BAB 11

169 37 28
                                    

CATATAN:

Update kilat di Wattpad sampai di Bab 11 ya, dan untuk Bab kilat selanjutnya aku seperti biasa pindah ke Karyakarsa. Aku bakal update di Wattpad setiap perolehan 40 vote. Aku kayaknya nggak masukin ini ke promo HUT RI, jadi aku jual dengan harga Rp. 20.000,- aja, yang bisa kalian nikmati seumur hidup. 

Jangan lupa mampir di STRICTLY, kurang 1 vote lagi bisa update bab 11 lho~

■□■□■□■□■

Naruto tidak tahu apakah keputusannya ini benar. Setelah percakapan dengan Sarutobi Hiruzen, dia pulang dengan rencana licik—membawa Hinata bersamanya sebelum dia mengantarkan gadis itu ke stasiun kereta api untuk kepulangannya. Naruto harus punya rencana yang jelas agar dia tidak terus-terusan ditahan di rumah yang menyesakkan dadanya. Setiap pulang dari sini, kondisi mentalnya makin memburuk, maka dari itu dia membutuhkan seseorang agar terlepas dan punya alasan untuk pulang lebih awal. Namun sepertinya malah disalahartikan oleh pengasuhnya itu.

"Senang bertemu dengan Anda, Nn. Hyuuga," Naruto melirik Sarutobi yang berwajah bahagia. Sudah lama dia tidak melihat wajah pria itu tampaknya senang ada tamu di rumah ini. Maklum, tempat ini dipenuhi oleh kesuraman sejak keluarga ini tertimpa masalah tak terduga. "Silakan, saya akan menyiapkan teh untuk Anda. Apakah ada yang ingin Anda makan? Apakah Anda sudah sarapan? Saya dengar Anda baru keluar dari rumah sakit. Semoga lekas sembuh."

Hinata yang diserang banyak pertanyaan hanya membuka mulutnya tanpa bisa berkata. Setiap ingin menjawabnya, tertimpa banyak pertanyaan lagi dari pengasuh Naruto. Pria tua itu mirip sekali dengan kakek yang tinggal seorang sendiri di sebelah rumahnya. Apakah semua orang tua selalu banyak bertanya? Hinata pun tak dapat menghadapi kakek tua di sebelah rumahnya itu. Dia hanya diam dan tersenyum sepanjang waktu.

"Dia tidak butuh apa-apa kecuali teh. Aku akan pergi bertemu kakek dan nenek, setelah itu ayah dan ibu," Sarutobi merengut, dia jadi tidak bisa berlama-lama untuk dekat dan mencari tahu Nn. Hyuuga yang dibawa pulang oleh majikan kecilnya itu. "Hinata akan pulang ke rumah orangtuanya, aku mampir ke sini sebentar saja, lalu mengantarnya ke stasiun terdekat. Jadi jangan berharap lebih, jadi jangan mengorek informasi apa pun, itu bakal sia-sia."

Naruto meninggalkan Hinata di ruang tamu—ruangan khusus tamu yang tempatnya tidak terlalu besar sehingga gadis itu tidak terlalu terbebani ditinggal sendirian. Tapi akan ada satu pelayan menemaninya, kali saja gadis itu butuh sesuatu selama ditinggal pergi. Sedangkan, Naruto mengajak Sarutobi bersamanya agar tidak menyusahkan Hinata. Dia tahu betul bagaimana Sarutobi berambisi untuk membuatnya cepat punya pacar atau menikah.

"Gadis itu si Cinderella?"

"Jangan banyak tanya, aku tidak nyaman. Dia hanya seorang pasien yang kasusnya sama seperti Cinderella. Seorang ibu tiri berhasil menganiayanya bertahun-tahun. Tubuhnya penuh luka lebam, aku sedang mencari rumah perlindungan baginya. Ah, lalu—" Naruto berhenti tiba-tiba, dia memutar tubuhnya tepat di hadapan Sarutobi. "Pak, bisa kamu hubungi panti lansia yang ada di sekitar Tokyo? Aku berencana merekomendasikan panti lansia untuk ayah gadis itu."

"Ayahnya sudah tua?"

"Tidak terlalu tua, tapi mengalami kelumpuhan, aku perlu mengirimnya untuk melakukan terapi."

"Apa aku perlu membuat jadwal untuk terapi?"

"Tidak perlu. Kita lihat dulu perkembangannya, kita akan membuat jadwal saat pria itu sudah ada di panti lansia saja."

Sarutobi merasa dia tidak diizinkan untuk bertindak. Pria tua itu terbiasa untuk membantu anak asuhnya selama ini, tapi sejak dia sempat pensiun yang hanya sebentar itu, dia tidak lagi mengenal Naruto Uzumaki. Sarutobi tidak akan menyalahkan siapa pun yang mengubahnya menjadi seperti sekarang. Orang seperti Naruto tidak heran bila mengalami kerusakan dalam tindakan dan mungkin pikirannya, mengingat keluarganya sendiri yang menghancurkannya.

In a Lonely and Sleepless NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang