BAB 16

74 21 0
                                    

■□■□■□■□■

Cukup mudah bagi Naruto untuk menemukan Hinata Hyuuga, yang terdaftar sebagai pasien pada rumah sakitnya yang berada di luar Tokyo; tidak hanya pengolahan limbah medis, kepemilikan pabrik obat-obatan, sekelompok laboratorium, maupun apotek, keluarga Uzumaki juga menancapkan taringnya pada rumah sakit swasta di seluruh pelosok negeri. Keluarganya dijuluki sebagai pahlawan di dunia kesehatan.

Kakek dan neneknya adalah guru besar dalam ilmu kedokteran di Jepang, yang sudah mendapatkan tempat. Jasa-jasa mereka dikenang dalam buku biografi kedokteran atas penemuan-penemuan mutakhir pada pengobatan di zaman modern. Ibu dan ayahnya pun menggeluti dunia yang sama sebagai dokter dan dosen muda di perguruan tinggi. Tidak heran bila Naruto Uzumaki memiliki profesi tidak jauh berbeda. Kalangan mereka menyebut pria itu dilahirkan dari darah murni, yang artinya profesi dokter sudah menjadi turun-temurun bagi keluarganya.

Sore harinya, Naruto masih mencemaskan kondisi Hinata. Dia diantar menuju ke bangsal di mana gadis itu berada oleh perawat yang bertugas, tetapi tidak diizinkan untuk masuk lantaran Naruto belum mendapatkan izin, apalagi Naruto tidak ada dalam daftar sebagai orang yang merawatkan gadis itu.

Detektif wanita bernama Shizune pun mendekatinya. "Dr. Uzumaki?" Naruto melirik wanita yang baru datang sambil menunjukkan kartu identitas padanya. "Saya Shizune, detektif yang sedang menangani kasus pembunuhan dan kekerasan yang dialami keluarga Hyuuga. Saya tidak mengira Anda secepat ini datang. Perjalanan dari Tokyo lumayan jauh."

"Aku sudah melakukan perjalanan sejak semalam ketika gadis itu menghubungiku. Tapi aku tidak bisa datang begitu saja, sebab banyak yang harus aku urus terlebih dahulu sebelum aku meninggalkan Tokyo, itu sebabnya aku perlu beberapa kali berhenti untuk istirahat. Apakah Hinata menggunakan ponselmu untuk menghubungiku?"

"Benar. Nn. Hyuuga meminta tolong untuk meminjamkan ponsel padanya."

"Apakah aku tidak dapat bertemu dengannya?"

Shizune mengamati dr. Uzumaki, sebelum akhirnya dia mengizinkan pria itu untuk masuk ke dalam.

Sebelum masuk, dr. Uzumaki mengetuk pintu ruangan Hinata beberapa kali, berpikir bahwa pria itu tidak asal masuk mengingat bagaimana kondisi korban. Mau bagaimanapun begitulah seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dalam menanganinya. Berbeda dari para polisi yang bahkan dari mereka kadang-kadang menerobos masuk tanpa permisi. Beberapa kasus, korban lebih bungkam karena ketakutan atas sikap petugas yang seolah tidak memahami betapa berat apa yang dialami oleh mereka. 

Saat masuk ke dalam, Naruto tersenyum kepada Hinata yang tersenyum lebih dulu kepada pria itu. Shizune melihat kondisi Hinata jauh lebih baik; tidak seberapa murung seperti tadi sebelum bertemu dengan dr. Uzumaki. Bahkan pria itu menarik kursi dan duduk di samping ranjang Hinata.

"Aku pasti merepotkanmu lagi."

"Tidak. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Maaf soal tadi malam, aku tidak bisa segera datang karena aku harus bertemu dengan beberapa pasien yang mengalami gangguan. Aku juga harus makan malam bersama beberapa kolega. Lelah membuatku tidak bisa berkendara dengan cepat. Aku harus sesekali berhenti di area istirahat. Aku sungguh tidak tahu akan serunyam ini. Aku sungguh menyesal soal semua keterlambatan yang terjadi."

Seperti sebelum-sebelumnya, air mata Hinata mengalir. Dia tidak mau mengingat malam buruk yang terjadi padanya—pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana. Dia merasa pembunuh itu akan datang kepadanya sehingga Hinata tidak bisa beristirahat dengan tenang. Perutnya selalu merasa mual sebab dia mencemaskan keadaannya, apalagi ketika melihat dr. Uzumaki menunjukkan rasa bersalah yang besar. 

"Jangan menangis lagi. Mulai sekarang aku akan berada di sisimu. Kamu tenang saja."

"Terima kasih, Dokter. Aku sungguh berterima kasih padamu."

In a Lonely and Sleepless NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang