10. Tiara

23 9 0
                                    

Badan arwahku tiba-tiba tidak bisa gerak saat ingin mengikuti Arik. Aku merasa menjadi patung. Kemudian kakiku seolah ditarik kencang mendekati tubuh Tiara yang meronta-ronta di dalam air. Kulihat perkamen merangkai kata-kata bila sekalipun berusia dewasa, Tiara belum mahir berenang layaknya ikan. Paru-parunya diremas oleh air laut. Kemudian ada tangan seseorang yang menarik tangan Tiara. Dia melihat Jenderal Awan membawanya berenang ke permukaan air lagi. Kaki Tiara dan Jenderal Awan terus bergerak menyamai dayung.

Di permukaan air, Tiara akhirnya bisa bernapas lega. Mulut Tiara megap-megap dan hidungnya menderu-deru untuk mengambil napas sebanyak mungkin.

"Terima kasih sudah menolongku lagi," ucap Tiara memegang lengan Jenderal Awan serupa tiang basket.

Mereka menyaksikan Arik terbang di langit menghindari semburan air dari Hayvon ular laut.

"Sebaiknya kita ke daratan," kata Jenderal Awan, seraya tetap memegang tangan Tiara supaya tidak lepas.

Perkamen memberitahuku, jika kulit Tiara seolah-olah disengat listrik, tatkala bersentuhan dengan kulit sang Jenderal Kerajaan Braham. Mereka pun berenang ke bibir pantai. Di belakang, Pak Oza, Laksamana Valent, dan Marsekal Fayi turut membantu Arik. Bunyi raungan dari sang Hayvon ular laut itu ibarat ledakan kembang api di festival musim semi negara Wei Lu.

Ketika kaki mereka berdiri dan menyentuh pasir pantai, mata Tiara melihat Arik menembakkan pancaran sinar putih dari perisainya, laksana meriam bajak laut.

Walaupun sudah di daratan, tangan mereka tetap bertaut menyamai tanaman rambat. Tiara dan Jenderal Awan saling bertatapan, wajahnya bergestur seumpama ingin ditangkap polisi. Mereka pun melepaskan tautan sama halnya orang membuang botol kosong di kotak sampah.

Arik membuat Hayvon ular itu kembali ke ukuran aslinya. Lalu aku membaca kalimat di perkamen. Berbeda sekali eksekusi Hayvon tersebut dengan waktu sebelum kemunculan Raja Cahaya di dunia ini, jika penyihir di sini membunuh Hayvon, mereka langsung membakar badannya atau juga bisa membelah bagian-bagian tubuh Hayvon untuk diperjual belikan di pasar gelap. Padahal Raja Dendra sudah melarang dan Kepala Polisi Haris sampai ikut turun tangan, namun tetap saja ada yang bandel.

Cahaya putih pada tubuh Arik meredup. Kemudian dia terjatuh ke air, bagai burung kehilangan sayap di kala terbang. Laksamana Valent pun sigap membawa tubuh Arik yang hampir tenggelam itu. Dia membawa tubuh mungil Arik seperti bayi yang meminum air susu ibu. Padahal Laksamana Valent merupakan pria dewasa, bukanlah wanita yang memiliki anugerah seperti itu.

Kemudian Laksamana Valent meletakkan tubuh Arik di pasir pantai secara terlentang. Tiara dan Jenderal Awan berjalan mendekati mereka. Laksamana Valent duduk bersimpuh sembari mengayunkan tongkat sihirnya ke dada Arik. Keluarlah aliran air serupa gerakan ular dari mulut Arik. Laksamana Valent membuang air itu ke pasir pantai, dan Arik terbatuk-batuk sambil memegang dadanya.

Tiara menghela napas lega. Dia menyaksikan Pak Oza dan Marsekal Fayi tiba di bibir pantai. Tangan Pak Oza menenteng perisai cahaya berbentuk lingkaran menyerupai roda ban.

Perkamen menulis kalimat, bila kulit Tiara serasa ditempel sebongkah es ketika tiupan angin sepoi-sepoi menerjangnya. Namun rasa dingin itu terkalahkan tatkala Arik membuka matanya, lalu anak itu melihat Tiara dan yang lain seolah baru sadar dari koma.

Tiara bersimpuh di sebelah Arik. "Kamu tidak apa-apa, Arik?"

"Saya baik-baik saja, Bu Tiara," ucap Arik terbata-bata berusaha menyesuaikan ritme napasnya.

Anak ini masih kecil, tapi sudah punya kekuatan yang besar. Suara batin Tiara yang terdengar olehku bagai mendengar orang bermain piano.

"Bagai—Bagaimana, Raja Cahaya melakukan hal sekeren itu tadi?"

A Song of Sky and Darkness ( SERI 1 ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang