Imbas dari perceraian orang tua, saudara kembar bernama Jenna dan Jenny pun hidup terpisah. Selagi Jenna hidup dengan penuh kesengsaraan karena tinggal bersama sang Ayah, Jenny hidup begitu mewah karena Ibunya menikah lagi dengan CEO mapan bernama J...
Langkah kakinya memijak lantai mewah keemasan saat memasuki gedung perkuliahan yang akan menjadi tempatnya selama ia hidup menggantikan saudara kembarnya. Matanya berkeliling buana melihat setiap sudut yang membuat mulutnya menganga.
Ia juga bisa melihat para mahasiswa yang tampak begitu elegan lalu lalang di sekitarnya. Andai ia tidak menggantikan Jenny, ia yakin ia tak akan pernah menginjakkan kaki ke tempat seperti ini. Jika ia masihlah seorang Jenna, mungkin saat ini ia sedang berada di kafe untuk livemusic atau bekerja sampingan di toko-toko seperti sebelum-sebelumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jane benar-benar bingung, ia tidak tahu harus pergi ke arah mana di hari awal masa orientasi mahasiswa selain berdiri di tengah-tengah bangunan dan melihat para manusia yang mondar-mandir.
"Jane?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hingga sebuah suara memalingkan kepalanya. Seorang perempuan berambut panjang dengan wajah manis berjalan ke arahnya. "Janice, 'kan?" tanyanya sumringah. "Hei! Lo ingat gue nggak? Gue teman SMP lo!"
Jane mengamati gadis riang itu, seingatnya dibuku catatan yang Nadine berikan padanya tidak ada sama sekali gadis itu. Ia yakin seyakin-yakinnya, tidak ada.
"Astaga lo pasti lupa, gue Agatha!" jelasnya, membuat Jane bernapas sedikit lega karena dia menyebutkan namanya.
"Oh, Agatha! Hahaha," sahut Jane sambil tertawa mengalihkan kecanggungannya. "Iya-iya Agatha, teman SMP gue ya, 'kan?"
Agatha mengangguk. "Yuk ke lapangan, Jane!"
Tanpa pikir panjang, Agatha menarik tangan Jane untuk mengikuti langkahnya yang cepat hingga mereka sampai di lapangan fakultas. Di sana sudah banyak mahasiswa baru yang duduk di alas bumi menghadap panggung.
Berbeda dengan beberapa kampus lainnya, tempat Jane kuliah kali ini hanya menyelenggarakan OSPEK satu hari saja. Itu pun hanyalah pengenalan kampus, fakultas, dan menunjukkan pertunjukan-pertunjukan yang akan ditampilkan oleh para senior. Jadi tidak ada yang namanya penggemblengan, tugas-tugas, apalagi kekerasan.
Jane benar-benar menikmati pertunjukan yang disuguhkan, begitu juga dengan yang lainnya. Wajar saja, mereka semua pasti penggemar seni jadi tak heran mereka masuk ke fakultas seni. Meski demikian, sebenarnya cita-cita Jane bukanlah seorang musisi seperti harapan Nadine pada Jenny. Jane Jenna hanya ingin hidup damai dan melakukan apa yang ia sukai untuk ke depannya.