9 - Pembalasan

563 50 9
                                    

Ponselnya terus bergetar. Panggilan masuk dari James dan juga Sebastian tidak ia pedulikan sama sekali. Saat ini ia hanya duduk menangis seorang diri di sebuah ruangan karaoke.

Ia membiarkan lagu-lagu itu mengalun kencang mengalahkan suara tangisnya. Matanya terus memandang layar televisi dengan berbagai macam gambar yang lalu lalang, namun air matanya masih saja menitik usai menyadari apa yang terjadi kepada saudara kembarnya yang kini koma di salah satu kamar rumah sakit.

Ingin rasanya menjenguk Jenny lagi, tetapi mana bisa. Hanya Nadine, James, dan Sebastian saja yang bisa masuk ke kamar perawatan itu karena dijaga ketat. Selain mereka, tidak ada yang bisa memasukinya sama sekali.

Setelah hampir dua jam merenung dan meredakan amarah serta kesedihan, barulah Jane melangkahkan kakinya keluar dari area karaoke lalu mengarahkan tujuannya pada rumah besar keluarga Lawrence.

Selama perjalanan menaiki taksi di jam sebelas malam lebih, Jane terus berpikir dibenaknya.

Apakah Nadine tahu yang Jenny alami selama ini? Kenapa Nadine, Ibunya itu seakan hanya peduli akan pendidikan Jenny? Apa benar hidup Jenny lebih baik dari hidup Jenna? Atau malah sebaliknya?

Sesampainya di depan rumah keluarga Lawrence, Jane melangkah masuk.

Matanya sembab, wajahnya pucat, rambut terikatanya sudah acak-acakan. Baru melangkah satu langkah masuk ke bagian utama rumah, dia sudah mendapati Nadine, James, dan Sebastian.

Tiga orang itu tampak marah memandang hadirnya. Wajar, Jane tengah malam baru sampai di sini. Sedangkan ia tadi sudah berjanji pada James akan pulang cepat.

"Lo ke mana aja? Kenapa nggak angkat telpon gue?" omel dan marah Sebastian, langsung menghampirinya.

Kemudian ditambah dengan Nadine yang mendatanginya lalu menampar wajahnya.

PLAK.

Jane hanya bisa menundukkan kepalanya.

"NADINE!" James menarik tubuh Nadine dari Jane

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NADINE!" James menarik tubuh Nadine dari Jane.

"Mom!" Sebastian yang tadi marah pada Jane, kini lebih marah pada Nadine karena berani menampar gadis yang ia sukai itu.

"Kamu dikasih kesempatan malah seenaknya ya!" omel Nadine. "Saya suruh kamu ke sini untuk menggantikan Jenny sebaik mungkin! Bukan menghancurkan hidup Jenny!"

Jane masih menunduk, menahan tetesan air mata yang sepertinya akan kembali keluar dari dalam bola matanya.

"APA INI? PULANG TENGAH MALAM BAU ROKOK, ALKOHOL! KAMU HABIS MABUK-MABUKAN?" Nadine semakin tinggi amarahnya.

"Nadine, don't hurt her!" omel James balik, mencoba menengahi keributan yang terjadi di keluargnya. "

Sebastian berdiri tepat di depan Jane, menghalangi Nadine dan gadis itu. "Kita naik," katanya, menarik tangan Jane.

Our Hidden StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang