Imbas dari perceraian orang tua, saudara kembar bernama Jenna dan Jenny pun hidup terpisah. Selagi Jenna hidup dengan penuh kesengsaraan karena tinggal bersama sang Ayah, Jenny hidup begitu mewah karena Ibunya menikah lagi dengan CEO mapan bernama J...
Jenna memandang wajah saudara kembar yang kini tertidur pulas di sebelahnya. Sebenarnya Jenna sudah ingin masuk dari tadi ke kamar usai Nadine meninggalkan, hanya saja ia memilih duduk di pinggiran kolam renang sambil merenung dan menstabilkan kesedihannya terlebih dahulu.
Sekitar pukul sebelas, barulah Jenna masuk ke kamar Jenny dan di dalam sana Jenny sudah tertidur begitu pulasnya.
Sejak mendengar percakapan antara Jenny dan Mamanya, Jenna semakin merassa bahwa dia di sini hanyalah membuat masalah. Mulai dari ketidakbecusannya menyamar menjadi Jenny, mencintai sudara tiri, dan keributan yang akhirnya terjadi di keluarga Lawrence.
'Kayaknya gue emang harus pergi dari sini,' batinnya sambil diam dan masih menatap wajah Jenny. 'Kalau gue di sini terlalu lama, kasihan Jenny juga sama Mama. Mereka bakal ribut terus. Terus gue juga bakal susah lupain Sebastian karena pastinya perasaan gue makin tumbuh ke dia.'
"Hufth ...."
Jenna membalikkan tubuhnya, membelakangi Jenny.
'Gue harus pergi habis ujian semester bulan ini.'
***
Sebuah mobil berhenti terparkir di depan sebuah bangunan gedung fakultas. Sambil menunggu gadis yang ia tunggu-tunggu itu, senyumnya terus merekah karena tidak sabar bertemu. Yah, sudah hampir beberapa hari ini Sebastian tidak bertemu Jenna dikarenakan kesibukan Sebastian yang mengurus proyek baru.
Sebenarnya Sebastian tetap pulang ke rumah, hanya aja pulangnya malam-malam di saat Jenna sudah tidur. Dan di pagi hari, Jenna sudah berangkat kuliah karena jadwal ujiannya yang selalu pagi sampai siang setiap harinya.
Jika ada yang bertanya, memangnya hubungan mereka sudah direstui oleh Nadine dan James? Oh, tentunya tidak. James dan Nadine di rumah bersikap seperti biasa, namun sikap biasa itu tidak menandakan bahwa itu adalah persetujuan.
"Sebastian?" sapa Jenna pada lelaki yang menyandarkan diri di badan mobil.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Belum Jenna sampai, ia sudah menyusul Jenna dan menghamburkan peluknya di tengah keramaian mahasiswa yang lalu lalang. "I miss you!"
"Bastian!" Tentu saja Jenna langsung mendorong laki-laki tinggi tersebut menjauh karena orang-orang tercengang, apalagi Agatha yang saat itu jalan bersamanya. "Lo gila! Peluk-peluk gue di kampus!"
"Keren! Gagah! Pemberani!" ucap Agatha, malah dia yang klepek-klepek.
Sebastian tersenyum kecil mendengar pujian itu.
"Apaan sih, Agatha!" protes Jenna kemudian.
"Gue Agatha, teman cewek satu-satunya Jenna di kampus!" Agatha memperkenalkan diri dengan ciri khasnya.
Namun Sebastian meresponnya dengan lain, mendengar penjelasan Agatha tentang teman cewek satu-satunya Jenna itu berhasil membuat Sebastian terganggu. "Teman cewek satu-satunya?"