Hidup mandiri dalam sebuah rumah sederhana di desa kecil pinggir hutan, setiap hari ia habiskan untuk membersihkan rumah, mencuci baju di sungai dan memetik berry di hutan dan saat itu pula takdirnya berubah.
Semuanya berawal dari hari itu, hari ia pertama kali bertemu dengan dia. Isagi yoichi, si anak manusia yang berprilaku layaknya harimau.
Mulanya (name) sedang memetik berry segar di hutan. Namun (name) bisa mendengar suara Geraman kesakitan dari semak-semak.
Merasa penasaran dan takut perlahan-lahan dia mendekati semak-semak tersebut. Alangkah terkejutnya ia saat melihat laki-laki yang terluka parah pada punggungnya. Terdapat beberapa anak panah menancap di punggungnya disertai darah mengalir deras.
Secepat mungkin (name) mendekati orang tersebut, "hey kau baik-baik saja?" Ujar (name) saat ia mulai melangkah mendekat.
"GRAHHHHH" Geraman pertanda ancaman dihadiahkan untuk (name) disertai pupil mata yang menipis seperti hewan buas sehingga membuatnya mematung sejenak.
"Aku tidak jahat, lihat aku tidak bawa senjata. Aku hanya membawa sekeranjang berry segar, lihat kan" kata (name) tenang sambil berjalan mendekat perlahan seraya menunjukkan keranjang penuh berry untuk meyakinkan bahwa dia bukan orang jahat.
Merasa kalau perempuan didepannya tidak berbahaya sama sekali laki-laki ini mulai melonggarkan pertahanannya, pupil matanya pun kembali menjadi pupil mata manusia biasa, biru gelap yang menawan.
"Kau terluka kan? Pasti itu sakit, bisa aku obati?" (Name) mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung laki-laki didepannya.
"GAHHH" mata laki-laki didepannya kembali menjadi pupil tipis kemudian mencakar tangan (name). Nampaknya dia tidak suka disentuh, entah apa yang dilakukan para manusia lainnya pada laki-laki didepannya hingga berprilaku agresif layaknya hewan buas.
"Awh shhh" (name) mendesis kala rasa perih menyerang luka bekas cakaran dan mengelusnya pelan darah juga mulai keluar dari sana.
Melihat reaksi (name) yang kesakitan dan tidak membentak atau memukuli nya seperti warga desa lainnya membuat laki-laki didepannya merasa bersalah. Matanya kembali normal.