8 - Hal yang Tidak Terduga

561 50 9
                                    

Jane bercermin sambil mengikat rambutnya di dalam kamar, sudah dua hari ini ia menunggu malam ini, malam di mana ia akan bertemu dengan Alfan dan Alfan berjanji akan menceritakan yang terjadi padanya tentang apa yang terjadi saat SMA.

Hanya saja permasalahan pukul delapan malam kali ini adalah Nadine Anastasya dan James Lawrence yang sedang duduk di ruang tamu, tentu saja melihat Jane yang bergegas keluar malam menjadi pertanyaan bagi mereka. Apalagi Nadine, tahu sendiri lah, Nadine berkali-kali mengomel pada Jane karena Jane terlihat sibuk bermain tanpa belajar selama menggantikan Jenny.

"Where are you go, honey?" James yang memulai pertanyaan, sebelum Jane melangkah keluar pintu rumah.

"Em, aku ... aku ada janji nongkrong sama teman kuliah," jawab Jane semunculnya di kepala. Ia melirik ke arah Nadine, Ibu kandungnya itu menatapnya dengan tatapan kejam seperti biasanya. Layaknya seorang Ibu tiri.

"Ngapain keluar-keluar? Mending kamu latihan piano atau kamu belajar perkuliahan kamu!" sahut Nadine, mengomel lagi padanya.

"No, no, no! Just go, honey. No problem," sela James, dia memang berhati malaikat.

"James! Jangan terlalu memanjakan dia, kalau nilai dia hancur gimana nasib Jenny nanti waktu dia sudah bangun?" Nadine pun kini mengomel kepada James, padahal tadi mereka terlihat tenang-tenang saja.

"Nadine, she is not your doll!" ucap James dengan begitu manly-nya, tak heran anaknya juga begitu keren di mata Jane. "She wants play with her friends, it's no problem. Dia butuh pertemanan, begitu juga Jenny ketika sudah siuman nanti."

Jane angguk-angguk mengiyakan.

Nadine menatap James dan Jane kejam secara bergantian, bagaimana pun alasan James, Nadine tetap tidak setuju. "Kembali ke kamar!"

"Ma ...."

"Nadine," potong James lagi. "Jane Jenna is your daughter too. Are you forget about that? Biarkan dia bermain selayaknya teman-teman diusianya yang lain."

Jane terdiam. Kata-kata yang keluar dari bibir James begitu menyentuh hatinya, membuatnya menjadi ingin menangis saja.

Nadine menghela napasnya, tanpa banyak kata Nadine pun beranjak dari dudukkan dan meninggalkan ruang tamu dengan langkahnya yang nyaring.

Kini tinggal James dan Jane di ruang tamu itu. James meletakkan buku bacaannya di meja, lalu menghampiri Jane dengan senyum diwajah. "Just go, pulang jangan malam-malam. Okay?"

Jane membalas senyum tipis itu. "Thank you, James."

James mengangguk. "Naik apa? Mau di antar? Atau minta antar Sebastian? Sebentar lagi dia datang, tunggu saja."

"JANGAN!" potong Jane langsung ketika mendengar tawaran James agar Sebastian mengantarnya.

Mana mungkin dia diantar Sebastian. Jane yakin seyakinnya, jika Sebastian mengantarnya yang ada Sebastian akan membuntutinya ke manapun, lalu jika saudara tirinya itu melihatnya dengan Alfan, pasti Sebastian akan mengomel padanya.

"Why? Daripada kamu naik taksi, driver juga lagi libur, 'kan?"

"Em, anu ... taksinya udah datang. Bye, James!" katanya kabur, secepat mungkin meninggalkan rumah keluarga Lawrence sebelum Sebastian benar-benar pulang ke rumah lalu melarangnya untuk pergi.

***

Jane melangkahkan masuk kakinya ke sebuah bar.

Bar kali ini berbeda dengan tempat yang ia kunjungi dengan Agatha beberapa minggu lalu. Kali ini barnya lebih jauh lagi, lebih tepatnya di dekat tempat sekolahnya Jenny zaman SMA.

Our Hidden StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang