BAB 15

111 19 1
                                    

■□■□■□■□■

Sebelum Hinata menjadi korban selanjutnya, banyak penduduk di sekitar rumahnya yang mulai berdatangan. Mereka pasti mendengar teriakannya, belum lagi tanpa sadar bagian bangunan belakang dibakar dan hampir menyambar ke bagian bangunan utama rumah itu. Beruntung bahwa ini bukan pemukiman padat seperti perkotaan, sehingga tidak ada rumah selain rumah itu yang mengalami kebakaran.

Di sekitar tempat itu, suara sirene polisi dan pemadam masih dinyalakan, tidak lama pun ambulans datang, dan sekarang sedang mengevakuasi korban yang selamat. Sedangkan ibu tiri Hinata, dinyatakan meninggal di tempat, dengan luka tusuk, pukulan benda tumpul, kemudian satu tembakan di kepala.

Hinata gemetar, tangannya menggenggam minuman panas. Saking takutnya dia hanya mengamati orang di sekitarnya dengan waswas. Bisa saja pembunuh itu masih ada di sekitar sini. Ibu tirinya sudah meninggal, pasti sebentar lagi dia akan menjadi target selanjutnya untuk disalahkan dan ditagih soal seluruh utang wanita itu. Hinata tidak mau hal itu terjadi. Kehidupannya sudah cukup sulit. Sungguh berat menyaksikan pembunuhan di depan matanya, sampai-sampai dia hampir diperkosa oleh pelaku. Paling tidak, dia harus berterima kasih kepada ibu tirinya karena wanita itu menyerang si pelaku—meskipun murni yang dilakukan oleh wanita gila itu bukan alasan melindungi putri tirinya.

Petugas mengonfirmasi seseorang yang pertama kali melapor, awalnya terdengar suara teriakan. Si saksi mata terusik dan tidak bisa tidur, dia melihat rumah belakang keluarga Hyuuga sudah dipenuhi oleh asap. Si saksi mata segera melapor ke pemadam kebakaran setempat, yang datang sepuluh menit kemudian. Beruntung beberapa warga yang dibangunkan oleh saksi mata dengan berteriak ke rumah-rumah, dapat memadamkan api tersebut sebelum terlambat. Tidak disangka, justru di dalam kasus kebakaran itu dibarengi dengan terjadinya pembunuhan dan penyiksaan.

"Gadis itu sering kali dipukuli ibu tirinya tetapi tidak sekalipun berani melapor. Orang tidak ingin mencampuri urusan keduanya, lagi pula gadis itu tidak berniat mengatakan apa-apa, memang kami bisa apa?"

"Iya, dia tidak sekali terlihat babak belur. Saat datang ke pasar dia hanya diam saja dan melakukan semua pekerjaan itu. Orang sangat sulit mendekatinya."

"Ayahnya sudah tinggal bersamaku seminggu ini, dia membayar uang perawatan. Kami tidak bisa dibilang dekat, tetapi satu-satunya yang dapat dimintai tolong adalah aku," kata tetangga Hinata, yang selalu memberikan pertolongan pada gadis itu, termasuk menjaga ayahnya. Wanita setengah baya itu dulunya adalah seorang perawat di sebuah rumah sakit. Karena dia sedang sakit dan melakukan pengobatan rutin, dia keluar dari pekerjaannya dan mulai hidup di rumah orangtuanya. "Hinata adalah gadis baik. Namun sayang, dia benar-benar tertutup. Aku tidak bisa melakukan apa-apa ketika dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Bukan tidak peduli, aku hanya takut apa yang aku lakukan mungkin saja semakin menyulitkan gadis itu. Aku tidak tahu masalahnya bakal jadi seperti ini."

Detektif yang ditugaskan untuk saat ini meminta keterangan seadanya sambil mendalami kasus yang terjadi itu. Melihat kondisi Hinata yang tidak baik-baik saja membuatnya mencari waktu yang tepat. Untuk saat ini sebaiknya dia menunggu kondisi gadis itu membaik. Ada banyak luka yang dialami, hampir sebagian mengalami infeksi. Satu-satunya yang dikatakan oleh gadis itu, dia disiksa oleh ibu tirinya sebelum kejadian nahas tersebut menimpa wanita tersebut. Hinata ditemukan diikat pada pilar rumahnya. Tidak hanya pada kondisi fisiknya yang memprihatinkan, kondisi mentalnya pun sudah terluka parah sampai sang detektif dapat menilai dari bagaimana Hinata memandang sekitarnya, dengan mata cantiknya itu.

"Bisa Anda ceritakan mengenai ibu tirinya?" sang detektif wanita itu kembali bertanya.

"Dia suka judi. Berkali-kali ada banyak penagih utang datang ke rumah mereka dan mengancam akan menghancurkan rumah itu atau membunuh mereka kalau tidak segera membayar. Kita semua tahu bagaimana preman bekerja. Sudah saya duga, hal seperti ini akan terjadi suatu hari nanti. Baru-baru ini juga ada penyerangan yang dilakukan seorang preman di pasar, hanya karena menunggak bunga yang tak dibayarkan oleh beberapa pedagang."

"Jadi menurut Anda, ini karena preman?"

"Sudah pasti. Kita lihat saja riwayat wanita yang meninggal tadi. Dia buruk di mata penduduk sini."

"Baik. Untuk saat ini sampai di sini saja saya dapat meminta keterangan Anda. Bila ada pertanyaan lain, apakah saya boleh datang ke tempat Anda?"

"Tentu. Aku ingin menolong gadis malang itu dengan keteranganku yang selama ini hanya menjadi pengamat. Aku sungguh merasa berdosa karena tidak menolongnya dengan benar. Padahal keluarga Hyuuga dulu sangat baik kepada semua orang."

Detektif wanita itu melingkari motif utama yang ditulisnya pada satu halaman buku penuh. Semuanya mengarah pada penyerangan preman. Utang-piutang tak segera dilunasi kadang menjadi motif utama sebagian kasus penyerangan atau malah pembunuhan seperti hari ini.

Shizune adalah detektif wanita yang bertugas pada sif malam. Dia sangat prihatin atas apa yang menimpa gadis seperti Hinata. Tubuhnya penuh oleh luka penyiksaan. Terlepas bagaimana para tetangganya mengatakan hal yang bodoh, Shizune sendiri tahu, Hinata adalah gadis yang sangat tertutup dan semua gadis tertutup selalu berakhir seperti itu. Apa yang dialaminya sepanjang malam ini mungkin menjadi mimpi buruknya seumur hidup. Itu tidak akan mudah dilewati.

"Kita harus membawanya ke rumah sakit."

Hinata akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat. Gadis itu mendapatkan pemeriksaan yang lebih mendetail daripada saat di tempat kejadian untuk pertolongan pertama pada luka di kepala dan kakinya. Gadis itu sampai tidak tahu bagaimana dia terluka. Sebab yang gadis itu tahu, dia disiksa oleh ibu tirinya begitu pulang dari Tokyo. Di ibu kota dia bertemu dengan seorang psikiater yang selalu tampil di televisi dan surat kabar.

Saat Hinata mendongak pada televisi yang ditayangkan di dekat ruang tunggu di IGD rumah sakit itu, kabar terkini pada berita pagi hari sedang ditayangkan. Beberapa tetangga yang wajahnya diburamkan sedang memberikan keterangan kepada awak media. Sekarang penjuru negeri tahu bagaimana kejamnya sang ibu tiri yang tidak segan-segan menyiksa putri tiri mereka. Semua orang pasti takut terutama anak-anak yang orangtuanya berencana menikah lagi.

Hinata mengamati Shizune yang datang kepadanya dengan wajah ramah. "Kamu harus mendapatkan pengobatan, dan akan diurus oleh dokter dari departemen psikiatri. Selama pengobatan itu, kami akan ada di sampingmu. Jangan sungkan untuk bertanya atau meminta tolong pada kami."

Kepala Hinata tertunduk. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena kondisinya yang mulai goyah. Dia menjadi tidak percaya siapa pun bahkan para detektif yang membantunya kali ini. "Bagaimana dengan ayahku?"

"Ayahmu akan aman bersama kami, dan beliau berada dalam pengawasan kami. Tidak hanya kamu, beliau pun mendapatkan pengobatan yang tepat. Semua keselamatan keluargamu akan kami jamin."

"Terima kasih." Mata Hinata berkaca-kaca. Tidak ada yang bisa dia katakan selain hal itu—dan mungkin membutuhkan tempat perlindungan yang tepat.

Kasus pagi itu belum mendapatkan titik terang, meskipun dapat disimpulkan bahwa rentenir yang biasa mendatangi rumah Hyuuga adalah pelaku utamanya. Semua rentenir tersebut mendadak menghilang, tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali, bahkan di tempat biasanya nelayan, pelelangan ikan, dan juga pasar tradisional di kota kecil itu.

"Nn. Shizune," Shizune melirik ke belakang saat Hinata memanggilnya. "Apakah aku boleh meminjam ponselmu?"

"Tentu. Tapi aku ingin tahu untuk apa? Apakah kamu punya kerabat yang ingin dihubungi?"

"Itu—" Hinata menunduk. Dia juga tidak yakin apakah dia perlu menghubungi dr. Uzumaki, padahal pria itu sudah mengabaikannya. Pria itu pasti lagi-lagi tidak punya waktu untuk membantunya. Ada banyak pekerjaan yang dilakukannya. Namun, Hinata tidak ingin patah semangat, dia ingin dr. Uzumaki tahu kondisinya, dan mungkin mengabari dia tidak akan lagi datang ke tempat itu, karena sekarang dia akan pergi ke rumah perlindungan yang disarankan oleh kepolisian setempat. "Seorang psikiater yang beberapa hari ini kuhubungi. Saat tadi aku mengatakan sering pergi ke Tokyo, aku datang menemuinya untuk meminta pertolongan."

"Oh, maksudmu dr. Uzumaki yang kamu ceritakan?"

"Benar."

Shizune mengambil ponselnya, kemudian diberikan kepada Hinata.

■□■□■□■□■

BERSAMBUNG

In a Lonely and Sleepless Nights. 6 © 14 Oktober 2016

Ditulis ulang: 08 Agustus 2023

In a Lonely and Sleepless NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang