16. Awan

12 6 0
                                    

Usai mereka membahas rencana menangkap Succubus di acara Ulation nanti. Mataku membaca nama Awan tertulis di perkamen. Sekarang gantian aku mengikuti Awan untuk menonton kisahnya.

Awan dan Raja Dendra berpamitan kepada Arik dan yang lain. Setelah itu di halaman depan rumah sakit, Awan dan aku melihat Tiara serta Lavender datang ke sini. Perkamen pun menulis kata-kata. Rambut panjang warna hijau yang dimiliki Tiara, selalu membuat hati Awan seolah ditusuk jarum. Awan dengan wajah berbinar-binar, meminta izin pada Raja Dendra untuk mengobrol sebentar kepada mereka.

"Yang Mulia," kata Tiara bersikap hormat diikuti Lavender juga, ketika Raja Dendra dan Awan menghampiri.

"Kalian ingin mengunjungi Yang Mulia Raja Cahaya?"

Tiara tersenyum lembut dan mengangguk ke arah Raja Dendra. Aku menyengir saat membaca perkamen, karena Perasaan Awan bak ditendang ke langit menyaksikan senyuman menawan wanita itu. Raja Dendra memasang ekspresi bagaikan ingin menyelesaikan rubik melihat raut muka Awan dan Tiara.

"Barusan kami di rumah melihat berita jika Arik sendirian melawan para Hayvon di kebun binatang."

Awan mengernyitkan dahi. "Kalian dari rumah ke sini?"

"Iya, Jenderal Awan. Kami tadi memesan PermaGo untuk ke sini. Kalau kalian barusan sudah bertemu dengan Arik?"

Kepala Awan bergerak macam kincir air. "Keadaannya sekarang sudah membaik."

Kedua tangan Tiara memegang dada dengan raut wajah seolah meminum es teh. Mereka pun izin pergi untuk menemui Arik. Selepas Tiara dan Lavender tidak ada. Tangan Raja Dendra memegang pundak Awan.

"Jadi dia wanita yang kamu sukai, Jenderal Awan?"

Aku tertawa membaca tulisan di perkamen. Pertanyaan Raja Dendra membuat pipi Awan ditampar. Bagaimana Raja Dendra tahu jika dirinya ada rasa suka dengan Tiara?

Raja Dendra menyeringai dan terkekeh. "Tingkahmu terlihat jelas sekali, Jenderal Awan."

Awan hanya bisa terkekeh malu. Dia berasa telanjang saja di depan umum akibat ucapan Raja Dendra.

"Kalau begitu saya pulang duluan saja kali ini. Silakan antar mereka pulang, jenderal. Tunjukkan sikap sukamu padanya," tutur Raja Dendra, langsung pergi saja bersama pasukannya menaiki permadani terbang.

Hati di dalam tubuh Awan seolah mendapatkan medali emas. Dia pun kembali memasuki rumah sakit dengan pikiran terus membayangkan senyuman menawan Tiara.

Baru saja beberapa langkah, lengan Awan seketika dipeluk. Pelakunya adalah Monica. Ekspresi Awan diibaratkan berjumpa cicak melompat ke baju.

"Aku dapat kabar dari rekanku yang kerja di rumah sakit ini, kalau kamu lagi menjenguk Raja Cahaya."

Monica juga menjelaskan, usai dia jalan-jalan tadi bersama temannya, dia bergegas ke rumah sakit untuk menemui Awan. Perkamen terus memberiku bacaan. Lengan Awan terasa dililit tentakel gurita. Orang-orang di dalam UGD juga menonton mereka, termasuk Tiara. Awan menjadi malu dan ingin bumi menelan dia sekarang juga.

Awan membawa Monica keluar dari UGD. Perasaan di dalam dada Awan bercampur aduk menyamai buah diblender. Di halaman depan rumah sakit yang lumayan ramai, Awan berekspresi kesal menatap wajah genit Monica.

"Bisakah kamu berhenti bersikap seperti itu di depan umum," kata Awan, berusaha menahan nada suaranya agar tidak berteriak pada Monica.

Wanita itu memasang wajah tidak bersalah. "Kamu tidak suka?"

Awan ingin sekali menghentakkan kaki ke tanah. Dia menggeleng cepat sembari melepaskan tautan tangan Monica pada lengannya. "Tidak. Orang-orang di dalam melihat kita dan itu membuatku malu sekali."

A Song of Sky and Darkness ( SERI 1 ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang