Imbas dari perceraian orang tua, saudara kembar bernama Jenna dan Jenny pun hidup terpisah. Selagi Jenna hidup dengan penuh kesengsaraan karena tinggal bersama sang Ayah, Jenny hidup begitu mewah karena Ibunya menikah lagi dengan CEO mapan bernama J...
Keluarga Lawrence bergegas menuju rumah sakit usai mendapat panggilan di tengah malam. Menggunakan satu mobil, Sebastian mengemudikan mobil itu dengan begitu cepatnya melewati gelapnya malam.
Di sebelah nya ada James dan dibagian kursi belakang ada Nadine serta Jane. Tampak dari raut wajah Nadine, wanita paruh baya namun awet muda itu melukis senyum dibalik genangan air di bola matanya. Begitu juga dengan Jane, mendengar kabar bahwa saudara kembarnya itu sudah membuka mata setelah koma hampir enam bulan tentu saja membuatnya bahagia.
Sesampainya di rumah sakit, langkah mereka semua menapak dengan cepat melewati lorong demi lorong rumah sakit hingga sampai di sebuah kamar VIP. Di sana ada Jenny, gadis itu menoleh ke arah kedatangan mereka dengan tatapan sayu dan wajah pucatnya.
"Jenny!" Nadine langsung menghamburkan peluknya pada Jenny.
Jane menghentikan langkahnya tak jauh dari Nadine dan James. Kehangatan yang Nadine berikan pada Jenny jujur saja membuatnya cemburu, ia iri. Kenapa Nadine tidak seperti itu kepadanya saat pertama kali bertemu beberapa bulan lalu untuk menjemputnya di rumah keluarga Gerry Adhitama?
Ah tidak, Jane tidak boleh iri lagi dengan kehidupan Jenny. Bagaimana pun juga faktanya hidup Jenny selama ini yang terkesan dalam kemewahan lebih menyedihkan daripada ia. Jenny dirundung, diancam, bahkan dididik keras oleh Nadine untuk menggapai sebuah mimpi. Sedangkan Jane Jenna, meski ia kurang akan kasih sayang hidup di keluarga Adhitama, dia bisa melakukan apapun yang dia mau.
"Mam," kata Jenny lirih.
"Mana yang sakit? Yang mana yang sakit?" tanya Nadine penuh perhatian. "Ah, terima kasih sayang akhirnya kamu kembali juga."
"Thanks, God!" James tersenyum melihat kembalinya Jenny. "Good job Jenny, you are okay now."
Sedangkan Sebastian, dia tidak fokus pada Jenny melainkan pada Jenna yang berada selangkah lebih di depan darinya. Ia bisa melihat sosok gadis yang terlihat sendu itu dari tempatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya jelas saja hati Jane Jenna sendu, melihat kasih sayang yang Nadine dan James berikan pada Jenny membuatnya membayangkan andai ia juga mempunyai orang tua seperti mereka.
"Jenna?" Jenny yang baru saja menyadari kehadiran saudara kembarnya itu terkejut. "Jen ... Jenna?" katanya lagi dengan bibir mulai bergetar dan tatapan rindu.
Jenna melangkah maju dan berhenti dititik paling ujung. "Ha ... hai," sapanya.
"Jenna? Kamu Jenna, 'kan?"
Jenna lagi-lagi menitikkan air matanya, isak tangisnya mulai terdengar oleh orang-orang sekelilingnya. Gadis itu mengangguk pada gadis yang berwajah sama dengannya tersebut.
"Jenna!" Jenny membawa tubuh Jenna ke dalam pelukannya. "Hiks ... Jenna. Hiks."
"Hiks ...."
James tersenyum melihat pertemuan antara saudara kembar itu, begitu juga dengan Sebastian. Sedangkan Nadine, meski hatinya terharu, ia memilih untuk pergi meninggalkan ruangan. James pun menyusul langkahnya.