●●●
"Terkadang kalian harus sadar bahwa musuh hadir dari orang tersayang."
🎭
●
●
●Berdiam diri di depan gerbang selama dua puluh menit. Sejak kepergian Al yang mengantarkan Anai pulang gadis itu belum ada niat untuk masuk ke dalam.
Ke dalam rumah bernuansa abu yang memiliki kisah dan luka menjadi satu. Anai belum menceritakan soal kekerasan yang Anai dapat di rumah kepada Al, jika sudah tidak mungkin Al membiarkan Anai kembali ke neraka.
Mobil hitam itu, mobil ayah, mobil Sulistiano yang terparkir di halaman. Entah mengapa Anai merasa takut, takut mengganggu kehidupan damai setelah tidak ada dirinya.
Tin
Tin
Suara klakson motor membuyarkan lamunan Anai, ia membalik badan menatap motor Rezvan. Anai membukakan gerbang untuk Rezvan lalu menyingkir agar Rezvan dapat masuk.
"Ngapain?" ketus Rezvan seperti menerima tamu yang tidak diundang.
"Pulang lah." Santai Anai seakan menantang Rezvan. Anai tahu pria itu mati-matian menahan agar tidak ngamuk di sekolah saat melihat dirinya kembali. Rezvan juga sadar bahwa kini Anai memiliki Al.
Rezvan menarik kasar tangan Anai untuk masuk ke dalam. Anai tidak berontak menurut saja apa yang kakaknya lakukan. Tepat saat masuk Anai bisa melihat Quena tertawa lepas dengan sekali menepuk bahu Tian.
Oh sial, tawa itu seperti mengusir keberadaan Anai. Entah perasaan harus senang atau sedih, melihat Quena tertawa dan Tian yang tersenyum untuk pertama kali membuat Anai senang dan nyeri.
"Lo liat, keluarga gue lebih baik gada lo." Rezvan meremas kuat tangan Anai yang masih berada digenggamnya.
"Hidup gue jauh lebih bahagia dan tenang tanpa ada benalu."
Anai beralih menatap Rezvan, rasa sakit di tangan Anai ia biarkan. Anai bisa melihat tatapan penuh benci dari mata Rezvan untuknya.
"Pergi dan lari yang jauh Anai, jangan lo munculin wajah lo lagi di depan Bunda." Karena Rezvan tahu hanya Quena yang membuat Anai masih hidup bebas di rumah ini.
"Lagian ngapain lo pake balik segala?"
"Ngapain lo munculin diri lagi?"
Entah apa yang lucu Anai terkekeh mendengar ucapan Rezvan. "Lo yakin ngusir gue?"
"Lo tahu Rezvan, kalo bukan karena gue, keluarga lo udah jadi tanah." Anai menyeringai.
Rezvan menggeram marah, sejak dulu, sejak bayi mungil yang ditinggalkan di depan rumahnya. Teror terus berdatangan, hingga bayi itu tumbuh besar teror tiba-tiba hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAIAL
De TodoAnai itu Menggantung Asap Mengukir Langit. Al itu Dicabut layu, diangkat mati. -----🥀 Bagaimana bisa sejak bayi sudah diberi misi oleh kedua orang tuanya? Ini bukan hanya cerita tentang ANAIAL. Namun, tentang masa lalu yang menjadi balas dendam...