BAB 9

116 34 6
                                    

PENGUMUMAN UNTUK PENGGILA PROMO KAYAK AKU~

Selama Hari Kemerdekaan dari tanggal 01 Agustus - 17 Agustus 2023. SEMUA karyaku di KARYAKARSA seharga Rp. 7.800,- dan bisa dinikmati SEUMUR HIDUP! Jangan sampai ketinggalan~ *harga di atas kecuali PDF

■□■□■□■□■

Sulit untuk pura-pura tidak terkejut bagi dr. Yamato yang melihat pria sedingin Naruto datang bersama seorang gadis. Belum lagi betapa perhatiannya Naruto kepada seseorang yang dianggap pasiennya, seolah ada hubungan rahasia yang ditutupinya.

Sebelum melakukan tindakan bagian yang terinfeksi akibat luka bakar yang diderita oleh gadis itu, dr. Yamato menghubungi dr. Iruka yang akan pulang ke rumah, yang kemudian malah pergi ke bagian IGD, pada ruang tindakan yang tidak terlalu banyak pasien. Dr. Iruka melihat Naruto di pinggir kasur sedang memperhatikan pengobatan yang dilakukan oleh dr. Yamato, selaku kepala bagian dokter gawat darurat. Tatapannya sangat teliti seolah sedang melihat anak didiknya berlatih membersihkan luka. Sedangkan dr. Yamato yang sedang ditatap menjadi tak berkutik dan panik.

"Jangan tatap aku terus seperti itu, aku malah takut membuat kesalahan."

"Aku hanya memperhatikan betapa besar luka bakar itu sampai mengalami infeksi," dr. Yamato segera menutupi luka tersebut, yang rasanya pasti menyakitkan sepanjang waktu. "Dia tidak mungkin mengolesi salep itu sendirian, 'kan? Kamu tenang saja, aku yang akan melakukannya. Tidak usah jelaskan apa-apa. Aku sudah tahu bagaimana melakukannya."

"Kalau kondisinya lebih membaik, sebaiknya pergi ke bagian dokter bedah plastik, mereka pasti mampu menghilangkan bekas luka ini dengan sangat baik. Tapi kita harus mendengarkan persetujuan pasienmu."

Naruto mengamati Hinata yang hanya menatap kosong di tengah pengobatannya itu. Gadis itu bahkan tak berani merintih, tapi sesekali dapat didengarnya gadis itu menyembunyikan tangisannya. Entah karena lukanya atau karena rasa pedih yang dilakukan oleh ibu tirinya.

Padahal tidak jauh dari sana, dr. Iruka tengah memperhatikan perhatian besar Naruto kepada pasiennya. Setahu dr. Iruka, pasien pribadi dari Uzumaki House, mereka hampir tak pernah dirujuk ke rumah sakit dengan mudahnya. Kalaupun perlu dirujuk akan ada surat penanganan yang disetujui, dan semua tanggung jawab itu bakal dialihkan ke rumah sakit. Uzumaki House hanya secara berkala memantau, tak pernah sekalipun mengambil tindakan langsung. Ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Apakah hubungan keduanya lebih khusus dari sekadar seorang dokter dan pasien?

Sementara waktu, Hinata dibiarkan pergi ke bangsal yang dipilih langsung oleh Naruto. Gadis itu lebih tenang dan tertidur seperti sebelumnya karena obat, sedangkan Naruto sendiri tidak beranjak dari kamar perawatan Hinata. Dia masih duduk di salah satu sofa di bangsal tersebut sambil memperhatikan terlelapnya gadis itu. Iruka yang menemukan keanehan itu mencoba mengabadikan dari ponselnya. Pria itu tidak tahu apakah tindakannya ini benar, tapi dia perlu mengabadikan momen itu dan mengirimkannya pada seseorang yaitu Pak Sarutobi—pria tua itu tak hanya mengeluh pada Yamato, dia juga mengeluh pada Iruka.

Dalam foto yang dikirimkan, tidak butuh waktu lama sampai akhirnya Pak Sarutobi membalas dengan pertanyaan. "Siapa gadis yang diantarnya ke rumah sakit? Mereka saling kenal?" belum sempat membalas pesan pria tua itu, Iruka kembali menerima pesan lainnya. "Aku akan langsung ke sana, biar aku yang bertanya sendiri padanya."

Iruka merasa bersalah melihat respons Pak Sarutobi yang antusias. Kalau mereka berdua bertemu, alasan apa yang sebaiknya dikatakannya? Dia penyebab pria tua itu datang kemari. Padahal Iruka sudah tahu kalau Naruto menghindarinya karena malas berurusan dengan keluarganya untuk sementara waktu. Iruka malah menghela napas, dia masih memperhatikan dari luar—dari celah pintu yang terbuka.

In a Lonely and Sleepless NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang