17. Tiara

11 6 0
                                    

Tiara merasakan perutnya seumpama bunga bermekaran. Matanya mengintip di belakang, kalau Awan terus saja memandangnya bak Tiara sedang berpidato di atas panggung. Kalimat itulah yang muncul di perkamen. Berarti aku akan mengikuti Tiara sekarang. Tubuh arwahku pun terbang melayang menghampiri Tiara yang memiliki rambut hijau rumput.

Mereka di bagian bermacam-macam merek susu UHT. Dia melihat susu kotak warna putih kesukaannya berada di rak bagian paling atas. Tangan Tiara berusaha menggapai rak itu, tapi dia mendesah kesal akibat tidak sampai meraihnya.

"Waduh Nak, tangan Mbak aja gak sampai ambil susu itu," ucap Mbak Judah tertawa bersama Lavender yang juga tidak bisa mengambil kotak susu.

Jenderal Awan langsung datang seperti pahlawan. Tubuhnya yang tinggi, amatlah mudah dia mengambil kotak susu itu. Dia pun memberikan kotak susu pada Tiara.

Tangan Tiara seakan dikecup kucing saat menyentuh jari tangan Awan yang bertekstur bagai mengelus batang pohon. Dia tersenyum dan meletakkan kotak susu di troli. Jantungnya berpacu cepat ibarat kincir angin.

Kalimat di perkamen terus bermunculan, bila Tiara teringat kejadian waktu dia masih tinggal di kayangan. Kala itu, selain bermain dengan keenam saudarinya. Mereka mempunyai sahabat laki-laki bernama Azazil. Pada kaum bidadari, bagi laki-laki tidaklah berselendang warna-warni layaknya perempuan. Mereka dikaruniai sepasang sayap putih besar di belakang punggung menyerupai burung.

Ayah dan Ibu sangat dekat dan menganggap Azazil bagian dari anak mereka. Masa-masa itu membuat Tiara rindu pada keharmonisan keluarga mereka, walaupun keadaan juga masih dalam peperangan antar kaum di bumi. Belum ada Raja Cahaya yang menciptakan kedamaian di kala itu.

Ayah, Azazil, dan Kak Mawar yang menjadi panglima perang di era tersebut. Sementara Ibu, Tiara, dan saudarinya yang lain menjaga keamanan di kayangan. Tiara masih ingat jika perang antar kaum itu menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk Ayahnya juga.

Ibu begitu terpuruk, begitu pun Tiara serta keenam saudarinya. Mereka merasa kehilangan sosok pelindung. Selain itu, Azazil sahabat baik mereka, berpindah haluan menjadi kaum iblis.

Tiara tidak tahu penyebab Azazil menjadi kaum iblis. Yang Tiara dengar dari desas-desus di kayangan. Azazil merubah namanya menjadi Lucifer dan diangkat sebagai Pangeran Iblis oleh Raja Iblis.

Tak hanya itu, sifat Ibu turut berubah. Dia selalu memerintah dengan kejam dan tak segan-segan membunuh siapapun di waktu perang antar kaum. Tiara dan saudarinya yang lain merasa kehilangan lagi. Sosok Ibu mereka yang perhatian dan lembut telah lenyap.

Bertahun-tahun kemudian, Raja Cahaya akhirnya muncul. Dia berhasil membawa kedamaian antar kaum meski butuh usaha yang tidak sebentar juga. Tiara yang saat itu menjabat sebagai pengurus istana kayangan, amat bahagia mendengar seluruh kaum berdamai dan tidak berperang lagi.

Raja Cahaya mengajak seluruh pemimpin dari berbagai kaum berkumpul di istana kaum penyihir negara Braham. Acara itu bertujuan untuk mempererat hubungan antar kaum dan merayakan kedamaian yang diciptakan oleh Raja Cahaya.

Ibu mengajak Tiara dan keenam saudarinya menghadiri acara itu. Tentu saja mereka betul-betul bersukacita. Sungguh, baru kali itulah Tiara dan kelima saudarinya turun ke bumi.

Pada acara itu, Ibu yang memangku jabatan Ratu Bidadari, mengikuti agenda rapat bersama Raja Cahaya dan para pemimpin kaum lain. Sehingga para tamu yang lain berada di luar halaman kerajaan Braham sembari menikmati pesta.

Tiara yang amat ramah, mudah sekali bergaul dengan kaum lain. Seingatnya dia pernah berbicara dengan Uruh dari kaum duyung. Mereka tidak berkaki seperti Tiara, melainkan sirip bersisik menyerupai ikan. Sehingga mereka hanya bisa berada di kolam air mancur kerajaan Braham.

A Song of Sky and Darkness ( SERI 1 ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang