" aku memberikan segelas air.

Lisa menerimanya dan meneguknya sampai habis.

"Jennie" Lisa memegang pundak ku sambil menatap dalam mataku.

"Hem" aku juga menatap matanya.

"Bolehkah aku mencium kening mu setiap kali aku berangkat ke kantor? atau kapan pun aku menginginkan nya, bolehkah?" Lisa menatapku penuh harap.

Selama ini Lisa tidak pernah macam-macam, aku juga istrinya jadi apa hak ku menolaknya? Itu hanya ciuman.

"Ya" aku mengangguk.

Lisa tersenyum dan membawaku ke dalam pelukannya.

"Terimakasih"

Chup

Dan setelah itu Lisa mencium keningku, tiba-tiba saja jantungku berdetak tak karuan olehnya.

"Sama-sama" cicitku.

"Kalau begitu aku pergi dulu, nanti siang aku menjemputmu di kampus" Lisa menyempatkan mengusap perutku sebelum akhirnya pergi keluar dari kamar.

"Huhh aku tiba-tiba lemas" aku memegang dadaku.

"Perut Mommy terasa tergelitik setiap kali Daddy mengusapnya" aku berbicara pada bayiku.

"Seperti banyak kupu-kupu berterbangan di dalam" aku mengusap-usap perutku.

Huh apa aku mulai menyukai Lisa? Seperti novel yang sering aku baca jika kita merasa berdebar karena orang itu maka kita mulai suka padanya.

Lagian itu bertanda baik, tidak mungkin selamanya aku dan Lisa begini terus kan? Mesti ada perubahan di antara kami berdua.

Aku harap kami berdua sudah saling mencintai sebelum anak kami lahir.

•••

Tbc

28/08/23

Ciee udah mulai pada sukaaa.

Vote komen lanjut.

with you [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang